11.

235 19 37
                                    

Haiii! Mbeek!! 😆

Maap lamaaaa ya!!

⚠️ Seperti biasa yagesya, aku udah coba seteliti mungkin, kalau masih ada typo maapin 🥹 itu kelemahan akuuu

Hope ya like it !!

.

.

.

Kedua mata yang terpejam itu perlahan terbuka. Manik crimson menyala mengintai gelapnya sekitar. Guliran bola mata mencoba menangkap objek manapun meski tubuh masih terebah.

Dingin yang tidak biasa merayap ke seluruh tubuhnya. Ujung-ujung jemarinya pun kaku. Helai-helai rambut merah bergerak mengikuti riak-riak air. Menciptakan gelombang tanpa sisi pada sekitar tubuhnya.

Aroma kesunyian dan lembab kabut tercium. Gemerisik air yang entah dari mana sumbernya menggelitik hingga bulu pada tengkuk lehernya pun meremang.

Nanase Riku... mendapatkan kembali kesadarannya.

Ia mulai mendudukan tubuhnya, walau masih tidak mengetahui di mana posisinya saat ini.

Rumah sakit Y tempat ia dirawat sepertinya tak lagi terlihat. Baik ruangan atau bangunannya.

Pasalnya... Riku hanya melihat kegelapan.

Membutakan hingga ia sendiri merasa mual.

Riku kini menundukan kepala, penasaran dengan dingin yang menggelitik seluruh kulitnya.

"...ini?!!"

Dan betapa terkejutnya Riku begitu menyadari ia berada di atas danau luas tanpa ujung.

Melongo ke dalam air pun sia-sia, karena tak ada apapun yang terlihat.

Remang dan sunyinya kegelapan menggidik dirinya. Satu-satunya cahaya terpancar dari sebuah gerbang kuil yang seakan menancap di tengah danau itu.

Riku perlahan bangkit dengan kaki yang bergetar.

Bohong jika ia tidak merasa takut. Bibirnya saja sudah pucat. Dan jantungnya berdegub kencang. Namun, ia heran karena nafasnya masih cukup bisa dikendalikan, seharusnya dalam keadaan seperti itu asmanya sudah kambuh.

Riku menoleh ke sana kemari dengan kakunya. Terpaan hawa dinginpun tak luput membalut tubuh menggigilnya lebih dalam lagi. Riku yang masih linglung pada akhirnya melangkah mendekati gerbang kuil. Ada secercah cahaya di bagian tengahnya.

Aneh...

...aneh karena dibawah kakinya air yang menggenang. Namun, tubuh Riku sama sekali tidak basah. Tidak seujung helai pun.

Riku terus melangkah, gerbang kuil yang terlihat dekat itu ternyata jauh. Riku bahkan hampir menyerah karena tak sampai-sampai.

Namun, begitu ia berhasil berdiri di bawah gerbang kuil, cahaya yang awalnya Riku anggap lampu kecil ternyata... Sebuah bola api.

Bola itu turun dari posisinya di tengah gerbang kuil, lalu bergerak mendekati Riku hingga tingginya sejajar dengan mata si surai merah.

Dan dalam sekejap, bola api itu tak lagi mengeluarkan cahaya kuning kemerahan, kini hitam pekat.

Riku sempat tersentak. Ia saja masih mencoba mencari ujung dari danau saat itu, lalu ini apalagi?!

Riku sangat takut! Terlebih, setelahnya bola hitam itu... terbang melesat ke arahnya!!

"Ahhh...!!" Riku memejamkan mata kuat begitu api seakan melahap tubuhya.

Dan benar saja... hal yang paling ditakutinya terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nanase Riku...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang