satu langkah

351 63 17
                                    

Dua minggu setelah kejadian salah paham kemarin, Yushi akhirnya memantapkan diri untuk bertanya dan memastikan ke Riku perihal apa yang tertulis di kertas temannya itu.

Tenang, anaknya nggak langsung ditanya blak-blakan, kok. Yushi melancarkan strateginya melalui ngajak Riku ke Timezone sepulang sekolah dengan alasan quality time karena waktu kelas sepuluh kemarin mereka beda kelas jadi agak susah nyesuaiin waktu main dan hitung-hitung juga sebagai selebrasi buat Riku karena dia baru aja ditetapkan jadi ketua basket periode ini.

Keduanya sekarang lagi ada di bagian New Arcade Basketball karena tadi Yushi iseng nyeletuk, 'Pengen liat sejago apa sih ketua basket kita yang sekarang?' yang sebenarnya cuman alasan supaya di tengah permainan Yushi bisa nanya ke Riku.

"Rik." panggil Yushi mulai melancarkan aksi, matanya masih fokus ke arah bola dan ring.

"Oit." sahut Riku dengan kondisi yang serupa dengan Yushi.

"Gue mau nanya."

"Kagak boleh." jawab Riku nggak pakai mikir.

"KOK GITU?" yang denger langsung melotot.

Masa iya gue ditolak mentah-mentah.

"Kalo skor akhir lu lebih banyak dari gue, baru boleh nanya." jawaban simpel Riku membuat yang ditantang langsung merespons Oke! dan berapi-api melempar bola untuk mencetak skor sebanyak-banyaknya.

Begitu game berakhir, layar mereka masing-masing menunjukkan perbedaan skor yang sangat tipis.

Riku 35 dan Yushi 39.

Mantap, keberuntungan dan sempatan bagus Yushi kali ini nggak boleh disia-siakan.

"Rik, lu lagi suka sama orang, ya?" tembak Yushi begitu sadar skor dirinya unggul dari Riku dan keduanya masih mengatur napas setelah bermain.

Hening.

Riku nggak jawab sama sekali, cuman menatap ke arah Yushi dengan ekspresi yang entah kaget, bingung, heran, atau apalah nggak tau semuanya terlalu campur aduk untuk dimengerti.

"Kan, bener." jawab Yushi sendiri.

"Lah, gue belom jawab apa-apa?" sahut Riku.

"ISH YAUDAH JAWAB, KEK." ucapan Yushi yang terdengar gregetan abis malah dijawab oleh Riku dengan menunjuk ke arah sebuah Shooting Arcade Game.

"Kalahin gue dulu di game itu baru gue jawab." ucap Riku.

"Ah, tai lu." sahut Yushi sembari memutar bola matanya malas, sementara Riku cuman cengengesan.

"Bercandaaa, elah. Lagian ngapa sik lu tiba-tiba nanya begitu? Cemburu kalo gue naksir ama orang?" ledek Riku.

"Dih? Sejak kapan sih lu kepedean begini kayak si—" ucapan Yushi tertahan karena dia tiba-tiba ingat siapa orang yang kemungkinan ditaksir sama Riku.

"Kayak siape?"

"Nggak. Nggak jadi." sahut Yushi mencoba nutupin muka paniknya.

"Yeh, kaga jelas." ucap Riku, dia tiba-tiba udah jongkok nungguin karcis hasil permaianan basketnya selesai keluar, "Gue jawab nanti dah pas kita udah di tempat makan." lanjut Riku.

Yushi hanya merespons dengan anggukan dan muka datar yang aslinya di dalam hati udah bernapas lega.


‏  ‏   

‏  ‏   

‏  ‏  

Yushi dan Riku sekarang udah berpindah lokasi ke tempat makan yang terletak satu lantai dengan Timezone. Makanan yang dipesan juga udah disajikan dari beberapa menit lalu, bahkan udah mereka makan.

crazy stupid love *⁠.⁠✧ yusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang