"Intinya gue sama Jaehee minta kesadaran kalian buat bayar kas, ya. Bentar lagi bakal masuk bulan penuh event jadi pasti ada aja dana yang perlu kita siapin. Makasih pengertiannya, guys." ucap Sohee di depan kelas ditemani Jaehee di sebelahnya.
Pagi itu, kelas Sion kedapatan jamkos karena guru yang seharusnya mengajar di mata pelajaran pertama tengah mengikuti pelatihan di luar sekolah. Berhubung sang guru cuman ngasih tugas membaca dan memahami beberapa halaman buku, Sion memanfaatkan jam tersebut untuk menyampaikan sedikit pengumuman dari bendahara yang beberapa hari lalu sempat ngadu ke dia perihal uang kas.
Sedikit informasi, bendahara di kelas ini terdiri dari dua orang, yaitu Sohee dan Jaehee yang kalau disingkat jadi Heehee.
Kedengeran lucu kan sebutan buat mereka? Tapi jangan sampai ketipu, lho. Soalnya sifat dua orang itu kalau udah berurusan sama uang kas langsung berbeda seratus delapan puluh derajat.
Sohee, sebagai bendahara satu, terkenal bawel dan mukanya galak kalau nagihin kas. Di sisi lain, bendahara dua alias Jaehee dikenal sebagai orang yang teliti soal catat-mencatat kas makannya nggak ada satu murid pun yang berani nipu ke dia.
"Ohiya, jangan sungkan buat kontak Sohee atau gue kalo ada permasalahan soal kas, yaaa. Kita bantu cari solusinya bareng nanti." tambah Jaehee lalu memberi isyarat kepada Sion bahwa semua yang mau disampaikan hari ini sudah selesai.
"Oke, karena gue rasa yang mau diomongin sama bendahara udah kelar, boleh bubar ya temen-temen! Makasih udah merhatiin." omongan Sion lantas membuat seisi kelas kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Bersamaan dengan itu, tanpa sengaja, tatapan Sion bertemu dengan milik Yushi. Dia langsung memberi senyum kecil dan dibalas serupa oleh Yushi.
Tumben dan sedikit aneh.
Kenapa Sion merasa kayak ada yang berubah, ya, dari Yushi?
Belakangan ini, Sion sadar kalau dia sama Yushi jadi sering banget berinteraksi. Bahkan, nggak sekali dua kali, Yushi yang duluan menghampiri dan memulai di antara keduanya.
Sion jadi bingung dan bertanya-tanya, Yushi beneran suka sama dia nggak, sih?
Entah kenapa, setiap Sion mulai bingung dan bertanya-tanya, dia langsung keinget wejangan yang pernah disampaiin sama abangnya.
"Kalo ada orang yang bikin adek bingung sama kelakuannya, jangan dipikirin. Langsung tolak aja, anggap itu hal yang buang-buang waktu. Kalo dia beneran mau sama adek, dia pasti bakal nunjukkin dengan jelas."
Dipikir-pikir sih, kadang perlakuan Yushi ke Sion keliatan jelas, tapi nggak jarang juga ada hari dimana Yushi keliatan ogah-ogahan ke dia.
Wah, bentar. Gak beres nih... Masa gara-gara gak sengaja eye contact sama dia, gue jadi kepikiran segininya? Kemana Sion yang harusnya males ngurus cinta-cintaan itu?
Eh, tunggu, emangnya yang kayak gini termasuk cinta, ya?
ADUH, KOK SION MAKIN BINGUNG.
Nggak bisa kayak begini. Pokoknya, Sion harus secepat mungkin selesaiin semua-muanya ke Yushi biar nggak dihantui bingung terlalu lama.
Istirahat jam kedua dan Sion lagi ada di rooftop sekolah bersama Yushi.
Kalau boleh jujur, awalnya, Sion nggak berniat untuk ngajak ngobrol secepat ini. Dia berencana di dua atau tiga hari kedepannya. Tapi nggak tau kenapa selama ngeliat Yushi di kelas tadi, Sion makin kepikiran dan yakin buat nuntasin semuanya hari ini juga.
Sebenarnya waktu tadi Sion ajak pun, Yushi nolak berkali-kali dengan berbagai bentuk alasan. Namun, begitu Sion nyinggung soal 'kejadian kemarin' anaknya langsung mengiyakan. Bahkan, sampai ngedahuluin Sion pas jalan ke rooftop.
"Yushi." panggil Sion, mencoba memecah keheningan di antara keduanya.
Mereka sekarang lagi berdiri sebelahan dengan jarak beberapa meter sambil ngeliat ke arah lapangan.
"Hm?" sahut Yushi yang sama sekali nggak menatap ke arah Sion.
"Maaf." ucap Sion tiba-tiba.
"Hah?" balas Yushi, refleks mengalihkan wajah ke arah Sion dengan raut bingung.
"Maaf..." terdengar Sion mengatur napasnya beberapa kali sebelum melanjutkan, "Gue kayaknya gak bisa bales perasaan lu."
Gong.
Mendengar ucapan Sion, mata Yushi langsung membesar. Nggak lama setelahnya, tangan Yushi ikut mengepal.
Menandakan dirinya marah.
Bukan. Yushi bukan marah karena ditolak atau apa, tapi dia marah karena keinget semua-mua yang udah dia lakuin tuh demi Riku.
Ah, nyeri banget rasanya untuk ngebayangin kalau Riku ada di posisi Yushi sekarang.
Ngebayangin gimana jadinya kalau semua perasaan yang Riku simpan sejak lama ujung-ujungnya hanya dibalas kayak gini? Ditolak mentah-mentah sama orang yang nggak pernah sekalipun sadar akan usaha dan ketulusan dia.
"Tapi sebelumnya gue mau makasih buat semua yang lu lakuin dari kemar-"
"Emang apa alasan lu nolak gue?" tanya Yushi memotong ucapan Sion.
Bukannya langsung menjawab, Sion terdiam sebentar. Dia menelan ludahnya beberapa kali sebelum tanpa aba-aba mendekat arah Yushi sehingga sekarang hanya tersisa sedikit jarak di antara mereka.
"Karena kita gak cocok buat jadi buat pasangan." jawab Sion, sementara Yushi cuman tertawa pahit dan belum memindahkan fokusnya.
Setelah mendengar ucapan Sion, Yushi malaj menghadapkan tubuh mungilnya ke arah lawan bicara.
"Lu gak ada alasan lain buat nolak orang?" tanya Yushi.
Respons Sion hanya diam dengan ekspresi bingung.
"Gue udah sering banget denger orang sedih dan kesel sama lu karena ditolak pake alasan kayak gitu." lanjut Yushi disertai suara napas yang dibuang dengan kasar, "Lu gak capek berlindung di balik kata kata yang sama terus?"
Skakmat. Sekarang, Sion beneran nggak tau mau membalas omongan Yushi kayak gimana.
"Gue tanya deh sama lu, emang pernah gue minta buat lu ngebales perasaan gue atau jadi pacar gue setelah kejadian kemarin?"
Sion membalas dengan sebuah gelengan.
"Gak semua orang yang suka sama lu berharap buat dibales perasaannya, Yon. Kadang dengan lu ngehargain mereka aja, udah cukup." di akhir kalimatnya, suara Yushi terdengar sedikit bergetar karena perasaan marah dan sedih yang terasa campur aduk.
Satu detik... dua detik... sepuluh detik...
Antara Yushi dan Sion nggak ada yang membuka obrolan lagi. Keduanya hanya menatap satu sama lain dengan lekat.
Sebelas detik... Tujuh belas detik...
Lalu jarak diantaranya tiba-tiba menjadi dekat karena Yushi melangkah maju untuk mencengkeram kerah seragam milik Sion.
"Gue gak mau ya denger lu nolak orang dengan alasan yang sama lagi. Lu cukup ngomong makasih dan apresiasi aja ke mereka, ngerti?" peringatan dari Yushi diakhiri dengan melepas cengkeraman pada kerah Sion dan dirinya yang langsung pergi ke arah pintu rooftop.
Lagi-lagi, untuk yang kesekian kali, Sion ditinggal sendiri oleh Yushi tanpa kejelasan apapun.
Sialan. Kalau begini, ujung-ujungnya, Sion bakal lebih lama dihantui rasa bingung dan banyak pertanyaan.
btw seru banget bacain tebakan kalian dan surprisingly ada yang berhasil nebak HAHAHA 😝
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy stupid love *.✧ yusion
Fanfictionbener nggak sih jatuh cinta di masa sma yang kayak di film-film itu juga bisa kita rasain? © 2024 | bxb