"Asem banget tuh muka gue liat-liat. Lagi galauin siapa, sih?" pertanyaan Wonbin memenuhi seisi ruang OSIS.
Sion, yang duduk di sebelahnya, nggak jawab apa-apa dan masih fokus dengan ponselnya. Membuat ruangan yang hanya diisi oleh mereka berdua kembali dipenuhi hening.
Sedikit cerita. Waktu jam pulang tadi, langit mendadak gelap dan pas banget nggak lama setelahnya turun hujan deras banget.
Sion yang nggak bawa jas hujan atau payung akhirnya memutuskan untuk nunggu hujan reda di ruang OSIS karena dia nggak mau basah kuyup demi lari ke parkiran motor yang berlokasi di luar sekolah.
Tadinya ruang OSIS cukup rame sama beberapa anggota, tapi satu per satu memutuskan buat pulang aja karena udah semakin sore sehingga di jam empat sore sekarang cuman tersisa dia dan Wonbin di sini.
"Mbin." panggil Sion, dia memilih nggak menjawab pertanyaan tadi.
"Hm?" sahut Wonbin.
"Rasanya suka sama orang kayak gimana, sih?"
"BUSET." nada Wonbin terdengar kaget.
Ralat. Lebih tepatnya, KAGET BANGET.
Baru pertama kali sejak hampir sebelas tahun temenan, Wonbin denger seorang Oh Sion nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ngomongin soal cinta-cintaan begini. Bukan soal pelajaran, pencapaian, atau kawan-kawannya.
"Anjir, jadi lu beneran galau?" sekali lagi, Wonbin mastiin.
"Jawab dulu, kocak. Kenapa lu malah nanya balik." di lain sisi, Sion panik dikit denger omongan Wonbin.
"Hmmm, ya, tergantung." jawab Wonbin, "Ada yang deg-degan, ada juga yang was-was." lanjutnya.
"Hah? Was-was gimana maksudnya?"
"Yaaa, pokoknya lu jadi banyak mikir, deh. Banyak pertimbangan kalo mau ngelakuin ini itu karena lu dibikin bertanya-tanya sama sifat dan kelakuan orangnya."
"Ohhhh, gituuuu."
Yang itu mirip, sih. batin Sion.
"Emang lu lagi ngerasain kayak gimana sekarang?" tanya Wonbin, tiba-tiba.
"APAAN. Kok jadi gue?" sekarang Wonbin malah ketawa denger omongan Sion.
"Yaelaaah, keliatan kali, Yon. Gue temenan sama lu bukan baru kemaren sore."
Sion mati kutu karena merasa ini situasi yang maju kena mundur kena. Dia mikir sebentar sambil garuk-garuk kepalanya yang nggak gatal.
Sebenernya, Sion juga pengen tau selama ini dia ke Yushi tuh termasuk suka atau sekadar kepo aja, sih? Atau karena ini sesuatu yang nggak pernah dia alamin makannya Sion jadi bingung dan kagok sendiri ngehadapinnya?
"Gatau, Mbin. Gue juga masih bingung mikirin apa yang dirasain."
"Oalaaah. Beneran, toh, temen gue lagi demen orang?" ledek Wonbin.
"Ah, taiiii. Males dah gua." nada ngambek Sion berhasil bikin Wonbin ketawa puas cukup lama.
"Yaudah gak usah dipikirin kalo bikin bingung." jawab Wonbin.
"Ngomong gampang bener."
"Lah, serius. Kalo itu orang udah bikin lu bingung dan mulai kepo ya berarti dia beda dari yang lain, dong? Tinggal nunggu lu-nya sadar aja."
"Emang apaan lagi yang harus disadarin? Lu jangan bikin gue makin mikir, coy."
"Nah, itu." ucap Wonbin sambil menoyor dahi Sion, "Lu terlalu banyak mikir, tau nggak? Padahal kalo suka sama orang kan pakenya perasaan. Harusnya biar sadar ya lu rasain lah, bukan malah lu pikirin."
Sion bungkam beberapa saat karena perkataan Wonbin terlalu tsunami fakta.
"Tapi, Mbin, gimana bisa ngerasain kalau gue aja gak pernah suka sama orang?"
"Hadeeeeh, makannya hidup tuh jangan ngurusin belajar mulu. Jadi bloon kan lu soal ginian." omel Wonbin.
"Yaudah sori." sahut Sion, pasrah.
"Liat, noh, udah berapa banyak orang yang suka sama lu tapi selalu ditolak dengan alasan template."
"Gue kan nolak karena gak suka? Emangnya salah?"
"Bukan salah di nolaknya, tapi di pilihan lu untuk nutup diri duluan dari hal-hal semacam itu, Siooon." ucapan Wonbin dibarengi dengan cubitan kecil pada lengan atas Sion, membuat yang dicubit meringis kesakitan.
"Ya terus gue harus gimanaaa, Wonbin?"
Yang ditanya langsung menaruh jari telunjuk pada ujung dagu. Ceritanya, lagi berpikir.
"Coba deh, sekali-kali, lu terbuka dan terima apa yang mau mereka kasih ke lu. Selebihnya, let your feelings speak for themselves."
Jam di tangan Yushi sudah menunjukkan pukul lima, tapi hujan deras sejak jam tiga belum juga reda.
Untungnya, Yushi bawa payung setiap hari jadi dia bisa langsung pulang begitu rapat super mega capek dengan tim futsal telah selesai. Namun, peruntungan Yushi seketika hilang di detik matanya—dari kejauhan—menangkap Sion yang lagi berdiri di dekat pintu lobi.
Dia tebak pasti Sion lagi nunggu hujan reda supaya bisa ke parkiran. Kalaupum Yushi nekat jalan sambil buang muka, pasti Sion bakal tetep nyapa dia. Duh, males banget.
"Woi, gue kira lu udah balik." pundak Yushi tiba-tiba ditepuk dari belakang yang ternyata pelakunya adalah Riku.
Dia baru inget, Riku tadi bilang sehabis pulang sekolah mau ada urusan sama anak reportase membahas olahraga untuk konten Instagram mereka.
Panik, dong. Yushi langsung narik mundur Riku supaya suara mereka nggak kedengeran dan jarak pandang Sion dengan mereka semakin jauh.
Oh, gue tau harus apa.
Dengan ide mendadaknya, Yushi mengeluarkan payung dari dalam tas untuk diberikan kepada Riku.
"Lu mau ke parkiran, kan? Nih, pake payung gue aja, Rik." ucap Yushi, mengambil tangan Riku lalu menaruh payung milikinya di genggaman tangan temannya.
"Eh, buat apaan?" muka Riku keliatan banget bingungnya.
"Bawa aja, etdah. Nanti kalo ada yang dikenal atau mau ke parkiran juga, ajak bareng aja."
"Terus lu gimana?"
"Gampang udah, gue baliknya masih nantian. Abis ini mau lanjut rapat sama anak futsal." tipu Yushi.
Dia mendorong Riku ke arah lobi lalu melambaikan tangan dan pura-pura berjalan pergi meninggalkan temannya itu.
Tapi bohong, itu cuman akting. Aslinya, Yushi ngintip dari balik tembok ke arah lobi buat memastikan rencananya berhasil.
Iya... Bener... Jalan... Jalan lagi sampe... Deket pintu... Heeh... Ngeliat itu Sion... Ngobrol.... Terus.... YES. BAGUS RIKU.
Yushi langsung senyam-senyum dan diem-diem heboh sendiri begitu melihat Riku membuka payung lalu berjalan keluar lobi menuju gerbang bersama Sion.
Saking kelewat senang, Yushi nggak menyadari kalau dari kejauhan ada orang lain yang juga memperhatikan gerak-gerik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy stupid love *.✧ yusion
Fanfictionbener nggak sih jatuh cinta di masa sma yang kayak di film-film itu juga bisa kita rasain? © 2024 | bxb