sampai sini saja kan?

68 7 1
                                    

Anak perempuan dengan seragam sekolahnya yang begitu lusuh terbaring dilantai rooftop. Napasnya terengah - engah. Tangannya terdapat luka sampai darah itu mengalir mengenai seragam sekolahnya. Di bagian wajahnya juga terdapat luka lebam yg membiru.

"HAHAHA, kasian banget siii, makanya! Lain kali kalo kami suruh tuh langsung dikerjain, PAHAM GAK!?"

Mata anak itu sudah berkaca dan ingin mengeluarkan air matanya, tetapi ia tahan dengan menggigit lidahnya. Ia tak ingin dipandang lemah oleh orang - orang yg ada didepannya.

"Han, kurang seru nih. Mumpung hari ini terakhir ujian, puas - puasin aja kuy bully-nya. Karna habis ini kita nggak bisa bully dia lagi" ucap Serin-murid paling nakal seantero sekolah. Dan sudah beberapa kali masuk ke ruang BK, sampai - sampai guru disana sudah tak ingin ikut campur dengan urusannya.

"Eh iya juga ya, gass kuy" ucap Hana-murid paling pintar di SMP Maheswara, tempat mereka bersekolah. Namun, guru - guru tidak tahu tentang Hana yang menjadi ketua perundungan terhadap Kalani. Dia selalu mengajak teman - temannya untuk membenci Kalani.

"Lu dulu Han, baru kami" ujar teman - teman Hana.

"Sipp" lanjut Hana diakhiri dengan senyuman bahagia. Tanpa rasa kasihan sedikit pun, Hana menginjak lutut Kalani dengan kuat dan menghentak - hentakkan kakinya.

Sakit!

Kalani mengaduh kesakitan dengan kedua mata yang memanas. Lututnya bergesekan dengan semen yang tak rata. Darah mulai mengalir dari lututnya. Hana terus menghentakkan kakinya dan menggeseknya.

"Gantian!"

Setelah puas dengan apa yang dilakukannya, Hana memberi perintah pada teman - temannya. Secara bergiliran mereka melakukan hal yang sama seperti Hana, dan juga ada yg dengan sadisnya menginjak jemari Kalani dan tubuhnya. Tidak ada rasa iba sama sekali di benak mereka ketika melihat Kalani yang tak berdaya dengan darah segar yg terus keluar dari tubuhnya.

Dalam diamnya Kalani menahan mati - matian rasa sakit di lututnya dan tangannya. Tiga tahun lamanya dia hanya diam saja, menahan rasa sakit tanpa bercerita pada siapapun, bahkan pada neneknya. Ia takut neneknya akan merasa terbebani dengan masalah - masalah yang ia hadapi. Cukup dengan membesarkannya saja, tidak dengan masalah nya. Agar neneknya tidak terbebani olehnya.

Hana menunjukkan senyum kemenangannya ke arah Kalani yang diam sambil menahan tangisnya.

"Gue harap tahun depan kita bisa ketemu lagi ya Kal" ujarnya, lalu mengajak teman - temannya pergi dari sana.

Kalani berusaha berdiri, tetapi sangat sulit, karna satu kakinya yg terasa amat nyeri dan juga tangannya yg hampir mati rasa. Ia jalan dengan satu kaki yang ia seret dan kaki satunya menahan badannya agar seimbang.

Ia berjalan di koridor sekolah yang sudah sepi. Ia melihat jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul 17:30. Ia pulang dengan berjalan kaki. Toh jam segini sudah tak ada lagi angkot yang lewat disekitar sekolahnya.


●●●

Kalani sampai di kediaman ia dan neneknya. Rumah itu tampak minimalis dan sederhana, dengan perpaduan warna cream dan putih, dihiasi dengan berbagai tanaman yang segar nan cantik.

Kalani membuka pintu rumahnya dengan hati - hati, berharap neneknya itu tak melihat ia dengan penampilan yang kacau sekali. Ia berjalan dengan susah payah menaiki anak tangga untuk sampai ke kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya dengan pelan.

"Ukh..." rintihnya menahan rasa sakit disekujur tubuhnya. Ia segera membersihkan diri dan mengobati lukanya.

Kriet...

Secara tiba - tiba pintu kamarnya terbuka dan terlihat nenek Kalani didepan pintu kamarnya.

"Astaga! Kamu kenapa Kal?", ucapnya dengan wajah panik. Wajah Kalani yang lebam dengan beberapa luka dan goresan di kaki dan tangannya.

"Eee... anu nek, tadi Kala jatuh pas olahraga, hehe", ucap Kalani dengan wajah cengengesan.

"Kok bisa sampai lebam gini Kal? Astaga... tunggu disini, nenek ambilin kompres ya", Kalani mengangguk. Setelah neneknya keluar kamar. Ia jadi merasa bersalah karna sudah membohongi neneknya itu.

"Maaf nek... Kala gak mau nenek kepikiran sama masalahnya Kala"

Beberapa menit berlalu. Wajah Kalani pun sudah dikompres oleh neneknya. "Oh iya, nenek punya kabar gembira buat Kala", ujar nenek sambil tersenyum.

"Kabar gembira apa nek?" Ucapnya dengan antusias.

"Kamu diterima di SMA Harchie School".

Mendengar itu, matanya langsung berbinar. " beneran nek?", ucapnya tak percaya dengan apa yang baru saja neneknya itu katakan. "Iya Kala... selamat yaa". Kalani lagi - lagi tak menyangka dirinya bisa diterima di SMA tersebut, karna SMA itu ialah SMA terfavorit di kotanya dan juga sangat sulit bagi siswa - siswi yang ingin bersekolah disana. Sekolah tersebut akan melakukan beberapa tes, dan hanya beberapa orang yang terpilih yang bisa bersekolah disana.

Kalani terus mengucapkan rasa syukurnya kepada tuhan, sambil terus memeluk sang nenek, karna bagaimana pun pasti neneknya selalu mendukung apa pun yang terbaik untuknya.





Jangan lupa klik gambar Bintangnya (vote) kakak😁
Terima kasiii😄🙏🏻

pesawat kecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang