"WOI LIAM!" Seru teman Liam memanggilnya.
Liam yang tadinya ingin meminum air setelah berlatih basket langsung berbalik badan. "Kenapa?" Tanya nya. Ia menutup kembali botol airnya.
Temannya itu menghampirinya, tetapi ia malah mengambil botol yang ada ditangan Liam dan meminumnya.
"Sialan lu." Kesal Liam. Temannya tadi langsung memberi botol air Liam seraya tertawa puas setelah rasa dahaganya hilang. "Hehehe sory gw haus banget soalnya."
"Eh iya, selamat ya"
"Selamat apaan?" Liam mengangkat sebelah alisnya, bingung.
"Lu bukannya udah punya gebetan? Pj sabi lah (pajak jadian)"
"Gebetan apa? Sejak kapan? Gw gak ada nembak cwe perasaan."
"Yee...gausah sok amnesia lu. Kemarin gw liat cwe lu di ujung lapangan lagi mainin hp lu."
"Cwe? Siapa?"
"Kok malah nanya balik sih bang. Aneh lu."
Liam mengerutkan keningnya. Bingung, penasaran, dan aneh yang dirasakannya bersamaan dengan rasa curiga. Apakah itu semua jawaban dari siapa yang menyuruh Kalani untuk pergi ke lapangan belakang sekolah waktu itu.
"Lu inget ciri ciri cwe yang kemarin megang hp gw?"
"Gak terlalu, tapi yang gw inget dia salah satu circlenya cwe yang populer itu."
"Circle cwe populer? Siapa?"
"Bentar gw inget inget dulu." Teman Liam pun langsung memasang wajah serius, berusaha mengingat. "Hm...ah iya, circlenya Hana!"
"Hana?" Gumam Liam dalam hati. Setelah mendengar nama itu, entah kenapa amarah dalam dirinya membeludak. Ia menurunkan alisnya, wajahnya tampak seperti elang. Aura gelap mulai menyelimutinya.
Hal tersebut tak luput dari pandangan teman Liam. Ia tampak panik dengan hawa yang ia rasakan saat ini. Hawa mencengkam yang membuat bulukuduknya merinding.
☆☆☆
"Baiklah, karna kita semua sudah berkumpul. Saya sebagai moderator dalam pentas seni kali ini, mengumpulkan kalian untuk memilih tokoh tokoh untuk drama kita nanti." Ujar sang moderator panjang lebar menjelaskan.
Beberapa orang terpilih dari setiap kelas, kini berkumpul di ruangan teater. Ruangan yang besar dan luas itu biasanya digunakan oleh para warga Harchie School untuk acara acara besar di sekolah tersebut.
Kalani, gadis itu memperhatikan orang yg berbicara di depan dengan seksama.
"Sekarang kita akan pemilihan acak. Kalian ambil masing masing satu kertas di dalam kotak yang saya pegang ini. Didalam kertasnya ada nama tokoh yang akan kalian perankan didalam drama."
Satu persatu murid mengambil satu kertas berukuran kecil itu, setelahnya mereka langsung membuka gulungan kertas di tangan mereka.
Beberapa murid terlihat bahagia. Mungkin saja mereka mendapat peran tokoh yang mereka inginkan. Sama halnya dengan Kalani, gadis itu membaca tulisan yang ada dikertas. Sedikit senyum mengembang diwajahnya, ia mendapat tokoh Bawang Putih.
"Perhatian semuanya! Bagi kalian yang mendapat tokoh utama seperti Bawang Merah, Bawang putih, dan Ibu tiri. Kalian ikut saya untuk latihan dengan pelatih kalian. Dan untuk tokoh yang lainnya juga, kumpul dengan pelatih kalian masing masing. Sekian dari saya, silahkan bubar." Titah sang moderator panjang lebar.
Sesuai perintah tadi, Kalani berjalan untuk mendekati moderator itu. Saat sudah mendekati moderator itu, seragamnya ditarik paksa kesamping tiba tiba.
Kalani bergeser sedikit dari tempatnya berdiri tadi, ia sedikit terkejud akibat tarikan itu.
Ia mengangkat wajahnya. Mata nya kini beradu dengan mata milik seorang yang selalu merundunginya, yang tak lain ialah Hana.
Tanpa rasa peduli sedikut pun, Hana langsung berjalan pergi menuju moderator, membuat Kalani bingung. "Kenapa Hana ke moderator? jangan bilang dia..."
Untuk menjawab pertanyaan yang ada di otaknya itu, ia pun pergi dengan langkah cepat ke moderator. Ia pun berdiri tepat disamping Hana. Gadis itu menatap Kalani sinis.
"Kalian tokoh utama ikut saya. Pelatih kalian ada dibelakang panggung." Ia pergi untuk menunjukkan tempat sang pelatih para tokoh utama.
Mereka berjalan ke balakang panggung dan sang moderator langsung berlari ke arah Deon yang saat ini sedang membantu menyiapkan acara pentas seni. Moderator itu berbicara dengan suara pelan membuat ke tiga tokoh utama itu tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Setelahnya sang moderator pamit pergi dan meninggalkan para tokoh utama bersama Deon.
Hana tersenyum bahagia melihat Deon ada didepannya saat ini. Melihat Deon dengan tatap muka apalagi dengan jarak yang tak jauh membuat kupu kupu yang ada di hatinya terbang.
Tatapan mata Deon kini menuju ke Kalani yang saat ini menunduk. Entah apa yang gadis itu lihat dibawah. Sampai suara deheman membuat Kalani mengangkat kepalanya.
"Baiklah, perkenalkan saya Deon. Saya bertugas sebagai pendamping sekaligus pelatih kalian. Bisa kalian perkenalkan diri masing masing dan ucapkan peran yang kalian dapat di pentas drama ini." Titah Deon dengan wajah datar seperti biasa.
Perkenalan dimulai dari seorang siswi yang kelihatannya tomboy, dengan rambut dikuncir satu kebelakang dan permen dengan arah kesamping dimulutnya.
"Perkenalkan saya Alex, dari kelas X IPA 4. Saya berperan sebagai Ibu tiri di drama kali ini, terimakasih." Ujarnya memperkenalkan diri. Liam mengangguk sebagai tanda "iya".
Hana menyurai anak rambutnya kebelakang telingan dahulu sebelum ia bicara. "Um... perkenalkan nama saya Hana, saya dari kelas X IPA 3. peran saya di drama ini ialah sebagai Bawang Merah, makasih..." ucapnya dengan suara yang ia lembut lembutkan. Membuat Alex menatap aneh sekaligus sinis ke arahnya.
"Perkenalkan saya Kalani, dari X IPA 1. Peran saya sebagai Bawang Putih di pentas drama kali ini, terima kasih." Deon kembali mengangguk pelan.
"Karna pentas seni kali ini diumumkan secara mendadak, maka dari itu kita harus latihan dengan serius. Apa kalian sanggup?!" Ujar Deon dengan tegas.
"Sanggup kak!" Ucap ketiga nya serentak.
Jangan lupa tekan gambar bintang nya kakak (vote)‼️‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
pesawat kecil
Fiksi Remaja"aku mau terbang dan bersenang - senang dengan pesawat itu nek" -Kalani Adeeva- seorang anak perempuan yang sedang menatap langit dengan mata berbinarnya, ia Kalani, seorang anak yang tinggal bersama neneknya karna kedua orang tuanya yang sibuk den...