pentas seni

19 2 1
                                    

"Oh...jadi gini..." Kalani dan Deon menatap Liam dengan serius.

Flashback on

"Bang, lu duluan aja. Gw mau kerkom di rumah dia." Tunjuk Deon pada teman kelasnya yang berada di sampingnya. Temannya itu tersenyum dan menyapa Liam dengan ramah.

Liam juga menyapa balik teman Deon. "Yaudah kalo gitu. Gw pergi dulu." Liam pun langsung masuk ke mobil dan pergi dengan kecepatan sedang.

Deon dan temannya pun langsung menuju parkiran motor, dan pergi dari halaman sekolah.

Di tengah perjalanan, Liam mendapat notifikasi di handphonenya. Saat lampu rambu lalu lintas berubah merah ia langsung mengambil dan membuka handphonenya.

"Ah... Kalani rupanya." Langsung ia buka isi pesan dari Kalani.

" Langsung ia buka isi pesan dari Kalani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia mengerutkan keningnya. Aneh, apa maksud dari pesan Kalani itu, dan siapa yang menyuruh Kalani untuk pergi ke lapangan belakang sekolah.

Tanpa berpikir panjang lagi, setelah lampu menyala hijau, ia langsung berbalik arah menuju sekolah.

Sesampainya disana, ia langsung turun dan berlari ke lapangan belakang dengan tergesa gesa. Jantungnya berdetak tak karuan, pikirannya sudah melayang memikirkan hal hal yang
tak terduga, semoga Kalani baik baik saja.

Saat ia tiba di lapangan belakang, tatapannya tertuju pada Kalani yang di kelilingi oleh tiga orang pria yang tak ia kenali. Dengan perasaan yang membeludak, ia berlari mendekat ke arah mereka dan langsung meninju orang yang ada didepan Kalani.

Flashback off

"Begitulah..." Ujar Liam, setelah ia bercerita panjang lebar. "Luka lu ntar gw obatin pas sampe rumah gw." Lanjutnya, ia melihat sekilas tangan Kalani yang sudah di tutupi oleh dasi nya dan dasi Deon, agar menghentikan darah Kalani yang terus keluar.

Kalani mengangguk setuju dengan perkataan Liam. Kalani menoleh ke samping, dimana ada Deon disana. Duduk disebelahnya dengan jarak.

Deon, lelaki yang hampir mendekati kata sempurna, sedang melihat ke arah luar jendela mobil. Kalani dibuat bingung oleh karakter lelaki disampingnya itu. Terkadang Deon sangat cuek terhadapnya, tetapi ia juga bisa perhatian dengannya. Apakah hanya karna rasa iba?

Deon mengerutkan keningnya, kenapa Kalani terus menatapnya?

Tanpa Kalani ketahui, rupanya sedari tadi Deon melihat Kalani yang sedang menatap nya. Ia bisa melihat itu dari pantulan di kaca mobilnya.

Karna merasa tak nyaman ditatap seperti itu. Ia dengan pelan menoleh ke arah Kalani. "Kenapa?" Tanya nya dengan nada datar kepada Kalani.

Kalani langsung menggelengkan kepalanya. "Gak papa ." Ujarnya dengan gugup.

Setelahnya, Deon memalingkan wajahnya lagi ke jendela samping mobil.


☆☆☆

pesawat kecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang