09

7.9K 494 30
                                    

Maaf ya telat lagi, sworryyy

Gue kira gk ada yang nungguin, hehe

Ceritanya gk terlalu rame, tapi gue suka liat kalian yang suka sama cerita gue.

Jangan lupa follow dan votenya yaa

Biar semangat

Happy reading

[][][]

Setelah kejadian malam itu, gerald dan Rena menjadi semakin dekat.

Anggota AXZAY pun sudah tak heran, tapi mereka diam saja.

Bahkan di Mading sekolah sudah banyak gosip tentang keduanya.

Seluruh penggemar gerald kecewa namun mereka bisa apa? Remahan ranginang.

Seperti saat ini, gerald datang bersama Rena di boncengannya.

Baru saja membuka helm, serta membukakan helm Rena karna Rena terlihat kesusahan membukanya.

Hal itu mengundang pekikan para murid disana.

gue masih gk rela gerald gue

Mereka so sweet bangett sihh

Cocok ya, yang satu ganteng yang satu cantik

Tapi, gerald cantik..

Apasih, lu fujo jauh jauh

GUE GULUNG JUGA INI BUMI LAMA LAMA

Manja banget sih si Rena helm aja harus dibukain

Iya tuhh, caper banget

Berbagai ucapan pujian serta yang tak suka pun dilayangkan para murid.

Rena yang mendengar hinaan tentang dirinya menunduk.

"Gk usah didengerin" ucap gerald sembari mengusap pelan rambut Rena.

Rena mengangguk kecil, pipi nya memerah.

Tak lama datanglah anggota inti AXZAY, dengan damian didepan.

Wajah damian datar, sangat sangat datar.

Hawa disekitarnya pun sangat mencekam, membuat para anggota inti yang lain sedikit menjaga jarak dari damian.

"Ngeri juga" bisik dino pada Arda yang berada tepat di sampingnya.

"Biasalah" Arda membalas dengan memutarkan bola matanya malas.

Dino awalnya ingin merangkul Arda, namun tak lama ia dijauhkan oleh bintang yang tengah tersenyum sembari merangkul Arda.

Arda berdecih, munafik.

Damian mengepalkan tangannya erat, namun sekejap kemudian tatapan matanya yang tajam berubah tenang.

Kepalan tangannya mengendur, namun masih ada tatapan tajam nya disana.

Gerald menoleh, ia melihat ke arah damian.

"Gerald" panggil damian dengan tenang namun dingin.

"Ikut aku" setelah mengucapkan itu damian pergi dari sana, gerald yang merasa ada hal penting pun berpamitan pada rena lalu pergi menyusul damian.

Sedangkan anggota inti hanya melihat, mereka tak mengikuti karna mereka yakin ada sesuatu yang akan damian sampaikan pada gerald.

"Hukuman, heh" gumam bintang menyeringai.

Arda menoleh saat mendengar gumaman bintang, "hukuman?".

Bintang hanya tersenyum konyol, "hukuman apasih da, lu ada ada aja. Yuk beli bakwan bu Siti" bintang mengandeng tangan Arda berniat mengajaknya membeli bakwan tempe Bu Siti.

Namun Arda malah menatap Rena yang hanya diam canggung.

Melepaskan genggaman tangan bintang lalu berjalan menghampiri Rena.

"Kembalilah ke kelas, gerald mungkin masih ada urusan" ucap arda, ia sedikit kasihan melihat wajah canggung Rena.

Rena mengangguk lalu pergi dari sana.

"Tang, muka lu kenapa, kaya monyet rabies aja" dino berucap setelah melihat wajah suram bintang.

Bintang yang mendengar ucapan dino cemberut.

"Arda gue ajak beli bakwan malah pergi, gk kasian apa sama mas bintang yang udah kelaparan?" Bintang cemberut.

Ino dan dino memandang jijik, sedangkan Arda kembali berdecih.

Manipulatif.

Sedangkan tanpa semua orang sadari, tentunya kecuali Arda.

Tatapan bintang sedikit menajam, lalu kembali seperti semula.

"Benar kata damian, wanita itu.. pengganggu!" Batin..?

Kesal melihat wajah menjijikan bintang, Ino dan dino pergi menyusul Arda yang sedari tadi sudah pergi.

"Lah kok gue ditinggal?" Bintang heran.

***

Sampailah disini, di sebuah apartemen.

Ya, damian menyeret gerald yang awalnya berontak tadi saat tau ia akan di bawa kesana.

Gerald awalnya menduga mereka akan membicarakannya di rooftop.

Namun damian malah membawanya ke belakang sekolah, gerald masih positif thinking awalnya. Ia berfikir mungkin akan di warbek.

Namun saat menemukan mobil damian, gerald berontak.

"Damian, apa yang sebenarnya kau mau?!!" Bentak gerald, ia terkunci di kamar mewah apartemen damian.

"Mau ku?,, kau" damian dengan gesit menyuntikan sesuatu dileher gerald.

Gerald meringis, perlahan kesadarannya akan menghilang. Namun gerald menahannya.

"Ap-a yang.. k-au rencanakan,, sia.. hah.. lan?!" Gerald tetap bersikeras untuk bangun, ia tak mau kesadarannya direnggut lalu ia tak bisa membayangkan apa yang akan damian lakukan padanya.

Damian menyeringai, "tahan juga ternyata,  padahal ini sudah dosis tinggi, hebat!" Damian semakin suka dengan gerald.

Bugh

Dengan tak berperasaan damian memukul tengkuk gerald dengan kencang membuat gerald limbung.

Jika saja ia tak disuntikan obat itu, tentunya pukulan kencang itu takkan ada apa apanya baginya.

Sialan, refleknya kurang bagus.

Gerald merasa bodoh saat tak menyadari niat awal damian, salahkan saja raut dan cara damian bicara adanya awalnya.

Damian ini, manipulatif.

Brugh

Tubuh gerald limbung, dengan sigap damian menangkapnya lalu menggendong gerald ala bridal style.

Damian menyeringai.

"Hukuman menantimu, babe" membaringkan tubuh gerald di ranjang lalu mengelus wajah gerald.

Mengambil pisau lipat di kantongnya lalu menggoreskannya pada gerald.

"Ini menyenangkan" damian tersenyum bak orang gila sembari menyayat pipi serta  perut gerald.

"Tunggu kematianmu bitch"

[][][]

TBC

Masih TBC tapi, kayanya gue mau Hiatus dulu di cerita ini.

Idenya mentok buat cerita ini, mungkin butuh waktu beberapa Minggu atau bahkan bulan.

Author gk tau, tapi author bakal up cerita baru guyss tenang aja.

Anda maaf yaa, see youu

AXZAY AND MINE [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang