3

322 46 6
                                    

Jangan pernah membohongi diri sendiri dengan kata gapapa. Kita boleh kok merasakan perasaan lain selain bahagia. So apapun yang akan terjadi kedepannya, jangan cepat menyerah demi cita citamu.

Albara Zayyan Mahendra

∆∆∆∆∆

"Bagaimana keadaan anak aku Ar?"

"Seperti kondisinya sekarang, pasien mengalami beberapa luka di bagian wajahnya dan selebihnya ia baik-baik saja, ia juga kehabisan energi hingga hilang kesadaran seperti ini."

"Syukurlah.."

"Sya, tolong pasien lebih di perhatikan lagi ya dia sudah sering mendapatkan kekerasan sepertinya."

"Baik, terimakasih."

"Sama-sama, kalau gitu saya permisi dan lukanya cepat di kompres lalu beri obat ya."

"Iya Ar."

Alisya bersama seorang dokter yang merupakan teman dari Alisya keluar dari kamar dengan nausa hitam putih itu.

Gilang mengambil kursi untuk dirinya duduk tepat di sebelah ranjang kakak laki-lakinya tersebut. Wajah itu penuh dengan memar, bahkan sudut bibirnya terluka untuk kesekian kalinya.

"Maaf, gue cuma beban buat lo."

"Kalau seandainya gue gak ungkapin apa yang gue rasa ke Papa, mungkin lo gak akan kaya gini zay. Maaf."

Tanpa ia sadari, matanya mulai berkaca-kaca ada rasa bersalah di dalam lubuk hatinya. Selalu, karena apapun yang di lakukan oleh dirinya yang membuat sang Papa marah semuanya akan di salahkan kepada Zayyan. Hatinya hancur, bagaimana bisa lelaki setulus ini berkelahi dengan keluarga dan kehidupan yang mulai menghancurkan dirinya sendiri?

Sedangkan di bawah sana, Alisya dan dokter pribadi yang bernama Arya itu sedang berbincang mengenai kondisi Zayyan. Ia bingung apakah yang terjadi di keluarga ini? dan kenapa selalu anak itu yang mendapatkan luka?

"Sya, Zayyan kenapa bisa sampai kaya gitu?" tanyanya.

"Mas Bima," lirihnya.

"Cepat atau lambat kamu harus segera pergi dari rumah ini."

"Tapi Ar aku gak mau anak-anak aku kehilangan sosok seorang ayah."

"Sya, percuma kamu bertahan. Zayyan dan Gilang memang gak kehilangan sosok seorang ayah, kamu lupa? Zayyan kehilang peran sang ayah sya.."

"Aku tahu kamu bertahan demi Gilang, karena bagaimana pun kamu gak ada hak atas anak itu, tetapi kamu memiliki rasa kasih sayang yang besar kepada dia."

"Jangan lupain Zayyan, Zayyan menderita di sini. Sekali kamu egois gapapa sya, kamu boleh tinggalin Gilang di sini, tapi bawa Zayyan."

"Ar, kamu tahu kan? mereka gak akan mau di pisahkan. Mereka memang tidak sedarah, tetapi mereka saling menyayangi. Aku gak mungkin misahin mereka berdua."

"Inget anak kamu sya, Zayyan. Dia menderita di sini! kamu selalu mikirin perasaan, kehidupan Gilang yang entah kalau kamu tinggal akan seperti apa sampai kamu lupa kalau ada Zayyan yang butuh kebebasan, butuh lepas dari penderitaan. Kamu cuma memikirkan nasib Gilang, padahal Bima gak pernah memikirkan nasib Zayyan."

"Aku gak tau ar, aku ibu yang buruk buat Zayyan. Aku selalu gak bisa ngendaliin emosi aku, aku gak pernah mikirin gimana hancurnya dia, aku cuma selalu mikirin gimana nasibnya Gilang padahal dia bukan anak aku." pungkas Alisya, rasanya ia benar benar bingung apakah ia sudah benar-benar tidak waras? Arya menepuk pelan pundak wanita itu membantu menguatkannya. Bagaimana pun Alisya dan Zayyan masih kerabat dirinya.

SELF HEALING || Zayyan Xodiac Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang