04

150 24 4
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

Jam menujukan pukul 05:00 sore, keenan bergegas untuk pergi bekerja, karena sebentar lagi pergantian sif.

Seperti biasanya, keenan akan berjalan kaki untuk menuju cafe tempat ia bekerja, membutuhkan waktu 45 menit lamanya jika berjalan dengan santai, maka dari itu keenan memilih pergi lebih awal, karena kalo mepet ia harus berkejar-kejaran dengan waktu, dan itu sangat melelahkan baginya.

Saat sampai di tempat tujuan, kaos berwarna putih yang ia pakai, tercetak penuh dengan keringat, efek berjalan kaki 45 kilometer, itung-itung olahraga sore pikirnya

Saat akan masuk keenan melirik jam dari ponsel jadulnya yang sudah ia beri lakban karena terbelah, namun alhamdulillahnya masih bisa dipakai, jam menunjukkan pukul 06:00 kurang 10 menit, keenan segera masuk tak lupa menyapa para pegawai, dan tentu pasti ada rendra disana

"Halo bang" Sapa keenan dengan senyuman lebarnya, yang disapa hanya berdehem dengan tangan yang sibuk meracik coffee, saat keenan akan menaiki tangga, ke ruang biasa tempat ia menunggu santai, ia berpapasan dengan salah satu teman di cafenya, yang cukup akrab dengannya

"Eh bro" Sapa teman keenan, dengan menepuk bahu keenan

"Diluar ujan ya? " Tanyanya, yang membuat keenan kebingungan, gimana ga bingung, diluar panas terang benderang bro, hujan bagian mananya

"Hujan? Ga hujan kok, malah panas, abang juga bisa liat sendiri" Ucap keenan dengan nada bingungnya

"Lah terus, lu kenapa bisa basah kuyup begitu? "

"Ohhh ini? Ini tadi keenan abis olahraga, jadi basah deh bajunya"

"Lah rajin lu cil, sempet-sempetnya olahraga"

"Iya dong, emangnya bang herry" Ucap keenan dengan meledek, ia pergi meninggalkan herry

"Yeuhh bocil, bisa aja lu jawab" Herry kembali ke asalnya, mengantarkan makanan para pengunjung














Di sisi lain

Seorang remaja mengenakkan seragam sekolah, memasuki rumah mewah

"Aidan pulang" Teriaknya, yang tidak ada jawaban di sana, Aidan tersenyum kecut, ini sudah biasa, rumahnya akan sepi. tak ada yang menyambutnya pulang, namun, aidan masih merasakan nyeri, ketika rumah yang seharusnya tempat untuk pulang, tempat paling nyaman, tempat paling aman, dan tempat paling hangat, saat diluar dingin. Kini hanyalah bangunan kosong sepi tak berpenghuni, hanya ada dingin yang memeluk diri

Definisi rumah yang seharusnya ia anggap rumah adalah sosok yang mampu membuatnya merasa nyaman, merasa pulang setiap bersamanya, karena baginya, rumah tak harus berbentuk bangunan. namun sosok itu, sosok yang dianggap rumah baginya, sosok yang diharapkan kehadirannya, ia malah pergi dengan alasan bekerja tiada henti, meninggalkan Aidan dirumah besar ini, Aidan sebenarnya tinggal bersama abangnya, namun abangnya pun tak jauh berbeda, ia sama sibuknya, bahkan jarang sekali pulang, ia sudah biasa sendiri dirumah besar ini, uang dan fasilitas memang tidak pernah kurang, selalu terpenuhi keinginannya. namun, bukan ini yang ia mau, Aidan masihlah seorang anak-anak, yang pada umumnya masih membutuhkan kasih sayang dari orang dewasa.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menaiki tangga, kamar dengan pintu bercat putih adalah tujuannya, dengan stiker kucing menempel disana, ia masuk tanpa ragu, melihat sekeliling kamar tersebut, yang lebih kecil dari kamar miliknya, namun terbilang nyaman, barang-barang di dalamnya pun tersusun rapih, dengan berbagai buku novel, dan cerita dongeng mendominasi kamar tersebut, kamar yang bercat warna pink putih itu menjadi tempatnya untuk menghilangkan rasa rindu. Kamar yang harumnya sangat ia sukai, harum pemilik kamar masih menempel disana, harum pohon pinus yang sangat menenangkan baginya.

Aidan merebahkan tubuhnya diatas kasur, memeluk boneka kelinci yang berada dipinggirnya

"Mas kangen" Gumam Aidan menatap langit-langit kamar, yang terdapat stiker jejak kaki kucing

"mas kangen sama adek"

"andai kamu tidak melakukan kesalahan fatal, mas ga akan mungkin bikin kamu menderita setiap harinya kayak gini"

"Maafin mas ya, mas juga ga mau kayak gini, tapi disisi lain juga mas benci sama kamu"

"Mas kangen sekali sama nara" Gumamnya semakin mengecil, dan ngantuk pun mulai menyerangnya













Pergantian sif, keenan segera mengganti pakaiannya dengan seragam, tak lupa celemek melekat disana

"Nanti pulang kuliah, gue balik lagi kesini" Ucap rendra sebelum berangkat, keenan mengangguk sebagai jawabannya

"Kalo gue telat, lo tutup aja dulu cafenya, nanti gue pesenin ojek" Lanjutnya

"Iyaa bang, udah sana berangkat" Usir keenan

"Ngusir senior lo? Mau ngambil sif gue kan lo?"

"Kagak astaghfirullah, suudzon amat jadi orang, itu nanti abang telat, ga bakal juga keenan ambil sifnya bang ren" Rendran mengangguk, tak lupa ia mengusakk rambut milik keenan, yang sudah ia anggap seperti adiknya ini

"Hati-hati bang" Teriak keenan saat rendra keluar dari cafe, rendra yang masih mendengar, hanya mengacungkan jempolnya dari kejauhan




Malam ini seperti biasanya akan ramai oleh pelanggan, yang tak jauh dari remaja seumurannya. Keenan tak berhenti untuk senyum ketika melayani pelanggan, karena menurutnya ramah itu salah satu point pelanggan betah disini, seperti salah satu pelanggan barunya ini, arsyan, orang yang kemarin bikin dirinya kelimpungan, dan sekarang ia sedang duduk manis dengan secangkir kopi, tak lupa dengan komputer yang membuat jarinya menari tiada henti, dengan kacamata bertengkara dihidung mancungnya.

Keenan yang merasa kasian, ia membuatkan snack untuk mengganjal perutnya, lalu meminta tolong pada yeji, untuk mengantarkannya ke meja arsyan

Arsyan yang tak merasa memesan makanan pun bingung

"Eh mba, sorry, tapi saya tidak memesan makanan" Ucap arsyan dengan sopan

"Saya hanya mengantar pak, mungkin bapaknya lupa, coba di ingat lagi" Ucap yeji, yang langsung pergi untuk melayani pelanggan lainnya

Arsyan mencoba mengingat, apa bener dia memesan makanan ini, kebingungannya terjawab, saat ia melihat kertas yang dirobek kecil

Arsyan yakin, ini dari keenan, ia menatap arah kasir, dan melihat keenan yang sedang menatanya, dengan mulut yang berucap tanpa suara "dimakan ya, semangat kerja nya" Ucapnya, arsyan tersenyum senang, ini ia seperti sedang berinteraksi dengan adik...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arsyan yakin, ini dari keenan, ia menatap arah kasir, dan melihat keenan yang sedang menatanya, dengan mulut yang berucap tanpa suara "dimakan ya, semangat kerja nya" Ucapnya, arsyan tersenyum senang, ini ia seperti sedang berinteraksi dengan adiknya yang sangat ia rindukan, sikapnya tak jauh beda dengan keenan, namun yang membedakan, sikap manjanya, nara yang sangat manja sangat berbeda dengan keenan yang serba mandiri, tidak seperti adiknya yang harus serba di layani, namun keduanya hampir sama, membuat arsyan ingin memeluknya, melepaskan rasa rindu yang kian menggembu direlung hatinya.









Tak semua keluarga pantas disebut keluarga,
Tak semua rumah bisa jadi tempat pulang,
Dan tak semua rumah berbentuk bangunan.





Typo bertebaran.

surat untuk masTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang