07

59 16 2
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

Di sepanjang pelajaran, Keenan sibuk mengerjakan tugas Aidan, bersyukur guru tak melihat Keenan yang sibuk sendirian mengerjakan tugas orang, meski begitu, telinganya tetap fokus mendengarkan setiap kata yang dikeluarkan oleh sang guru, hingga tak terasa bel pulang pun berbunyi

Kringgggg

Mendengar bel sudah berbunyi, Keenan sudah berkeringat dingin, lantaran tugas milik Aidan belum selesai, bayangkan saja tugas dari tujuh mata pelajaran dikerjakan dalam waktu tiga jam, sepintar-pintarnya keenan, tetap ia juga manusia, yang punya rasa lelah, karena otaknya terus dipakai mikir, dan tangan yang terus mencatat

Brukkk
Bunyi pintu dibanting dengan keras, murid-murid sekelasnya sudah berhamburan pergi menuju parkiran, menyisakan Keenan, dengan tas celo, si pemiliknya sedang pergi ke kamar mandi, karena panggilan alam yang sudah tak bisa ditahan lagi

"Mana, udah selesai belum? " Pintanya pada Keenan, yang masih sedang menulis

"Maaf kak, belum selesai, tapi pasti aku kerjain sampai beres kok" Keenan menatap Aidan, dengan senyuman yang biasa ia berikan

"Gue udah bilang buat kelarin pas bel pulang, kenapa masih belum selesai juga? " Rahangnya mengeras, tangganya di bawah sana sudah mengepal

"Maaf, tapi tugas kakak lumayan banyak" Keenan menundukkan kepalanya, dua tangannya sudah bertaut menahan rasa takut

"Lo! Makin kesini, makin berani jawab gue liat-liat" Kata epul, salah satu teman Aidan

Aidan mencengkram kerah baju Keenan, membuat si empunya berdiri, karena tarikan dari kerahnya

"Gue udah peringatin sebelumnya, kayaknya lo ga ngerti bahasa baik gue" Tangan lainnya menjambak rambut Keenan, membuat kepalanya mendongak menatap Aidan

"Apa perlu pake cara yang biasa, biar lo paham? " Keenan menggeleng ribut

"Gelengan kepala itu, gue artikan sebagai jawaban iya" Aidan menyeringai, tangannya dengan enteng menyeret rambut Keenan ke pojokan kelas, pintu di kunci dari luar oleh antek-anteknya

Aidan sungkurkan tubuh Keenan kelantai, membuat kepalanya terbentur, menampilkan benjolan kebiruan

Ia berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Keenan yang tersungkur ulahnya, tangannya meraih dagu Keenan kasar, agar si pemiliknya menatap dirinya

Plakkk
Satu tamparan berhasil Aidan berikan, pada wajah mulus yang sudah lama tak ia hiasi dengan memar kebiruan, atau sedikit darah merah di hidung dan dahinya.

Plakkk

Lagi dan lagi tamparan terus dilayangkan, hingga ujung bibirnya sedikit robek mengeluarkan darah segar

Bughhhhh
Bukan tamparan lagi, kini sebuah tinjuan dari hidungnya, yang langsung mengeluarkan darah segar disana

Bughhh
Pipi yang sudah ditampar berkali-kali, kini di tinju dengan keras, membua Keenan tersungkur kesamping

surat untuk masTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang