3. LYING BROTHER

23 9 0
                                    

Tempat yang belum pernah dikunjungi oleh Aji sebelumnya. Tidak jauh dari sekolahnya, tetapi untuk ke sana harus melewati gang kecil dan jauh dari keramaian. Ada siswa lain dan beberapa dari mereka siswa dari sekolah yang berbeda.

Aji tak mengatakan apapun. Dia masih diam saat diseret oleh serombongan teman seangkatan dan dua orang senior. Sejauh ini Aji diperlakukan cukup buruk, sesekali kepalanya dipukul tanpa sebab dan didorong hingga jatuh ke lantai. Namun, masih ada siswa lain yang membantu Aji untuk berdiri.

"Dari pada lo ngomong sendiri, mending ngomong sama kami di sini," ucap laki-laki yang bernama Andra, sesuai dengan name tag pada bajunya.

"Gak ada yang mau saya omongin." jawab Aji dan ia masih berusaha untuk berdiri. "Bisa tolong lepasin gak?" Aji mengatakan dengan baik-baik, sayangnya kepalanya kembali dipukul dari belakang.

"Kami bakal lepasin kalau mau," jawab laki-laki gondrong yang tak mengenakan seragam, jadi Aji tidak tahu siapa namanya.

"Kalian mau saya ngapain?" tanya Aji,

"Ngomong aja sama kami, ngomong apa aja kayak yang sering lo lakuin di taman atau di samping lapangan basket. Lo emang ngomongin apa waktu itu? Gue denger lo juga omongin kami?"

Alis Aji langsung terangkat. Kenal saja tidak, bagaimana bisa ia akan membicarakannya. Lagipula Aji dan mamanya tidak mengatakan hal-hal tak penting seperti manusia yang ada di depannya sekarang.

"Lo jelekin kami, kan?"

"Punya bukti?" Aji balik bertanya. Bukannya mendapatkan jawaban, Aji malah dipukul habis-habisan. Aji sadar dia tak bisa melawan dan memilih untuk diam hingga mereka semua lelah.

Hanya satu hal yang dipelajari Aji dari Dika. Jika mendapatkan serangan dari orang lain, hal yang paling penting adalah melindungi kepala dan itu yang dilakukan Aji sekarang. Tak peduli dengan tubuhnya yang diinjak dan ditendang, Aji berusaha menahan sekuat tenaganya. Lagipula mereka tidak bodoh untuk membuat Aji mati begitu saja.

Setelah puas, mereka meninggalkan Aji begitu saja. Mereka tidak meminta apapun dari Aji seperti kasus perundungan pada umumnya, dimana mereka akan meminta uang atau menyuruh ini-itu. Namun, sepertinya mereka hanya ingin mencari mangsa untuk menguji kekuatannya dan kebetulan ada Aji.

"Seharusnya kalian ngetesnya sama Bang Dika," gumam Aji sambil berusaha untuk berdiri dan tanpa sadar ia meringis karena tubuhnya terasa begitu sakit. Beberapa saat Aji berusaha menahannya dan ia menarik napas secara perlahan, sebelum memutuskan kembali ke sekolah.

-LYING BROTHER-

Seperti dugaan Aji, posisinya di kelas tidak akan beranjak dari 10 besar. Kali ini ia mendapatkan ranking enam, tidak kategori buruk dan tak akan mengecewakan mamanya. Ya, walau belum ada apa-apanya dengan nilai Wira.

Siang ini tidak ada siapapun di rumah. Aji melihat pantulan wajahnya yang ..., dia sendiri saja miris melihatnya. Untung saja satu minggu ke depan adalah libur sekolah, jadi ia bisa menyembunyikan wajahnya yang lebam dimana-mana.

Aji hanya menaruh nilainya di luar dan mengunci pintunya berhari-hari. Lebih tepatnya hingga lebam pada wajahnya menghilang. Aji akan keluar dari kamarnya jika Wira sudah berangkat kerja dan saat abangnya pulang, Aji akan berpura-pura tidur dengan bersembunyi di balik selimutnya. Sehingga abangnya tidak tahu apa yang terjadi pada Aji.

"Mereka pasti kecewa sama gue," gumam Aji. "mereka pasti bilang, seharusnya gue lawan. Gak diam aja." Aji menghela napas dan menatap kipas atasan kamarnya.

"Ma, bukannya Aji gak mau ngelawan, tapi dari jumlahnya aja Aji udah kalah. Kalau dilawan yang ada Aji ma--"

dalam waktu itu juga Aji terdiam, dia sadar dengan kata yang akan diucapkan selanjutnya. Raut wajah Aji langsung berubah dan ia terlihat bersemangat, bahkan ia tersenyum.

Lying Brother - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang