Sandra seorang mahasiswa akhir yang berusaha mengumpulkan data data sejarah dari salah satu kerajaan di Nusantara. takdir membawa Sandra menuju sebuah petualangan ajaib yang membuat Sandra mendapatkan segala data data yang ia cari. Namun dalam petua...
Sandra alias Dahayu sedang asyik melamun di jendela kamarnya pikiran nya melayang entah kemana. Dirinya sekarang ini dilanda bosan yang tiada tara. “Ih kangen scroll Tik tok deh” ucap Sandra. “Hayu mari ikut Romo pergi menemui Raden” ucap laki laki di belakang nya , laki laki yang Sandra kenal hobi menggebrak apapun terutama pintu kamarnya menawari nya pertanyaan. Dengan pandangan malas Sandra menjawab “romo maaf saya sedang tidak enak badan” wajah laki laki yang dipanggil Romo itu langsung terbelalak kaget. “Akhirnya kau sudah bisa berbahasa yang sopan dan lembut, seperti nya ada untungnya kemarin kamu jatuh” ucap Romo nya sambil menyunggingkan senyum.
Oh jadi Dahayu itu tipe petikalan gitu , yah perpaduan combo dengan sifat ekstrovet ku sih. Batin Sandra. “Baiklah kalau begitu padahal aku akan bertemu dengan Raden disana, sayang nya putriku sedang sakit” “ah maaf Romo Raden siapakah yang Romo bahas ?” Tanya Sandra penasaran. “Orang yang dulu kamu kira menakutkan tapi ternyata kamu malah berteman dengan nya apakah kamu lupa ?” Sandra mengernyitkan dahi nya. Dalam batin Sandra mengatakan YO NDAK TAU KOK TANYA SAYA. “Maaf Romo tapi kepala saya yang terbentur seperti nya berpengaruh pada ingatan hayu” ujar Sandra. “Yah seperti nya begitu sudahlah nduk jangan dipaksa mengingat dulu” Sandra mengangguk.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Di taman keraton yang indah para pangeran dan putri keraton sedang bersenda gurau. Mereka saling melemparkan tawa bahagia nya. “Kakang apa kah kakang pernah mendengar jika kita berharap pada bintang impian kita akan menjadi kenyataan ?” tanya Guningbhaya. Anusapati hanya melamun dan memindahkan pandangan nya ke atas langit biru yang cerah. “Kalaupun bisa kakang akan meminta apa?” Ujar Guningbhaya penasaran. “Apakah mungkin tahta , atau kemenangan di Medan perang atau wanita?”. Anusapati hanya melihat Guningbhaya tanpa menjawab pertanyaan nya. Guningbhaya juga ikut mengatupkan mulutnya karena merasa salah memberikan pertanyaan. Kemudian Anusapati kembali menghadapkan pandangan nya pada adiknya. “Kebebasan” jawabnya. Guningbhaya mengangguk dan menyahut “itu sesuatu yang paling indah dan mahal” “benar”. Anusapati berdiri dari duduk sila nya dan meninggalkan Guningbhaya. “Kakang mau kemana ?” Tanya Guningbhaya. “Melihat keadaan Mahisa” ucap Anusapati.
Diperjalanan menuju kamar Mahisa, Anusapati berhenti dia berpapasan dengan salah satu tabib kepercayaan keluarga keraton. Ki wirja langsung menghaturkan sembah hormat nya pada Anusapati. “Ki , apakah anda yang dikirim ibunda ratu untuk mengobati Mahisa?” “Benar Raden” “aku dengar Mahisa berteman dengan salah satu putri tabib istana , apakah itu benar ?” “Benar Raden” “apakah dia putri mu atau bukan ?” Ujar Anusapati dengan tatapan mengintimidasi. “Ampun Raden benar memang putri hamba tapi hamba yakin putri hamba mengetahui batasan Raden” Anusapati mengangguk. Ki wirja lalu meneruskan langkah nya menuju kamar Mahisa sedangkan Anusapati berbalik kembali ke arah taman.
Anusapati memilih untuk duduk santai di depan kolam ikan dia mulai menenangkan kembali pikirannya. Beberapa kali menarik napas panjang dan menghembuskan nya. Pikiran nya mulai menyergap lamunan nya. Entah perasaan nya atau mungkin hanya rasa kesepian yang membumbung tinggi sehingga menciptakan rasa iri kepada saudara saudara nya. Kalau boleh jujur Anusapati tentunya sedikit iri dengan saudara nya yang lain terutama saudara seibu (yang lahir dari permaisuri ). Perasaan nya menggap bahwa lama kelamaan sikap ayahanda nya mulai tidak adil kepadanya. Namun Anusapati menepis pemikiran itu karena dia masih percaya tanpa ayahanda nya itu pastilah dia tidak akan bisa seperti sekarang.
“Sedang memikirkan apa kakang ?” Pertanyaan Guningbhaya berhasil membuyarkan lamunan Anusapati. “Tidak ada” “apa kah kakang sedang memikirkan mengenai rencana ayahanda raja untung memberontak kepada raja Kertajaya ?” Tanya Guningbhaya. “Yah mungkin aku juga memikirkan itu” “iya kakang jika kita menang maka wilayah Tumapel bisa menjadi lebih luas lagi nanti” ujar Guningbhaya. Anusapati mengangguk. “Kakang apa kah kakang pernah mendengar berita tentang putri Ki wirja ?” “Ki wirja ?” “Iya salah satu tabib kepercayaan keraton” “oh apakah dia tabib yang sama yang memeriksa Mahisa?” Guningbhaya mengangguk.
“Aku dengar kakang Mahisa berteman dekat dengan putri Ki wirja” “kamu tidak bohong?” “Entah itu kabar yang aku dengar dari beberapa orang di luar sana” “biarkan saja” “apa kakang tidak marah jika kakang Mahisa berteman dengan putri Ki wirja yang bisa dikatakan dia hanya rakyat biasa”. Anusapati membenahi posisi duduknya yang awalnya membelakangi Guningbhaya sekarang menghadapkan tubuh nya di depan Guningbhaya. “Bukankah engkau juga seperti itu?” Ujar Anusapati. Guningbhaya terdiam dan hanya melempar senyum saja kepada Anusapati. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Malam mulai berganti dengan pagi sinar sang Surya seperti nya ingin menjahili Atma Sandra yang sekarang berganti menjadi Dahayu. Sinar yang silau itu masuk dari jendela yang hanya tertutup kain. “Ish silau!” Ujar Dahayu. Dahayu dengan sempoyongan mulai turun dari kasur nya. Dan berjalan menuju pintu kamarnya. Yah agenda nya hari ini adalah makan karena kemarin malam dia belum sempat memakan makanan barang sebutir nasi saja. Karena kesibukan nya yang meratapi nasibnya sekarang. Ayahanda nya yang melihat tingkah putri nya merasa iba ternyata insiden jatuh dari pohon benar benar membuat semangat nya terkikis habis habisan.
“Hayu kemarilah nak” ujar ayahanda nya. Dahayu langsung mengernyitkan dahinya batinnya sudah memakai maki ayahanda nya karena cacing cacing liar di dalam perutnya sudah berpesta pora. “Iya ayahanda” “apakah kamu lapar nak ?” “Yahhh pakek nanya” ujar Dahayu dalam batinnya. Namun sikap yang ditunjukkan kepada ayahandanya hanya anggukan kepala saja. “Yah sudah makanlah nak , makanlah sepuas mu kembalikan lagi semangat mu itu” ujar sang ayahanda. Dahayu mengangguk. Ki wirja langsung menyodorkan daun pisang yang sudah berisi nasi liwet di atasnya dengan lauk pauk yang sudah tersaji. Tentu saja Dahayu alias Sandra langsung menyambar pemberian Ki wirja dengan cekatan.
Selepas itu Dahayu berpamitan ingin membersihkan diri. Sayangnya dia tidak tahu dimanakah tempat nya untuk mandi tidak ada kamar mandi di rumah sederhana itu yah walaupun ayah nya terbilang orang mampu dan terpandang sayang saja dia tidak mempunyai kamar mandi pribadi. “Bi inten ( pembantu ) aku ingin membersihkan diri tapi dimana letak kamar mandi nya ?” “Ndoro apa itu ?” “Seperti bilik untuk mandi” “ampun ndoro saya tidak mengerti”. Lagi lagi Dahayu mencibirkan bibirnya betapa bodohnya dia mencari kamar mandi di zaman seperti ini sangat bodoh batin Dahayu. “Ah bi kalau begitu dimanakah saya mandi ?” Ujar Dahayu. “ampun ndoro biasanya ndoro mandi di sungai”. Terbelalak sudah mata Dahayu ingin rasanya ia kembali menjadi Sandra daripada harus merasakan siksaan yang begitu menyiksa batin Sandra alias Dahayu. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• “Kakang Mahisa apakah engkau sudah membaik ?” “Iya Adimas aku sudah membaik bahkan lihatlah sekarang ini sepertinya tubuhku sudah siap untuk diajak ke Medan perang”. Guningbhaya tertawa melihat Mahisa yang sangat bersemangat. “Lalu apakah hari ini kita akan melakukan kegiatan wajib kita?” goda Guningbhaya pada Mahisa. “Oh tentu saja!” Semangat Mahisa membara. “apakah kakang akan mengenalkan aku pada teman kakang itu ?” Mahisa mengernyitkan dahi “Ah apa yang engkau tanyakan ini ?” “Putri Ki Wirja , sepertinya dia orang yang sangat baik dan menyenangkan buktinya kakang ku ini bisa berteman dengan nya” “ah iya dia memang seorang gadis biasa tapi kekuatan itu luar biasa” “apa dia sakti kakang ?” “Tidak , bukan itu maksud ku” “lalu apa kakang kehebatan nya” “apakah kamu pernah melihat seorang gadis yang berkeinginan menjadi telik sandi dengan kehebatan bela diri nya?” “Ah aku baru mendengar nya memang nya dia bisa seperti itu” Mahisa mengangguk bangga. “Aku rasa dia bisa diajak menjadi teman berlatih” ujar Mahisa. - - -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo guys selamat hari Minggu gimana kabar kalian semoga cerita kali ini bisa menghibur kalian yaaa Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak yaa 🍰🍰