▪︎
▪︎
▪︎Yewon mendengkus dengan napas pendek-pendek. Rasanya waktu berjalan begitu cepat sampai ia harus mengupayakan bergerak secepat mungkin agar tiba tepat waktu. Namun nyatanya apa? Ia rasa sudah terlambat lebih dari setengah jam.
Karena kepanikan itu pulalah yang menyebabkan ia tak lagi memperhatikan jalanan di depan, akibatnya seonggok barang dalam genggaman terlepas hingga jatuh berserak. Nasib baik bukan barang yang bisa hancur jika terhempas. Tapi ya dia tidak beruntung juga.
"Can i help you?"
Suara berat mengintrupsi di dekatnya, Yewon yang tengah berjongkok memunguti barang dengan susah payah lantas menoleh. Itu Hansol, masih dengan gaya yang sama, jaket hitam.
Tanpa Yewon menjawab orang itu ikut merunduk membantu membawa beberapa barang yang tampaknya tak lagi bisa Yewon tampung dalam genggaman.
Sungguh Yewon seperti orang yang hendak pindah rumah sekarang. Ia membawa tas punggung berukuran besar, sebuah tas jinjing di sisi kiri, tas selempang berisi kamera dan juga kantung plastik besar yang isinya sudah berserak di lantai.
"Acaranya sudah dimulai? Duh aku terlambat," Yewon menggerutu.
"Sudah tapi belum masuk acara inti. Teman-teman jurnalismu mencarimu sejak tadi, mereka sudah sibuk."
Hansol memasukkan lembaran kertas ke dalam kantung plastik, ia sendiri baru kembali dari mengambil jajanan untuk teman-temannya.
Gadis itu menghela napas, tangannya hendak meraih kantung plastik yang dipegang oleh Hansol namun ditolak oleh pria itu.
"Biar aku saja, bawaanmu sudah sangat banyak."
Begitu katanya.
Yewon sih iya-iya saja, dia juga terbantu. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju lapangan fakultas seni yang jaraknya masih sekitar 50 meter lagi.
"Apakah kedepannya kalian akan banyak acara?" tanya Yewon tiba-tiba.
Hansol mengangguk, "seharusnya tidak semepet ini, hah itu karena aku terlambat datang kemari. Jadinya ya timeline yang sudah ditentukan agak berantakan."
Kalau dipikir memang benar, Hansol baru sampai beberapa hari yang lalu padahal perkuliahan di kampus ini sudah berlangsung hampir tiga minggu. Kemana saja dia selama itu.
"Ya kau aneh, baru datang setelah dua minggu kuliah dimulai. Ada kendala?"
"Bisa dibilang iya karena dari pihak universitas asal masih ada hal yang perlu diurus, dan lagi aku juga menunggu seseorang untuk berangkat bersama."
"Seseorang?" Yewon jadi penasaran, mereka sudah kenal dan bertukar nomor jadi rasanya tak masalah kan Yewon bertanya soal apa yang terjadi pada Hansol.
Pria itu tampak menimbang, apakah harus bercerita atau tidak lalu berkata, "ya temanku juga yang berasal dari universitas yang sama."
"Yang waktu itu kau temui setelah wawancara kita?"
Begitu Yewon bicara demikian Hansol langsung merasa kena skak mat karena tebakannya benar.
"Wah, darimana kau tau?"
"Aku tidak sengaja melihat kalian," tutur Yewon, "awalnya aku mau menyapamu tapi kau sedang bersama orang lain jadinya kuurungkan. Kalian juga terlihat mesra jadi aku tidak mau mengganggu kalian."
"Mesra?"
Hansol bingung dengan maksud ucapan Yewon karena ia tak merasa melakukan hal yang Yewon katakan.
Yewon tersenyum jahil, ia mengangguk, "kalian kan gandengan tangan. Aku melihatnya ya, jangan menyangkal!"
Sebelah tangan Hansol naik ke tengkuk, menggaruknya asal karena bingung. Ia berusaha mengingat momen yang Yewon maksud. Begitu ingat mulutnya menganga.
"Ah! Kau pasti salah paham," ujarnya, ia langsung meletakkan kedua kantung plastik di tanah dan menarik tangannya masuk ke dalam bagian jaket hingga menyisakan lengan jaket yang menjuntai, "waktu itu tangan Kak Rosie begini dan lengan bajunya tersangkut di plastik minuman yang kau berikan. Kami juga baru sadar posisinya seperti itu begitu akan berpisah di asrama."
Yewon terkekeh masam, rasanya ia malu karena sudah menuduh sembarangan. Bisa jadi apa yang Hansol jelaskan benar karena saat itu juga sudah malam dengan posisi lampu jalan yang remang-remang.
"Maaf," cicit Yewon kemudian, "kupikir dia pacarmu."
Hansol menggeleng dan membenarkan posisi lengannya kembali sambil meraih kantung plastik yang tadi ia letakkan di tanah.
"Dia senior setahun di atasku jadi kami cukup dekat. Dia sudah punya pacar, aku juga, jadi tidak mungkin kami bersama."
Yewon meringis, tak bisa ia bayangkan ekspresi Soojin kalau tahu fakta menyakitkan ini. Padahal tadinya Yewon ingin cerita hal menyenangkan kalau apa yang ia lihat waktu itu hanya salah paham.
"Oh iya, apa kegiatan pribadi mahasiswa pertukaran juga diliput?"
Pertanyaan Hansol yang tiba-tiba membuat Yewon berpikir. Selama diskusi dengan profesor Lee ataupun rekan satu timnya tidak disebutkan secara rinci, hanya dkatakan kegiatan bersama saja. Yewon berpikir lagi untuk memutuskan hal itu.
"Rasanya tidak, tapi kalau kegiatannya menarik kurasa akan diliput."
"Oh i see," sahut Hansol, "rencananya aku mau berkunjung ke studio musik salah satu kenalan lusa."
"Siapa?"
"Namanya?" tanya Hansol lagi.
"Iyaa, nanti kujawab siapa yang tanya kau marah pula," balas Yewon agak sengit. Dia sudah lelah, lebih mudah marah.
"Lee Jihoon hyung."
Sontak Yewon membulatkan matanya, "really? Dia kenalanku, kami alumni SMA yang sama. Dia jurusan seni musik tahun keempat kan?"
Terkaan Yewon benar, Hansol mengangguk. "Kebetulan sekali."
Mata Yewon berbinar.
"Ini harus diliput."
▪︎
▪︎
▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Morganite: Save Me [Kim Yewon]
Fanfic[SPIN OFF 30 DAY'S IN FEBRUARY] Hanya sekadar pembuktian kisah kalau memang cinta itu tidak habis di orang lama, karena semuanya memiliki porsi masing-masing. #1 in gfriendff 18062024 #1 in umji 09072024