Opening: Sedikit Cerita Dari Masa Lalu

173 10 0
                                    

Brakk

Pria dengan kemeja satin berwarna biru muda itu langsung menutup mulutnya agar kopi yang baru ia seruput tidak keluar. Sebuah gebrakan pada meja di hadapannya membuat ia tersentak, pupil matanya melebar sembari bersungut kesal pada orang yang baru saja berlaku tidak sopan.

Namun, alih-alih marah ia langsung ciut ketika melihat raut wajah horor dari perempuan yang menatap sinis dirinya. Kemudian Seungkwan mengikuti arah lengan Yewon sampai pada ujung jari yang menahan selebaran kertas, kertas berwarna biru yang familiar bagi Seungkwan.

"Orang gila mana yang mendaftarkan temannya diam-diam ke kencan buta? Coba sebut kau mau mati dengan cara apa."

Mendengar ucapan Yewon, Seungkwan langsung memasang ancang-ancang, ia siap berlari kapan saja kalau Yewon menyerang. Ia harus melindungi diri. Itu yang paling penting.

Tepat sebelum Yewon mengamuk, Seungkwan sudah mengambil langkah panjang guna pergi sejauh mungkin dari Yewon yang sudah seperti orang kerasukan.

"Apa salahnya ikut kencan buta, siapa tau kalian cocok."

Mendengar ucapan Seungkwan yang asal-asalan, Yewon semakin naik pitam.

"Aku tidak butuh yang seperti itu, aku tidak cinta."

"Karena cintamu sudah habis di orang lama."

"Brengsek!" Yewon berseru sekali lagi, "minta maaflah sekarang selagi punya mulut Kwan! Awas saja."

Dua orang itu tidak peduli di mana mereka berlarian sekarang, kafetaria kampus memang tidak terlalu ramai, hanya saja mereka yang berlarian sambil berteriak itu tentu akan mengundang perhatian mahasiswa lain untuk memperhatikan.

Kapan lagi bisa melihat kelakuan aneh mahasiswa. Ada yang berteriak, mengamuk, menangis. Kalau bertemu dengan yang seperti itu biarkan saja, siapa tahu mereka adalah mahasiswa tahun kedua.

Yewon berhenti, ia kelelahan karena mengejar Seungkwan yang sudah tak ia ketahui kemana hilangnya. Yang jelas ketika mereka bertemu nanti ia harus ingat untuk memukul kepala Seungkwan sekali.

Bicaranya keterlaluan sekali, meski apa yang dia katakan memang fakta tetapi apa harus disebutkan sebesar itu? Ditambah Seungkwan terus merekomendasikan Yewon dalam kencan buta. Memangnya dia kurang kerjaan sampai harus mengikuti acara semacam itu? Sekarang dia sudah semester empat, sedang sibuk-sibuknya.

Dan lagi, Yewon dan Seungkwan sama-sama berada di jurusan jurnalistik. Alih-alih membantunya mengerjakan tugas Seungkwan malah melakukan tindakan konyol yang tidak membawa manfaat. Bagaimana pikirannya berjalan.

Bicara soal cinta yang habis di orang lama, Yewon kembali mengingat masa SMA-nya yang diwarnai dengan kisah cinta segi banyak, kisah rumit yang membuat dia enggan untuk berhubungan dengan siapapun.

Kata Seungkwan cintanya habis di orang lama—entah Mingyu atau Minghao—padahal yang Yewon rasakan ialah rasa takut untuk memulai, takut kalau kejadian yang sama akan terjadi lagi. Dia kan sudah lelah berjuang.

Menggeleng guna mengusir pikiran buruknya yang berkecamuk, Yewon lantas berjalan kembali ke tempat di mana ia bertemu dengan Seungkwan tadi. Tubuhnya langsung bersandar di kursi dengan kepala mendongak ke atas, ia benar-benar pusing.

Tiga tahun ditambah les dalam bidang yang sama tidak serta merta menjadikan Yewon ahli dalam bidang jurnalistrik. Di sini sangat berat, ia harus bekerja keras agar nilai-nilainya bisa bangkit dari interval 'cukup'.

"Aku lelah sekali, apakah aku harus tes ulang dan mengambil jurusan yang mudah saja? Benar-benar sulit."

"Yang benarnya adalah kau harus punya pacar."

"Tidak-tidak, itu tidak benar."

"Itu benar, carilah pacar agar kau tidak selalu merusuhi aku."

"Kita kan teman SMA, masa kau tidak mau membantu... KWAN!"

Sadar dengan siapa ia bicara sekarang, Yuri kembali bersiap marah sementara Seungkwan sudah berlari menjauh agar tidak tertangkap oleh Yewon.

[2] Morganite: Save Me [Kim Yewon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang