•
•
•Seungkwan baru tiba di kafe sekitar pukul sembilan malam. Tentu saja ia mendapatkan tatapan sinis dari rekan sekelompoknya. Bisa-bisanya pria itu baru menampakkan diri sekarang setelah dua orang itu berjibaku mengatur ini dan itu dalam waktu singkat.
Ditambah Seungkwan mulai memberi komentar dari apa yang Yewon dan Soojin telah kerjakan.
"Kenapa kalian malah berkomunikasi dalam Bahasa Korea? Dan lagi jawaban dari Samantha ini rasanya tidak cukup memuaskan."
Yewon menghela napas kasar, ia melempar kertas laporan secara asal dan berjalan menjauh. Ia lelah.
"Urus sendiri saja, aku sudah muak!"
Soojin berekpresi datar, ia memungut kertas yang dilempar Yewon dan mulai mengemasi perlengkapan mereka. Seharusnya pekerjaan dia cukup di menulis berita hingga publikasi, tetapi karena bagian Seungkwan pun ia dan Yewon yang kerjakan sampai mereka juga mengedit video, tampaknya Seungkwan yang harus mengurus sisanya.
Yewon keluar dari kafe untuk menenangkan diri sekaligus mencari tempat dengan jaringan stabil untuk mengunggah tugas fotografi yang baru siap ia tulis narasinya. Ia sudah benar-benar lelah sejak pagi terus-terusan mengerjakan banyak hal.
Dia berseru sendiri ketika tugasnya berhasil diunggah tepat beberapa detik sebelum portal pengumpulan ditutup. Hanya tinggal menyusun bahan presentasi dan sekarang kepalanya pusing.
Mendengar suara langkah kaki mendekat, Yewon menoleh ke sumber suara. Baru saja ia hendak berdiri untuk menyapa orang yang ia kenal, namun niat itu ia urungkan karena melihat orang itu tidak sendiri.
Dia adalah Hansol, sedang berjalan berdua dengan seorang wanita sambil bergandengan tangan. Yewon melongo, Soojin pasti sakit hati kalau tahu berita ini. Ia mundur teratur sampai keberadaannya tidak disadari oleh Hansol dan wanita itu sehingga mereka berjalan melaluinya.
Selepas memastikan dua orang itu sudab jauh barulah Yewon keluar, ia menutup laptop dan berjalan kembali masuk ke dalam kafe. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Seungkwan yang sibuk di depan laptop sementara Soojin melihat-lihat foto dari kamera yang dibawa Yewon.
"Soojin, kau harus tau," kata Yewon memancing.
Soojin mendongak, "tau apa?"
"Barusan aku melihat Hansol."
"Di mana?!"
Nah, reaksi Soojin bersemangat. Sudah bisa diprediksi betapa patah hatinya nanti ketika tahu apa yang Yewon lihat.
"Tidak jauh dari kafe ini. Dia sedang berjalan, berdua." Yewon tersenyum jahil, "dengan wanita."
Tampak raut wajah Soojin yang syok, seakan tidak percaya namun masih ada harapan di matanya yang bilang untuk tidak berpikir negatif.
"Bergandengan tangan."
Perkataan Yewon selanjutnya membuat Soojin berseru sambil menggeleng, mencoba untuk tidak percaya dengan apa yang Yewon katakan.
"Sungguhan?" Seungkwan yang merespon.
Yewon mengacungkan tangan, ia tergelak dengan reaksi Soojin. "Tapi memang boleh ya kita menggosipkan orang yang baru dikenal seperti ini."
"Tidaaak," Soojin berseru tak terima, "padahal aku baru mendapatkan nomornya."
"Sudahlah Soojin, wanita yang bersamanya tadi cantik. Auranya juga mirip seperti Hansol, seperti orang Amerika. Bisa jadi mereka berasal dari Universtas yang sama."
Mendengar asumsi Yewon selanjutnya Soojin menepuk dadanya dan bergerak seolah menghapus air mata, padahal tidak ada apa-apa.
"Sepertinya yang harus ikut kencan buta itu Soojin, bukan dirimu."
Perkataan Seungkwan selanjutnya membuahkan pukulan pada bahunya, bukan cuma satu, namun dua. Soojin juga marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Morganite: Save Me [Kim Yewon]
Fiksi Penggemar[SPIN OFF 30 DAY'S IN FEBRUARY] Hanya sekadar pembuktian kisah kalau memang cinta itu tidak habis di orang lama, karena semuanya memiliki porsi masing-masing. #1 in gfriendff 18062024 #1 in umji 09072024