🌷03🌷

482 109 15
                                    

Call me Mpiw!
Ada yg nunggu?













Paginya, Lisa terbangun dari lelapnya dengan kepala yang terasa pening bukan main. "Ssshh...pusing banget..." rintihnya.

"Minum ini, mama buatin minuman pereda pengar, biar kepalanya gak sakit lagi..."

Lisa yang semula fokus pada rasa sakit di kepalanya lantas menengok ke arah samping kanan tempat tidurnya. Ternyata sejak tadi di kamar tersebut bukan hanya ada dirinya saja, melainkan ada mamanya juga, yang tengah  menunggunya sambil memberi tatapan amat  teduhnya.

"Mama..." Cicit Lisa dengan suara pelannya. Bukan karena takut, reaksi Lisa saat ini justru cenderung bingung, pasalnya jika sang mama mendapati kondisi dirinya dalam pengaruh alkohol sang mama jelas tak akan bersikap bak malaikat begini, justru mamanya akan memarahi dirinya habis-habisan jika ketahuan habis mengkonsumsi alkohol apalagi sampai pingsan begini.

"Diminum sayang...biar pusingnya reda..." Sekali lagi, kalimat lembut penuh kasih sayang ini terlontar dari mulut mama Anjani, membuat Lisa semakin bingung dibuatnya.

Meski kebingungan melanda, tangan Lisa tetap tergerak mengambil secangkir minuman racikan sang mama, yang disodorkan padanya.

Perlahan Lisa meminumnya, dan aroma dari minuman tersebut langsung menyeruak, menyegarkan indera penciumnya serta tenggorokannya. Perlahan pengar di kepalanya pun tak sekuat tadi.

Melihat Lisa sudah meminum minuman yang dibuatnya tersebut, mama Anjani lantas tersenyum tipis, lalu mengelus kepala sang putri, sambil berujar, "Mama harap ini kali terakhir kamu siksa diri sendiri kaya gini, setelah ini jangan lagi ya sayang? Mama khawatir nak, mama takut kamu kenapa-napa kalo kamu kaya gini terus..."

Selanjutnya, hal yang mama Anjani lakukan adalah meninggalkan kamar sang putri, membiarkan putrinya termenung berkat perlakuan tak biasa yang ia berikan barusan. Ya, perlakuan yang mama Anjani beri pada Lisa barusan sangat tak biasa, karena semenjak lima tahun terkahir tepatnya sejak Lisa berubah menjadi sosok pembangkang dan berontak, mama Anjani tanpa sadar turut berubah menjadi sosok ibu yang keras, yang bisanya hanya mengomeli dan merendahkan putrinya sendiri, tanpa tau jika perlakuannya tersebut justru semakin menjerumuskan Lisa pada lubang hitam yang dipijaknya.

"Gue ngerasa mama gak kaya biasanya? Apa cuma perasaan gue aja atau mama beneran berubah?" Ujarnya.

Tapi kemudian kepalanya menggeleng secara otomatis, "Terserah deh, mau mama berubah atau engga sama sekali gak berpengaruh apa apa buat gue, mending gue pikirin gimana caranya gue bisa sampe rumah semalem dan tidur di kamar ini!"

"Gue harus tanya si Jennita Jamet kayanya..." Sambungnya, lalu Lisa pun mulai menggeledah tempat tidurnya guna mencari ponsel pintarnya.

Setelah dapat benda yang dicari, Lisa pun langsung mengotak-atik ponsel tersebut, sedikit terperangah ketika melihat waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, tapi setelahnya memilih tak peduli dan melanjutkan tujuan awalnya bergelut dengan ponsel tersebut yaitu untuk menelepon sang sahabat.

Setelah menemukan nomor yang dituju, Lisa segera menghubunginya, tak berselang lama ngilamnya terhubung. "Hal---" Suara Lisa sontak menggantung di tenggorokannya, berkat suara bariton yang tiba tiba menyela ucapannya tersebut,

"Assalamualaikum Kalisa Octari putrinya papa Bian, apa kabar?"

Prak

Ponsel yang ia genggam dan ia letakkan di dekat daun telinganya tersebut secara otomatis jatuh begitu saja dari genggamannya, berkat syaraf-syaraf pada jemarinya yang mendadak kehilangan fungsinya setelah mendengar suara yang teramat familiar baginya menggema di penjuru ruang tidurnya barusan.

SEQUEL; YUPi [LK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang