"Sam mau main kayak dulu lagi sama Abang, boleh kan?"
~Samudra Anka~Eungh
Lenguhan terdengar dari Samudra, ia tertidur karena menunggu kedua abangnya yang tak kunjung pulang, netranya menatap ke arah jarum jam yang sekarang sudah menunjukan pukul 12:30 malam, hujan juga belum berhenti membuat Samudra semakin khawatir akan keadaan kedua abangnya itu,
"Abang belum pulang"ucap Samudra kala melihat pintu Kamar kedua abangnya yang masih terlihat sedikit terbuka.
Cklek
Suara pintu berhasil mengalihkan perhatian Samudra, terlihat dua orang pemuda baru saja memasuki rumah dengan keadaan yang basah kuyup.
"Abang darimana aja Sam nungguin Abang"ucap Samudra kepada kedua pemuda tersebut.
"Ckk minggir kek anjing"ucap Skala mendorong Samudra dengan keras, Samudra yang memang tak memiliki persiapan apapun langsung jatuh dengan punggung yang menghantam ke arah meja, tapi bukannya berhenti, Samudra malah kembali berdiri kemudian bertanya kepada kedua abangnya itu.
"Abang dari mana aja? Kenapa basah kuyup gini?, kenapa gak neduh dulu? Atau kenapa gak pake mobil aja"tanya Samudra lagi.
"Lo bisu aja banyak bacot ya sialan"ucap Ken pedas.
"Mau kita kemanapun itu gak ada urusannya sama Lo tai"Sarkan Ken kemudian pergi meninggalkan Samudra diikuti Skala di belakangnya.
"Sam cuma gak mau Abang sakit"batin Samudra sendu.
Samudra memandang sendu ke arah kedua abangnya, ia sudah menunggu mereka sejak tadi, bahkan sampai tertidur di sofa, tidak bisakah mereka mengatakan kata-kata yang sedikit lebih baik kenapa harus kata kata menyakitkan yang keluar.
••SAMUDRA BERCERITA••
Paginya rumah di buat geger dengan Skala yang saat tengah demam karena pulang dengan keadaan basah kuyup semalam, pagi-pagi tadi Bi Minah ingin membangunkan Skala tapi malah mendapati tuan mudanya yang saat ini tengah terkena demam yang cukup tinggi.
Samudra yang tau mengenai kondisi abangnya memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah karena khawatir dengan keadaan sang Abang, begitupun dengan Ken yang tak pergi ke kantor karena khawatir dengan kondisi sang adik, bahkan pagi-pagi tadi Ken langsung bergegas ke kamar adik ya saat tahu mengenai kondisi sang adik yang tengah sakit.
"Kok bisa sakit sih dek, Abang kan udah bilang buat neduh dulu semalem"ucap Ken khawatir saat melihat wajah pucat dari sang adik.
"Aku gak papa kok bang lagian juga cuma demam, besok juga sembuh"ucap Skala sedangkan Ken hanya bisa menghela nafas melihat sikap keras kepala dari sang adik.
Di sisi lain, Samudra yang saat ini tengah berdiri di depan pintu menatap pemandangan di depannya dengan mata yang berkaca-kaca, mendengar bagaimana sang sulung memperlakukan Abang keduanya dengan begitu lembut.
Samudra merasa iri, bahkan selama ini Ken tak pernah sekalipun berbicara dengan nada lembut, yang keluar dari mulutnya hanya kata kata kasar dan juga umpatan yang ditujukan untuknya.
"Bang Ken sayang banget ya sama bang Ska?"batin Samudra entah bertanya pada siapa.
Bahkan saat ia sakit tak ada satupun dari keluarganya yang mau merawatnya, jangan merawat, yang membuat ia sakit saja keluarganya, bagaimana mau merawat kalau mereka sendiri yang membuatnya sakit.
Samudra memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar Skala, ia tak akan sanggup melihat bagaiman kedua saudara itu begitu saling menyayangi berbeda dengan dirinya.
"Tuhan kenapa samudra harus bisu? Sam juga mau seperti anak-anak yang lainnya"ucap Samudra sambil memandang ke arah langit.
Keinginan Samudra hanya satu ia ingin bisa bicara, ia Ingn bisa bicara agar keluarganya mau menyayanginya agar semua orang mau menerimanya, keinginan yang begitu simpel namun mustahil untuk dilakukan.
Sepanjang hari Samudra harus menahan perasaan iri melihat bagaimana Ken yang memperlakukan Skala dengan begitu lembut, tanpa menyadari bahwa ia masih memiliki seorang adik selain Skala, tanpa ia menyadari bahwa adiknya yang lain kini tengah menatap iri ke arah mereka.
"Aden, Aden ngapain di sini? Tanya Bi Minah saat melihat samudra yang hanya diam Sambil memandang ke arah Ken dan juga Skala.
"Bibi, Sam gak salah kan kalo Sam iri sama bang Ska?,Bibi kenapa bang Ken gak merlakuin Sam kayak gitu? Sam adik bang Ken sama bang Ska kan"ucap Samudra dengan mata berkaca-kaca.
Bi Minah terdiam mendengar ucapan dari pemuda yang sudah ia rawat dari kecil, memang benar kenyataan bahwa Samudra tak pernah sedikitpun mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, kadang Bi Minah berpikir kenapa tuan mudanya harus bisu? Kenapa juga hidupnya harus menderita?.
Di sisi lain baik Ken maupun Skala juga menyadari Akan kehadiran dari Samudra sejak tadi, akan tetapi mereka memilih untuk mengabaikannya saja.
Samudra memutuskan untuk pergi, awalnya ia ingin izin untuk tidak bekerja karena melihat keadaan sang Abang dan juga Abang pertamanya yang terlihat merawat Skala dengan baik, Samudra akhirnya memutuskan untuk tetap pergi bekerja..
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA BERCERITA
Novela JuvenilAndai Samudra bisa bicara, para penyelam takkan perlu menyelam untuk mengetahui isi didalamnya. Andai Samudra bisa bicara, Palung Mariana takkan menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan meski sudah lama. Andai Samudra bisa bicara, segitiga Bermu...