Biarkan luka terus berjalan sampai waktu yang nanti akan menyembuhkan
•• SAMUDRA BERCERITA ••
Pagi ini di rumah Putra kini sudah di hiasi dengan triakan putra keduanya karena kejahilan sang sulung.
"MAMA, ABANG JAHILIN GIO TERUS"teriak Gio sambil berlari menuju meja makan yang sudah di isi oleh sang mama, papa Lio dan juga Samudra.
"Abang jangan jailin adeknya terus"ucap Sinta kepada Aska yang baru saja datang.
"Abang gak jailin Gio mah"
"Boong mah Abang boong"ucap Gio lagi
"Udah-udah duduk makan"ucap putra menengahi perdebatan kedua putranya.
Kejadian tadi mengingatkan Samudra pada kejadian saat ia menemani Skala pergi ke mall, bedanya jika di sini ia ikut duduk bersama mereka, tapi jika di keluarganya ia hanya bisa berdiri, bahkan saat ia meminta untuk ikut bergabung sang bunda malah menyuruhnya memakan makanan yang sudah di buang ke lantai seperti hewan.
"Sam kenapa? Gak suka makanannya, mau Mama buatin yang lain"ucap Sinta kepada Samudra, memang sejak kemarin Sinta sudah menyuruh Samudra untuk memanggilnya Mama begitupun dengan Putra yang di panggil Papa.
"Sam gak papa kok Ma"ucap Samudra sambil tersenyum.
Setelah acara sarapan tadi saat ini Samudra tengah berada di ruang keluarga bermain bersama Aska, Gio dan juga Lio.
Puk
"Adek kok Abang di pukul sih"ucap Aska menatap tak terima ke arah si bungsu yang tadi memukulnya.
"Abang nakal gangguin Lio"ucap Lio kesal.
"Dih orang Abang gak gangguin adek kok"ucap Aska yang di acuhkan oleh Lio.
"Dek lagi ngapain"ucap Aska mengganggu Samudra yang saat ini tengah menyusun Lego.
"Abang sana jangan gangguin nanti roboh"ucap Samudra mendorong pelan tubuh Aska.
"Ia deh ia gak Abang gangguin"ucap Aska pasrah.
"Adek Abang ja---"ucap Aska terpotong oleh Gio.
"Stop, jangan gangguin adek atau adek tampol Abang"ucap Gio menatap tajam ke arah Aska yang sudah bersiap-siap akan mengganggunya."Mama Abang gak di ajak main"adu Aska pada sang Mama yang saat ini tengah duduk di Sofa, sedangkan sang Mama dan Papa hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putra sulungnya.
"Gak usah drama deh bang"ucap Putra jengah melihat tingkah sang putra.
"Dih, Papa gak di ajak ya, orang aku ngadu ke Mama kok"ucap Aska kepada sang Papa.
"Hhh udah-udah sana main lagi sama adeknya"ucap Sinta dengan mengelus pelan Surai sang sulung.
Askapun kembali bermain bersama sang adik, sesekali menjahili para adiknya, itu kebiasaan yang tidak bisa ia hilangkan yaitu menjahili sang adik, rasanya ada perasaan senang tersendiri kala melihat wajah tertekan sang adik apalagi kalau sampai adiknya menangis.
Bolehkah Samudra berharap, Bolehkah ia berharap jika suatu saat nanti ia bisa seperti ini bersama keluarganya, ia senang karena ia akhirnya bisa merasakan rasanya memiliki keluarga, meskipun ia sedih kala menyadari bahwa mereka bukan keluarga kandungnya, setidaknya Samudra merasa bahagia di sini.
Sejenak Samudra lupa akan apa yang terjadi, akan penyakit baru yang bersarang di tubuhnya, kebahagiannya ini membuatnya lupa bahwa ini hanya bertahan sementara bukan selamanya.
"Sam bahagia, tapi bakalan lebih bahagia kalo yang saat ini sama Sam itu Ayah, Bunda, Bang Ken sama Bang Ska"harap Samudra dalah hati.
Setelah acara kumpul bersama tadi Samudra saat ini tengah berada di kamar tamu yang ia gunakan sedari kemarin, tangannya sibuk memainkan handphone walau sekedar membuka YouTube dan melihat beberapa Video yang menurutnya lucu.
Tes
TessCairan merah kental menetes dari sela-sela hidung Samudra, rasa pening menyerang dengan hebat, Samudra dengan cepat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan darah yang terus keluar dari hidungnya, mengabaikan rasa pening yang terus menyerang bagian kepalanya hingga membuat tubuhnya lemas tak berdaya.
ShhhErangan dan desisan semakin terdengar dari mulut Samudra kala merasakan Sakit yang semakin menjadi-jadi di area kepalanya.
Setelah 15 menit bergelut dengan rasa sakitnya Samudra akhirnya sudah merasa lebih baik, darah yang semula terus mengalir dari hidungnya kini sudah berhenti, rasa pening yang sedari tadi menyerangnya kini sudah terasa lebih baik.
Samudra dengan cepat mengambil beberapa tisu, kemudian membersihkan bekas darah yang tercecer, baik di kamar mandi maupun di kamar tamu.
Setelah selesai membersihkan darahnya Samudra kemudian memasukkan tisu tersebut ke dalam toilet dan menyalakan flashnya untuk menghilangkan bekas darahnya.
Samudra bergegas keluar dari kamar mandi sebelum ada yang mencarinya, Samudra berjalan keluar untuk mencari orang rumah.
Kejadian tadi seakan membuat kesadarannya kembali, ia sudah terlalu lama di sini, di tempat yang tak seharusnya, ia harus segera pulang, atau ia akan mendapatkan murka dari keluarganya.
"Ma"ucap Samudra sambil menepuk bahu milik Sinta pelan.
"Eh, kenapa?"tanya Sinta
"Sam mau pulang"ucap Samudra, ia terlalu terlena akan kenyamanan di rumah ini sampai lupa untuk pulang.
"Kenapa gak nginep sehari lagi aja"ucap Sinta kepada Samudra.
"Sam gak bisa Sam harus pulang"ucap Samudra menunduk, bohong kalau ia bilang ia tak ingin di sini, ia sangat nyaman di sini, bahkan lebih nyaman dari bersama keluarganya sendiri.
"Yaudah biar Abang Aska antar ya?"ucap Sinta yang di angguki oleh Samudra.
"Ayo Abang anter"ucap Aska yang sedari tadi mendengarkan percakapan sang Mama dengan Samudra.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan sedikitpun, pikiran Samudra berkecamuk membayangkan hal apa yang akan terjadi saat ia pulang nanti, keluarganya pasti akan sangat murka kepadanya.
"Gak mau turun?"tanya Aska pada Samudra yang sedari tadi diam tak bergerak.
Samudra mulai turun dari mobil yang ditumpanginya, sebelum masuk ia sempatkan untuk berpamitan kepada Aska terlebih dahulu.
"Makasih ya Bang, maaf ngerepotin"ucap Samudra tak enak.
"Apaan sih kan udah gue bilang gak usah sungkan, gue udah anggap Lo kayak adek gue sendiri, kayak Gio sama Lio"ucap Aska.
"Makasih ya bang"ucap Samudra lagi.
"Sama-sama, udah sana masuk"ucap Aska yang langsung di turuti oleh Samudra.
Cklek
Brughh
Satu hantaman tepat mengenai wajah Samudra saat ia baru saja membuka pintu.
"Sudah puas menjalang atau masih kurang?"
Samudra menatap Ken yang kini berdiri di hadapannya dengan raut marah, tubuhnya bergetar kala merasakan aura kemarahan sang Abang.
"Lo pikir Lo bisa lepas dari hukuman Lo karena Ayah sama Bunda lagi keluar kota iya?"ucap Ken sesekali menonyor kepala Samudra dengan keras.
"Abang Sam cu--"
"Ngomong pakek mulut bukan pakek tangan, Lo kira bakal ada yang ngerti Lo ngomong apa"ucap Skala yang sedari tadi menyaksikan kejadian di mana Sang Abang meukul wajah Samudra dengan keras.
"Maaf"ucap Samudra dengan menundukkan kepalanya.
"Udah lah bang bawa aja langsung ke belakang"ucap Skala lagi~notqueen_1~

KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA BERCERITA || END
Teen FictionAndai Samudra bisa bicara, para penyelam takkan perlu menyelam untuk mengetahui isi didalamnya. Andai Samudra bisa bicara, Palung Mariana takkan menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan meski sudah lama. Andai Samudra bisa bicara, segitiga Bermu...