9. Bunda

462 39 5
                                    




"Mau bagaimanapun Bunda, Bunda tetep orang yang lahirin Sam, tetep Bundanya Sam, tetep cinta pertamanya Sam"

~Samudra Anka~




    
Pagi ini Samudra bangun dengan suasana hati yang lebih baik, menatap matahari yang sudah mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu, Samudra beranjak dari tidurnya menuju ke arah kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri.
    
Tok tok tok
    
Samudra yang baru saja keluar dari kamar mandi mulai mengalihkan pandangannya ke arah pintu, saat di buka terlihat sang Bibi yang tengah berdiri di depannya, Samudra mengernyit kala melihat bukan Bi Minah yang mengetuk pintunya.
    
"Kenapa?"tanya Samudra kepada sang Bibi.
    
"Aden di suruh nyonya untuk turun ke bawah"ucap salah seorang Bibi kepada Samudra, Samudra kembali mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan sang Bibi.
    
Tidak biasanya sang bunda memanggilnya untuk turun ke bawah terlebih dahulu, dengan sedikit gugup Samudra mulai mengikuti perkataan sang Bibi untuk turun dan menemui sang Bunda.
    
"Bunda manggil Sam?"ucap Samudra dengan bahasa isyarat ketika sudah berada di hadapan sang bunda.
    
"Sudah datang kau rupanya, hari ini akan ada acara di rumah seperti biasa jangan menampakkan diri di depan tamu-tamu nanti, sekarang pergilah dan bantu Bibi di belakang"ucap Sang Bunda tanpa menatap ke arah Samudra.
    
Samudra hanya mengangguk kemudian pergi ke belakang untuk membantu para Bibi di belakang.
    
"Bibi ada yang bisa Sam bantu"ucap Samudra kepada Bi Asrih, Bi Asrih merupakan salah satu pembantu yang lumayan dekat dengan Samudra selain Bi Minah.
    
"Udah Aden duduk aja,biar Bibi yang ngerjain"ucap Bi Asrih dengan sedikit kekehan, Samudra ikut terkekeh saat mendengar ucapan Bi Asrih.
    
"Kasihan ya tuan dan nyonya, padahal den Ken sama Den Skala Ganteng tapi anak bungsunya malah cacat gitu"
    
"Ia kasihan, Bu Sonya sama Pak Stevan pasti malu banget kalo sampai ada yang tau"
    
Sayup-sayup Samudra mendengar ucapan dari beberapa pembantu yang ada di sana, hatinya menclos kala orang-orang terus menghakiminya karena kekurangannya itu.
    
"Ehmmm kerja kerja aja  gak usah omongin orang"suara dari Bi Minah seakan membangunkan Samudra dari lamunannya tadi.
    
"Aden kalo mau ke kamar, ke kamar aja gak papa"ucap Bi Minah, ia tahu kalo Samudra mendengar semua ucapan dari pembantu-pembantu tersebut.
    
"Gak papa Sam mau di sini aja"ucap Samudra dengan tersenyum.
     
Saat ini Semua hidangan mulai di sajikan satu persatu, Samudra turut serta membantu mengantarkan camilan di ruang makan.
    
"Eh jeng ini siapa?"ucap seorang Wanita paru baya.
    
Samudra langsung terkejut saat melihat ruang tamu yang kini sudah di isi oleh para tamu, padahal tadi sang Bunda sudah mewanti-wanti dirinya agar tak menampakkan diri, tadi juga belum ada satupun tamu yang datang jadi ia berfikir untuk membantu sang Bibi, tak tau kalau ternyata tamu sudah mulai berdatangan.
    
"Maafin Sam"ucap Samudra menggunakan bahasa isyarat.
    
"Ih bisu lagi"ucap wanita lain.
    
Samudra hanya bisa menundukkan kepalanya, ia yakin ia akan di marahi habis-habisan oleh sang Bunda setelah ini.
    
"Oh dia, dia anak pembantu di sini"ucap sang Bunda tanpa memperhatikan perasaan Samudra yang terluka saat mendengar hal tersebut.
    
"Oh anak pembantu to, baik banget sih jeng Sampek mau nampung anak pembantu segala"tambah wanita tadi.
    
"Hhhhh ya mau gimana lagi"ucap Sonya dengan kekehan yang terkesan sedikit canggung.
    
Samudra langsung melangkahkan kaki meninggalkan ruang tamu, memilih pergi ke taman belakang untuk menenangkan diri, perkataan sang Bunda yang mengatakan bahwa ia adalah putra dari seorang pembantu terus terngiang di otaknya tanpa henti.

•• SAMUDRA BERCERITA ••

Tak terasa Sudah 2 jam Samudra duduk di taman belakang, pandangannya hanya menatap kosong lurus kedepan.
    
Prang
    
Sebuah gelas menghantam ke kepala Samudra, dapat ia lihat Sonya yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan tajam seakan bisa mengulitinya saat itu juga.
    
"DSAR ANAK BODOH, APA KAMU SENGAJA MAU MEMPERMALUKANKU HA?"bentak Sonya kemudian tanpa rasa kasihan sedikitpun langsung menyeret Samudra ke arah kamar Samudra.
    
"Anak Sialan, apa kamu tau kalau kamu hampir membuatku malu ha?, mau di taruh di mana muka keluarga kita kalo sampai semua orang tau kalau salah satu keluarga Dewantara adalah seorang yang bisu sepertimu"sarkas Sonya.
    
Samudra hanya diam, kepalanya berdenyut sangat kerasa, rasa sakit seakan menguasai tubuhnya saat ini, ia bahkan tak bisa mendengar dengan jelas apa yang di katakan oleh Sonya.
    
Sedangkan Sonya hanya menatap malas ke arah Samudra yang sepertinya tengah menahan sakit, ia kemudian pergi meninggalkan Samudra yang tengah kesakitan, tak lupa ia juga mengunci pintu kamar Samudra.
    
Darah mulai keluar, tapi kali ini bukan hanya dari kepalanya melainkan dari hidungnya juga, darah terus menetes mengotori lantai putih yang saat ini sudah penuh akan noda darah.
    
"Sakit tuhan"
    
Rasanya benar benar sakit, dadanya sesak seakan-akan ia sudah tak bisa bernafas lagi, Samudra menatap pintu kamar berharap ada yang menolongnya sebelum kesadarannya benar-benar terenggut oleh kegelapan.

•• SAMUDRA BERCERITA ••

    
Samudra mulai membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah, bagaimana tubuhnya yang masih tergeletak di lantai dengan posisi yang sama.
    
Dengan sekuat tenaga, Samudra mulai berdiri menuju kamar mandi, matanya menatap pantulan dirinya yang saat ini diselimuti oleh darah yang telah mengering di beberapa tempat.
    
Ssshhh
    
Baru saja akan membersihkan darah yang telah mengering di beberapa bagian wajahnya, darah kembali mengalir dari lubang hidungnya, kepalanya juga terasa pening, tubuhnya juga lemas, Rasanya Samudra ingin menangis kala rasa sakit terus menghujaninya tanpa henti.
    
"Bunda Sakit"lirih Samudra dengan suara yang benar benar pelan.
    
Jangankan untuk kembali ke tempat tidur untuk berdiri saja Samudra benar-benar sudah tidak mampu lagi, ia hanya bisa tergeletak takberdaya di lantai kamar mandi menunggu seseorang untuk membantunya jika memang ada, tapi ia sadar kalau itu hampir tidak mungkin, apalagi saat melihat kemarahan sang bunda
    
Biasanya butuh waktu 3-4 hari agar sang bunda mau membukakan pintu untuknya, dan di saat itu ia sudah tidak yakin apa yang akan terjadi kepadanya, apakah ia akan terus tergeletak di lantai?, ataukah ada yang akan mengetahui keadaannya.
    
Tapi saat mereka mengetahui keadaannya apakah mereka akan peduli?,nyatanya semua luka yang ia dapat saat ini juga berasal dari mereka.
    

•• SAMUDRA BERCERITA ••

   

2 hari berlalu, keadaan Samudra kini sudah bagaikan mayat hidup, bibir yang sekarang sudah pucat bahkan hampir membiru, kulit yang sekarang terlihat seperti kulit mayat dan yang lebih mengenaskan lagi adalah tak ada satupun yang mengetahui keadaan Samudra. 

Sudah 3 hari Samudra tak diberi makan, kemarin ia dengan sekuat tenaga berusaha untuk bangun dari lantai kamar mandi ke arah kasur, walaupun susah payah tapi akhirnya Samudra berhasil.

"Bunda Sam laper"ucap Sam sambil meremat perutnya yang terasa sakit.
    
Samudra meneteskan air matanya kala merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya, kepalanya pusing, tubuhnya sakit, perutnya terasa melilit karena belum makan apapun dari 2 hari yang lalu.
    
Cklek
    
Pintu di buka, nampaklah seorang pemuda yang baru saja masuk, raut wajahnya terlihat kaget saat melihat keadaan Samudra, apalagi darah yang terlihat sudah mengering baik di lantai, baju ataupun di beberapa bagian wajahnya Samudra, dia Skala, dengan cepat Skala kembali mendatarkan wajahnya saat menyadari apa yang tengah ia pikirkan.
    
Skala berjalan menuju kamar mandi milik Samudra, saat ia membuka pintu hal yang pertama ia lihat juga darah kering yang berceceran dimana-mana, ada sedikit rasa khawatir di hati tapi dengan cepat ia menepis rasa tersebut saat sudah menyadari apa yang ia lakukan.
    
Byurr
    
Samudra terbangun kala merasakan guyuran pada tubuhnya.
    
"Bangun anjing, enak banget Lo tidur"ucap Skala dengan nada sinis.
    
"Abang Sam pusing"ucap Samudra.
    
"Bacot banget lu Babi, cepetan anjing"ucap Skala kemudian menarik tangan Samudra.
    
"Gue tunggu Lo di bawah gk turun, tau sendiri Lo akibatnya"ucap Skala kemudian pergi meninggalkan Samudra yang sudah kembali tergeletak di lantai.




~notqueen_1~


SAMUDRA BERCERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang