Demam

774 59 7
                                    

Disclaimer!

- Banyak kata kasar dan tidak untuk ditiru.
- Ditulis dengan bahasa yang nonbaku.
- Semua konten yang termuat di dalam karya ini sifatnya fiksi.

Happy reading!

###

Pagi ini dihiasi dengan suasana yang penuh kasih dari Kafael dan Gazzel.
Keduanya lagi menikmati sarapan yang Gazzel buat. Tadinya mau kekeuh buat Kafael yang masak, tapi dengan segala sayang dan jurus cinta Gazzel, akhirnya bocah itu nurut dan mengalah. Bukan tanpa alasan Gazzel keras kepala biar dia yang masak, tapi karena mendapati beberapa hari belakangan ini Kafael lagi nggak sehat. Berulang kali ngeluh pusing dan bahkan sekarang ditambah batuk pilek.

Gimana Gazzel nggak khawatir kalau Kafael mau megang pisau sama kompor dalam kondisi nggak fit? Untung anaknya nurut. Tadinya gamau dibangunin sama Gazzel biar istirahat yang cukup, perkara presensi nanti bisa titip ke temennya, eh taunya dia bangun sendiri dan mau gamau Gazzel mengalah. Kafael punya alasan yang jelas buat dia nggak bolos hari ini. Ada kuis yang nggak bisa ditinggal katanya, dia gamau nilainya sampai kosong.

"Pelan-pelan makannya, masih belum telat kok. Kamu selesai kelas jam berapa?" Tanya Gazzel sembari membersihkan sisa makanan disudut bibir Kafael. Ini beneran maba kah? Kok kayak bayi begini bentukannya, batin Gazzel begitu.

"Kelas pagi ini sekitar jam 10 an deh kayaknya, siang ada kelas lagi. Hari ini cuman dua matkul."

"Yakin kuat? Kalau udah ngerasa nggak sanggup, jangan dipaksain ya? Telfon Azze kalau ada apa-apa."

Kafael mengangguk dengan senyum, menangkup pipi Gazzel dan mencium pucuk hidung pria jakung itu.

"Iyaa Azze sayang...!"

Bekas makanan mereka Gazzel juga yang membersihkan, Kafael duduk anteng memperhatikan cowok gantengnya itu kesana kesini sambil sesekali merhatiin dia. Duh, kalau diperhatiin segininya, siapa yang ga jatuh cinta ya? Pantes si mbak Owen itu naksir, bentukannya ganteng banget sih emang.

Beberapa menit berlalu, Gazzel telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia menolehkan kepalanya mendapati Kafael melamun, "hei, ngelamumin apa?"

"Pantes ya mbak Owen naksir kamu, aku juga nggak bisa nyalahin dia sih.. kamu ganteng banget, zee."

Dahi Gazzel mengernyit, "ngomong apa sih? Udah ayo, mana tas kamu biar aku bawain."

Tuhkan..

Kafael memberikan tasnya kepada Gazzel, lantas mengikuti sang pemilik rumah untuk keluar menuju parkiran. Sehabis memastikan Kafael duduk nyaman di kursi penumpang, barulah Gazzel menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. Satu tangannya yang menganggur, ia kaitkan dengan jemari Kafael yang terasa panas di genggamannya. Ia kecup sebentar, lalu Gazzel usapkan pada pipi Gazzel sendiri.

"Bener ya kalau ada apa-apa telfon Azze? Dan nggak maksa kalau emang udah limit?"

"Iyaa, astaga. Ini udah yang ke 13 kalinya kamu ngomongin itu ke aku, Azze. Tenang aja, aku ini juga laki-laki terlepas aku jadi pihak bawah yaa, bisa jaga diri pokoknya!"

Gazzel terkekeh dibuatnya, "siap deh, siapp."

Sesampainya di kampus, mereka berjalan beriringan untuk menuju tempat Kafael melakukan kuisnya. Gazzel bersikeras mau mengantarkan sang pujaan hati sampai ke tempat duduk dengan selamat. Tautan jemari mereka sama sekali, barang sebentar pun, nggak dilepasin. Bahkan papasan sama dosen, Gazzel dengan bangga menarik Kafael untuk semakin menempel dan memperkenalkan Kafael sebagai pacarnya jika sang dosen bertanya. Atau siapapun yang bertanya, ia akan menerangkan dengan senang hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KATING - GEMINIFOURTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang