•8| Teman? •

13 3 29
                                    

"Teteh tenang teh... Kang Saki pasti bakal keluar teh."

Maira mencoba menenangkan Salsa yang khawatir dengan kondisi Alsaki saat itu. Baru saja mereka keluar, mobil polisi sudah berdatangan di depan rumah hantu. Maira dan Salsa langsung dihampiri oleh beberapa polisi untuk diberikan perlindungan dan sedikit pertanyaan.

Maira dibuat bingung dengan kedatangan para polisi itu. Ia yakin hanya mereka yang tau tentang kejadian yang ada di dalam dan ia juga yakin bahwa Salsa sama sekali belum menelfon polisi sejak kabur tadi. Saat beberapa polisi memasuki rumah hantu, seorang gadis berkacamata yang ternyata adalah Taalia langsung lari menghampiri Salsa dan Maira.

"Kalian pada gak apa apa kan?!" tanya Taalia khawatir.

"Al? kamu ngapain di sini?" tanya balik Maira yang heran.

Sebelum Taalia sempat menjawab pertanyaan Maira, Maven datang menghampiri mereka dan menjawab pertanyaan Maira. "Aku ama Al tadi jalan jalan ke sini terus pas mau ke cafe, Al bilang kalau ada yang ketinggalan jadinya kita balik lagi ke sini."

"Oh ya Kang Saki mana?" tanya Maven yang membuat Taalia juga penasaran.

"Alsaki masih didalam. Gimana kalau dia gak bisa keluar? gimana kalau-" Salsa tak bisa menghilangkan pikiran negative nya semenjak melihat mayat dan tangan Alsaki yang tersayat. Taalia langsung memeluk Salsa untuk menenangkannya. Sedangkan Maira dan Maven hanya menatap satu sama lain seperti orang yang sedang berbicara.

"Aku kelamaan ya?"

Salsa langsung melihat ke seseorang yang berada di hadapannya di saat bersamaan dengan Taalia yang melepaskan pelukannya dari Salsa. Salsa langsung menghampiri orang itu yang tak lain adalah pacarnya Alsaki. Salsa mengulurkan tangannya perlahan, mencoba untuk memegang wajah Alsaki yang memiliki luka sayat di bagian pipinya.

"Harusnya kamu ikut kita tadi..." ujar lirih Salsa sambil menunduk di hadapan Alsaki itu.

Alsaki yang mendengar suara lirih Salsa hanya tersenyum dan berkata,"Maaf ya aku bikin kamu khawatir."

Melihat hal itu Taalia juga menghampiri Alsaki dan Salsa kecuali, Maira dan Maven. Maira duduk di bangku kayu begitu pula Maven. Mereka berdua hanya memerhatikan Alsaki, Salsa, dan Taalia dari kejauhan.

"Kenapa malah manggil polisi? Bukannya kamu anggota Klandestin? Kenapa gak coba urus hal ini sebagai anggota Klandestin?" Pertanyaan beruntun dilontarkan oleh Maira kepada Maven yang berada di sebelahnya itu.

"Aku udah ngelapor soal hal ini ke anggota Klandestin yang lain. Jadi, biarin mereka yang ngurus. Untuk pemanggilan polisi, jujur aja itu cuma buat ngurusin orang orang yang dibunuh dan bukan buat nangkep pelaku. Aku udah liat kok kalau pelaku nya bukan orang biasa. Jadinya, percuma manggil polisi kalau buat nangkep pelakunya," jelas Maven sambil mendongakkan kepala nya untuk melihat langit malam yang ditutupi awan itu.

Maira hanya meng-oh kan penjelasan dari Maven dan beranjak dari duduknya memerhatikan sekelilingnya sampai ia melihat seseorang yang sedang memerhatikannya itu dan orang itu seperti memintanya untuk mendekat.

"Maven... Nanti tolong bilang ke yang lain buat pulang duluan kalau udah selesai di wawancarain apa polisi polisi itu," pinta Maira kepada Maven.

"Terus kamu pulang nya gimana?" tanya Maven sembari melihat ke arah Maira.

"Aku bakal pesen ojol. Pokoknya bilangin aja kayak gitu!" Maira pergi meninggalkan Maven sendiri di sana.

Maira berlari menuju sebuah stand dan melihat sekelilingnya lagi. "Aku yakin kok tadi dia di sini..."

Saat Maira ingin melangkah, tangannya di genggam oleh seseorang. Dengan sigap Maira langsung berbalik dan dilihatnya Zidan yang sedang memegang tangan Maira.

Between our IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang