•6| Basecamp •

25 5 26
                                    

"Cape banget hari ini..." eluh gadis berkacamata di dalam mobil.

"Al kalau kamu ngeluh lagi di mobil akang, akang turunin kamu di jalanan," ancam pria yang sedang menyupir itu.

"Dih, Kang Farhan emang tega ninggalin aku di jalanan yang terpenuhi oleh debu ini?" tanya Taalia sambil mengibaskan rambutnya.

"Tega kok... Mau aku lempar dari jembatan juga tega kok," jawab singkat Farhan tanpa memikirkan hal yang lain lagi.

Taalia tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari kakak kelasnya itu, "Akang seja-"

"Iya akang sejahat itu," potong Farhan sebelum Taalia menyelesaikan kalimatnya.

Taalia memincingkan matanya melihat ke arah pria itu yang sedang menyupir di jok depannya.

"Padahal Akang juga ngeluh kan tadi!" seru Taalia membalikkan fakta.

Farhan melihat ke arah kaca yang berada di plafon dalam mobil untuk melihat tingkah laku Taalia.

"Akang ngeluh juga gak sesering kamu. Berisik bikin pusing kepala. Mana lagi macet ini," Farhan sedikit merasa kesal dengan adik kelasnya itu hingga temannya yang duduk di jok samping nya menyuguhkan permen.

"Naon ieu teh wan?" tanya Farhan dengan heran melirik ke arah Ridwan.

Ridwan membuka permen itu lalu memakannya dan mencari permen lain di sakunya lalu menyuguhkannya kembali pada Farhan, "Nih, ambil, makan, terus diem. Berisik tau."

Farhan mengambil permen itu seketika. Ridwan juga memberikan permen pada Taalia dan pacarnya yakni Maven yang di mana Taalia dan Maven sedang duduk di kursi belakang, kursi penumpang. Di karenakan hal itu, mereka semua terdiam sementara dan fokus pada urusan masing masing.

"Tapi, bener loh kang... Hari ini latihan Klandestin bikin sakit badan," eluh kembali Taalia.

Lampu lalu lintas yang berwarna merah kini sudah berubah menjadi warna hijau. Farhan langsung tancap gas dan meminggirkan mobilnya di sebuah jembatan layang.

"Turun! Biarin aku ngelempar tuh anak wan!"

Ridwan berusaha menahan Farhan untuk tetap di kursi supir, "Sabar han... Sabar!"

Melihat itu membuat Taalia seketika memeluk Maven akibat takut benar benar dilempar oleh Farhan. Di sela sela Taalia memeluk Maven, Taalia berusaha untuk meminta maaf pada Farhan yang sudah emosi itu.

'Harusnya gue kagak ngeluh... gue kira si kang Farhan bercandaan soal tadi,' ujar batin Taalia yang menyesal akibat malah mengeluh hal yang sama kembali.

***

"Masak apa?"

"Cuma masak yang ada di kulkas kok kang Qor," jawab gadis itu.

"Ngomong ngomong Kang Saki mana? Biasanya suka bareng ama akang," lanjut gadis itu bertanya pada Qorih.

Qorih berjalan ke arah sofa dan bersantai merebahkan dirinya itu lalu barulah ia menjawab pertanyaan gadis itu, "Terakhir sih di kamarnya. Toh nanti juga dia dateng kok Mai."

Maira mengangguk mendengar jawaban dari Qorih sambil meniriskan ayam goreng yang sudah ia angkat. Sembari meniriskan ayam goreng, Maira mulai membereskan dan makanan lain yang telah ia masak sebelumnya.

"Oh ya... Mai!" panggil Qorih.

"Ya kang?" sahut Maira sedikit meninggikan volume suaranya di karena kan dia berada di dapur.

"Bisa tolong bikinin kopi susu? Lagi mood kopi susu," pinta Qorih kepada Maira yang masih berada di dapur.

"Iya kang!" sahut Maira.

Between our IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang