•1| Undangan •

27 5 31
                                    

"Pemirsa... Hari ini adalah hari yang sangat besar bagi kita semua. Seperti yang kita bahwa ketua Klandestin yang merupakan pahlawan kita akan berhenti mulai dari sekarang dan posisi nya di gantikan oleh murid nya yang paling ia percaya. Menurut kabar burung, ketua kelompok Klandestin saat ini akan merekrut beberapa anggota. Dengan cara apa nya itu kita tidak akan tahu... Sekian berita tentang Klandestin terkini, mari kita sambung dengan berita selanjutnya."

"Gilaaa!!! Mereka ngadain perekrutan anggota baru!!!" ujar seorang gadis berkaca mata, berbinar binar manatap televisi.

"Maira, lo mau ikut jadi anggota Klandestin yang hero ini gak?" tanya gadis itu pada temannya.

"Kamu sendiri mau jadi hero Al?" tanya Maira yang sedang bermain game di HP -nya.

Gadis berkacamata aka Taalia yang di panggil Al itu membalikkan badannya, melihat ke arah Maira dan menjawab, "Ya gue sih mau mau aja kalau bisa..."

"Tapi, gimana ya... Mereka itu kan punya kekuatan sedangkan gue cuma manusia biasa gini bisa apa coba," sambung Taalia menjatuhkan diri nya ke atas sofa tepat sebelah Maira.

Taalia melihat ke langit langit dan memejamkan matanya sembari membayangkan dirinya memiliki kekuatan super. Tiba tiba ia merasakan sentuhan dingin di pipi nya, ia membuka matanya dan terlihat seorang laki laki sedang menempelkan gelas berisis coklat dingin pada pipi Taalia.

"Tanpa kekuatan juga, kamu udah jadi hero kok buat aku," ujar laki laki itu dengan senyuman pada Taalia.

Taalia merasakan panas sudah menyebar di seluruh wajahnya. Dengan cepat Taalia langsung duduk dengan benar. Laki laki itu tertawa kecil dan duduk di sebelah Taalia sembari menyuguh kan minuman coklat dingin pada Taalia.

Taalia menerima minuman itu sembari bergumam, "Makasih... Maven..."

Walaupun saat itu Taalia bergumam, Maven masih bisa mendengarnya dengan jelas hanya tersenyum hangat pada nya.

"Kalian kalau mau bucin bisa gak sih jangan di sini? Geli gua ngeliatnya."

Taalia memincingkan mata nya ke arah suara itu berasal, "Kalau iri bilang bosss! Kagak punya pacar ya lu? Kacian."

"Heh! Gua juga punya pacar asal lo tau!"

"Halah! Koumie kan? Pacar kok gepeng? Gak punya yang real life ya?"

"Al udah al... Kamu juga Dikri..." ujar Maven yang menengahi pertengkaran antara Taalia dan Dikri pada saat itu.

Dikri mendecih kesal dan berjalan keluar rumah.

"Kri!! Mau kemana?" tanya Maira yang melihat Dikri pergi keluar.

"Nyari angin... Sumpek aku kalau deketan ama tuh anak berotak sengklek," jawab Dikri mengarah ke arah Taalia.

'Tuh anak gue jual aja ke dark web apa ya?' geram batin Taalia setelah mendengar perkataan Dikri.

Dikri menyadari raut wajah Taalia yang terlihat kesal. Namun, ia mengabaikannya dan mengarahkan pandangannya kepada Maira yang sedari tadi melihat ke arahnya.

"Kenapa? Mau ikut?" tanya kembali Dikri pada Maira.

Maira menatap Dikri dengan tatapan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dikri dan bertanya kembali dengan heran, "Emang boleh?"

Dikri diam sejenak dan menjawab, "Enggak... Dah ya... "

Dikri pun keluar rumah meninggalkan ketiga orang di sana tanpa sepatah kata lainnya.

'Terus ngapain nanya?' Maira menghela nafas dan fokus kembali dengan game yang ada di HP -nya itu.

Taalia mendekati Maira dari belakang dan membisikkan, "Di php in ya? Kacian..."

Between our IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang