•9| :)? •

10 4 106
                                    

"Masem amat tuh muka... Semangat dikit dong na," ujar pria yang sedang mengambil susu kotak berukuran besar dalam kulkas.

Nakshatra atau yang biasa di panggil Nana itu melirik ke arah pria itu dan kembali fokus dalam memasak sandwich nya itu. Pria itu melirik ke arah Nana juga tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Nana yang sibuk membuat sandwich untuk sarapan dan pria itu sibuk menyiapkan 5 gelas berisi susu lalu menatanya di meja makan.

"Bang Marka ama Kak Ren hari ini sibuk gak?" tanya Nana melirik ke arah pria yang dipanggilnya Bang Marka itu.

"Kalau ngeliat jadwal aku sih kayaknya hari ini gak sibuk sibuk amat. Kalau kamu, Ren?" tanya Marka sambil menaruh susu kotak itu kembali ke dalam kulkas.

Ren yang sedang duduk di kursi meja makan sambil memainkan handphone nya itu pun menjawab tanpa melirik ke arah Marka atau pun Nana.

"Cuma photoshoot doang buat majalah kampus."

"Kenapa emang gitu Na?" tanya Marka yang penasaran alasan Nana menanyakan soal jadwalnya dan juga Ren.

"Av ngasih kabar ke aku soal penglihatannya kemarin. Aku bakal kirim ke kamu juga soal datanya." Nana langsung meraih handphone nya yang berada di meja dan mulai mengotak atik nya.

Marka terus memperhatikan Nana hingga menghela nafas. Marka berjalan mendekati Nana lalu meraih handphone Nana. Nana melirik ke arah Marka dengan perasaan heran.

"Ren, tolong bilangin ke wali kelas nya Nana. Tau kan maksud aku?" Ren melirik ke arah Marka lalu memberi respon dengan tangan yang menunjukkan oke.

Nana menatap heran Marka. Sedangkan Marka sendiri, sibuk mengotak atik handphone Nana untuk memindahkan data data ke handphone nya.

"Maksudnya apa? Bilang ke wali kelas aku kalo aku sakit atau ijin?" Kalimat yang dilontarkan oleh Nana membuat kedua kakaknya itu yakni Marka dan Ren melihat ke arah Nana. "Aku masih bisa sekolah. Gak butuh bantuan sampe bikin ijin gitu."

"Sadar diri... Maksain segalanya, gak akan bikin kamu sembuh. Kamu kira aku ama Marka enggak tau kalau kamu overwork dari semalem," jelas Ren sambil mematikan handphonenya dan menaruhnya di meja makan.

"Bukannya aku gak seneng liat kamu ambis kek gitu. Untuk masalah sekolah aku angkat tangan karna hal di sekolah, gak ada sangkut pautnya ama kita kita, tapi buat masalah di sana... Aku, Ren bahkan Jendral sama Harsa itu masih ada sangkut pautnya dan aku setuju ama apa yang dibilang ama Ren, " jelas Marka yang setuju dengan Ren.

"Aku itu ketua ba-"

"Heh!" Ren langsung beranjak dari kursi nya, menatap mata Nana yang berada di sebrang meja makan saat itu.

"Berapa kali sih si Marka harus bilang? Kamu emang ketua di sana, tapi masih ada aku, Marka, Harsa sama Jendral di sana. Kamu nganggep kita paan?! Kita juga bukan sekedar rekan di sana, kita saudara na!" ujar Ren yang terlihat kesal.

"Ren. Udah Ren," tegas Marka tanpa menaikkan nada suaranya. Marka menatap tajam ke arah Ren.

"Dia harus sadar ka..." Balas Ren tanpa melihat ke arah Marka. Tatapan Ren hanya tertuju pada Nana tanpa teralihkan sekalipun.

"Jujur aja, semenjak kamu jadi ketua di sana, kamu berubah Na. Jarang komunikasi ama kita tentang hal ini itu, tiba tiba ngasih tunjuk ke kita semua tentang 'plan' kamu yang kadang gak manusiawi gitu keliatannya. Kamu sadar kagak sih berapa lama kamu overwork kek gitu? Berapa lama kamu ngerasa harus nanggung bebas sebesar itu? Berapa lama Marka terus mikirin gimana kamu kedepannya? Aku bahkan gatau kenapa guru lebih milih kamu sebagai ketua. It's not like I'm not support you,ok? I know you are smart, very smart. But, as a leader I prefer Marka for that place. " penjelasan panjang lebar keluar dari mulut Ren begitu saja.

Between our IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang