•4| Sekolah •

14 5 13
                                    

"Jadi, ada yang ingin ditanyakan?" tanya seorang guru yang sedang berdiri di depan kelas.

Seisi kelas itu hanya diam tanpa menyahuti perkataan gurunya itu. Guru itu hanya menghela nafas dan berakhir memberikan tugas kelompok pada murid murid nya.

"Kalau gitu ibu mau kalian ngerjain tugas, satu kelompok isinya 2 orang," pinta guru itu sambil berjalan ke kursinya.

"Tapi, bukan dengan teman sebangku... Ibu bakal acak pasangan kalian," sambung guru itu yang membuka buku absen.

Mendengar perkataan guru itu, membuat murid banyak yang menawar. Namun, usaha mereka terbilang sia sia... Guru itu tetap mengacak pasangan. Setelah terbaginya semua pasangan mereka masing masing duduk dengan pasangan mereka dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan guru itu.

"Cala!! Gue bersyukur banget sekelompoknya bisa bareng lu," suara itu berasal dari Taalia yang sedang sangat bersyukur bahwa Niscala yang termasuk dari anak anak pintar itu berada di dalam kelompoknya.

Niscala hanya menanggapi Taalia dengan senyuman dan mengalihkan topik ke arah tugas kelompok. Maira yang melihat itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan kembali fokus dengan tugasnya itu.

"Aku liat berita kemarin ada yang tewas katanya... sekitar 3 orang ya..."

Maira mengalihkan pandangannya kepada pasangannya itu, Maven. Begitu juga Maven yang sudah menyadari Maira melihat ke arahnya. Mata mereka bertatapan untuk sejenak dan Maira kembali mengerjakan tugasnya itu.

"Kalau kamu mau ngebahas soal sesuatu, kita bisa bahas habis tugas ini selesai aja."

Mendengar Maira yang seperti itu, hanya bisa membuat Maven mengikuti perkataan Maira saja. Maven dan Maira sama sama fokus dalam mengerjakan tugas mereka dan selesai itu mereka mengumpulkannya ke meja guru. Setelahnya mereka berdua duduk kembali ke bangku mereka.

"Jadi, Intinya kamu udah tau kan Nightfalls yang bikin ulahnya..." Maira duduk di kursi nya dan bersandar dan melihat ke arah Maven.

Maven tersenyum kecil, "Aku belum juga ngebahas tapi kamu udah tau ya..."

"Itu kan udah keliatan dari kamu yang bawa bawa topik ini duluan. Ditambah lagi, kamu kan bisa lihat masa depan," jelas Maira dengan sedikit menyeringai.

Maven tersenyum dan bergumam, "Jadi, kita musuh ya..."

"Enggak lah... Yang musuhan itu yang masuk ke Klandestin sama yang masuk Nightfalls. Sedangkan kita yang 'sekarang' kan cuma anak sekolahan biasa," jelas Maira dengan senyuman.

"Anak sekolah biasa ya... Gak salah sih," sahut Maven.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua terfokus pada handphone nya masing masing. Maven melihat sejenak ke arah Maira dan bertanya, "Ngomong ngomong... Maaf kalau aku nanya hal ini... 3 orang itu kenapa bisa tewas?"

Mata Maira melebar lalu kembali lagi seperti semula setelah beberapa saat. Maira melihat ke arah Maven dan dengan senyuman di wajahnya, Maira menjawab, "Enggak sengaja kok..."

Maven terdiam membatu mendengar jawaban dari Maira.

"E-enggak sengaja?"

"Niat awalnya tuh harusnya gak ada yang bakal sampe tewas," jelas Maira sembari melihat keluar jendela.

Maven mendengarkan Maira dengan seksama dan hanya bisa meng oh kannya saja.

***

Bel istirahat pun sudah berbunyi, semua murid mulai berpergian untuk membeli makanan dan mengistirahatkan diri mereka.

"Ji... Ayo makan... Laper nihh," ajak Maira menghampiri Jinan.

Between our IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang