nine: now or never

59 9 0
                                    

Aku dilanda kegalauan yang luar biasa pasca kejadian hari itu. Selama berhari-hari, semua tawaran endorsement tidak ada yang kutanggapi. Akun media sosial yang kupunya dinon-aktifkan, ajakan pergi dari teman-temanku juga kubatalkan secara sepihak. Sempat kak Dara mendatangiku dan memintaku bicara empat mata padanya–demi menemukan solusi dari permasalahanku ini, tapi yang kulakukan malah tetap mengurung diri secara terus-menerus di kamar apartemen pribadiku. Karena kondisiku sudah sangat mengkhawatirkan, kak Dara akhirnya menyerah. Dia pun menempuh jalan terakhir satu-satunya, yaitu meminta pertolongan ke kak Karen dan juga Bunda.

Alhasil, di penghujung tahun 2023 ini, kedua perempuan hebat itu nyaris mendobrak pintu depan apartemenku. Mereka menyeret paksa badanku ke ruang tamu dan mengadakan rapat keluarga mendadak di sana–terkait perubahan sikapku yang sangat tidak profesional ini. Oleh sebab sudah kepalang tersudutkan, mau tidak mau, akhirnya aku terpaksa mengaku sejujur-jujurnya kepada kak Karen dan Bunda. Aku membeberkan bahwa alasan aku menjadi seperti ini adalah karena 'ditolak' oleh seorang laki-laki yang berstatus sebagai 'duda-anak-satu'. Tak lupa pula, aku menceritakan semua hal tentang hubunganku dan kak Jun secara detail–bahkan sambil menangis tersedu-sedu— kepada mereka. Mulai dari peristiwa yang terjadi di Bali, awal mula kami bisa dekat, insiden di Plataran beserta ciuman pada malam hari itu, hingga pengakuan kak Jun soal status aslinya sebagai seorang duda dengan satu anak. Tak lupa, kuceritakan juga tentang pertemuan terakhir kami dimana laki-laki itu menginginkan hubungan kami segera diakhiri karena menganggap dirinya–yang sudah menjadi duda— tidak pantas bila bersamaku.

Reaksi dari kedua belah pihak sesuai dengan dugaanku. Baik kak Karen maupun Bunda, mereka berdua terperangah sembari membelalakkan mata begitu kuakhiri sesi curhat panjang-lebarku tersebut. Aku tahu, sebentar lagi mereka pasti akan menceramahiku. Keduanya tidak akan pernah setuju dengan keputusanku mencintai seorang duda dengan sepenuh hati. "J-Jadi.. kamu tuh udah cinta mati banget sama si stuntman-nya Brian itu?" tanya Bunda dengan nada bergetar, beliau mengeluarkan kalimat tersebut beberapa menit setelah aku mengakhiri sesi curhatku.

Aku yang masih dalam keadaan berlinang air mata hanya melengos sambil menidurkan kepalaku di pangkuan Bunda. Jujur, aku gusar melihat ekspressi tidak percaya beliau kini terpatri. "Iya!.." rengekku. "Aku udah tau dia tuh duda, Bund! T-Tapi, emangnya aku salah banget karena naksir sama duda, apa!?.."

Mereka berdua seketika membisu. Kuperhatikan, Bunda dan kak Karen saling bertukar pandang selama sesaat. Mereka kemudian kembali menghadiahkan tatapan iba kepadaku. Bunda pun menggeser tubuhku agar duduk tegap di sofa ruang tamu. Jari-jari lentik beliau perlahan menyisir rambut panjangku yang semrautan ini, lalu menatanya hingga membentuk gelungan rambut ke belakang yang jauh lebih rapi. Selepasnya, Bunda beralih menyeka air mataku. "Udah yuk nangisnya, Grace." pinta beliau dengan nada pelan.

"Kalo menurut pandanganku,"

Kini, giliran kak Karen yang angkat bicara. "Dia kayaknya tipikal cowok yang setia banget sama istrinya, ya? Gak kayak mantan suaminya Bunda!" cetus kak Karen–sedikit disisipi sarkasme di akhir kalimat. "Istrinya udah meninggal lima tahun yang lalu, tapi sampe sekarang dia masih belum berani deket sama siapapun dan fokus sama anaknya aja."

Entah mengapa, ada sedikit rasa sesak di dadaku ketika mendengar ucapan kak Karen barusan. Tapi mau bagaimana lagi, memang begitu kenyataannya. Kak Jun belum berniat membuka hati pada siapapun semenjak kepergian mendiang istrinya. Dia sangat mencintai perempuan itu.

"Tapi,"

Kak Karen sedikit menggantungkan ucapan terakhir itu. Dia lantas bangkit dan mengubah posisinya–dari yang tadinya duduk di sofa seberangku menjadi duduk di sebelah kananku. Perempuan itu kemudian menarik kepalaku agar bersandar di bahunya. "Kalo denger dari ceritamu tadi, Arjuna kayaknya juga punya rasa sama kamu, deh! Entah itu dikit ataupun banyak, intinya dia juga ada rasa. Buktinya? Cowok itu lumayan sering bantuin kamu dan lama-lama juga mau ngerespon kamu setelah hampir 2 tahun kalian kerja bareng-bareng di lokasi syuting. Padahal, awalnya dia dingin banget ke kamu, kan?"

Midas Touch || jun svt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang