seven: a kiss from him

79 7 2
                                    

Aku dan kak Jun hanya sempat membeli burger kaki lima sebagai pengganjal perut kami–sebab itu saja penjual makanan yang kami lewati saat pulang dari stadion Gelora Bung Karno. Meleset dari perkiraan, kami berdua ternyata harus bernasib sial karena di tengah-tengah perjalanan malah turun hujan gerimis yang semakin lama semakin deras. Alhasil, kami berdua pun mesti berhenti dan terpaksa berteduh terlebih dahulu–kak Jun tidak membawa jas hujan sama sekali. Kami terpaksa berteduh di apartemen baruku.

"Masuk dulu, Kak!"

Aku mempersilahkan kak Jun masuk ke apartemen baruku begitu passcode di smartlock-nya berhasil kubuka. Kami berdua memasuki apartemen tersebut dalam keadaan basah kuyup. "Sorry, masih berantakan!.. Aku baru pindahan dua hari lalu, Kak.." sesalku seraya merapikan beberapa kotak kardus–berisi barang-barang pindahanku— yang tercecer sembarang di sekitar lantai ruang tamu, berusaha melengangkan jalan supaya kak Jun bisa lewat. For your information, aku baru membeli apartemen ini secara tunai seminggu yang lalu. Namun, baru sempat kuurus kepindahannya dua hari yang lalu. Jadi, jangan heran dengan suasana berantakannya. Masih banyak barangku yang belum dikirim.

Kak Jun tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia hanya mengangguk sembari duduk di sofa yang kupersilahkan untuknya. Mata laki-laki itu selama sesaat menelisik ke segala arah, hingga perhatiannya kini tertuju pada kucing peliharaanku yang sedang bermain bola di pojok ruang tamu–tepatnya, di kandang miliknya sendiri. "Itu kucing kamu?" tanya kak Jun agak heboh.

Aku yang baru selesai menghangatkan burger kami di microwave–karena sempat terkena percikan air hujan tadi, lantas memandang laki-laki itu seraya terkekeh. "Iya, namanya Mafia." jawabku memberitahu.

Senyumku semakin melebar kala kak Jun  tiba-tiba bangkit dari sofa dan langsung mendatangi kucing jenis russian blue peliharaanku itu. Kak Jun mula-mula memangku badan Mafia, mengelus puncak kepala si kucing dengan lembut dan penuh kasih sayang. Setelah Mafia terlena, barulah laki-laki itu mengajaknya bermain bola bersama. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, Mafia dan kak Jun sukses menjadi sangat akrab dan kini asyik dalam dunia mereka sendiri. Mafia tidak berhenti mengeong riang, sementara kak Jun tidak berhenti juga menertawai tingkah menggemaskan Mafia.

Aku sendiri ikut tertawa menyaksikan semua itu dari ruang dapur. Sepersekian menit berikutnya, seolah baru teringat suatu hal penting, aku segera melepas masker wajahku–yang sudah terasa lembab akibat terkena percikan-percikan air hujan tadi, lalu bergegas ke kamar tidurku guna mencari-cari selembar handuk bersih, jaket training-ku yang berukuran oversized, beserta mengganti pakaian basahku ini dengan bathrobe. Setelah mendapatkan semua yang kucari, aku kembali lagi ke ruang tamu untuk menghampiri kak Jun. "Kak Jun, ganti bajunya dulu!" seruku.

Kudapati kak Jun sudah beralih duduk di sofa lagi bersama dengan Mafia di atas pangkuannya. Laki-laki itu tampak tak menghiraukan seruanku barusan. "Nanti aja, saya masih mau main sama Mafia!" tandas kak Jun.

Dia tetap asyik bermain dengan Mafia walau jelas-jelas aku sudah duduk di sebelahnya sekarang. Lengkap dengan menyodorkan handuk bersih beserta jaket training ukuran oversized sebagai baju ganti untuk laki-laki itu. Sebenarnya sih, aku senang-senang saja menonton aksi lucu dua kesayanganku ini. Tetapi, entah mengapa, aku sedang ingin bertindak usil! "Kalo gak mau ganti baju dulu, gak bakal kubolehin mainan sama Mafia!" ancamku pura-pura marah.

Sontak, kak Jun memutar bola matanya dengan malas. Dia pun menyerah dan berakhir mengikuti perkataanku. Sambil tetap membiarkan Mafia bergumul di atas pangkuannya, kak Jun berusaha melepas jaket kulit cokelat yang dia kenakan sekaligus baju kaos Nirvana hitam di dalam jaket tersebut. Usai bertelanjang dada, kak Jun tak kunjung juga meraih handuk yang spesial kubawa untuknya. Malahan, dia sibuk menggelitik perut Mafia lagi hingga kucing itu mengeong-ngeong manja. Aku hanya bisa menghela napas panjang, benar-benar tak habis pikir dengan tingkah random kak Jun yang seperti anak kecil ini.

Midas Touch || jun svt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang