three: mysterious guy that caught my attention

59 4 0
                                    

Aku terbangun keesokan paginya dengan sakit kepala yang menghantam telak di kedua sisi. Kuputuskan untuk segera menegakkan diri demi membuat kesadaranku terkumpul, menyandarkan punggung letihku ini ke kepala ranjang sambil mengirjap beberapa kali. Aku baru sadar, bau mulutku sangatlah mengerikan sekarang. Damn! Berapa banyak yang kuminum semalam? "Fuck! Bego banget minum sampe teler gini!" rutukku pada diri sendiri, merasa makin pusing setelah mencium bau mulutku sendiri.

Aku tidak begitu paham dengan keputusan yang kubuat semalam. Bagaimana mungkin orang yang tidak terlalu sering minum dan pergi ke klub–bahkan terakhir kulakukan kegiatan maksiat tersebut di tahun 2019, itupun terpaksa untuk formalitas merayakan ulang tahun kak Karen— ini berubah jadi seliar anak ABG yang baru legal mabuk di private-party kemarin? Entahlah, aku tak habis pikir dengan diriku sendiri!

Di sela-sela fokus memijat pelipisku–guna memulihkan tajam penglihatan, kulirik keadaan diri sendiri yang mana tubuh jam pasirku ini masih berbalut bodycon mini dress hitam–pakaian yang sama persis dengan yang kupakai sewaktu menghadiri private-party kemarin. Aku sempat termenung selama beberapa saat, menerka ulang peristiwa apa yang terjadi semalam. Sontak, kedua mataku membola. Langsung saja, kuperiksa seluruh badanku dari ujung kepala sampai ke ujung kaki lewat cermin kamar mandi. Memastikan tidak terdapat tanda 'janggal' pada diri ini. Kudapati makeup yang kupakai dari semalam masih tersisa–walau di beberapa sisi ada bagian bedak dan foundation yang sudah tidak menempel lagi, pakaianku masih utuh sampai dalamannya. Yang terlenting, bagian selangkanganku juga tidak ada rasa nyeri sedikitpun saat dipakai berjalan. Meski aku tidak tahu siapa orang yang telah membawaku kemari, tapi kemungkinan dia melakukan one-night-stand terhadapku seharusnya bisa ditepis, bukan?

Masih belum puas–juga masih dilanda kepanikan, aku kembali menelisik setiap sudut kamar hotel yang kutempati ini secara saksama. Tidak ada yang salah, kamar ini memang benar kamarku dan kak Dara–dilihat dari koper kami berdua di lemari serta keberadaan pakaian kotorku di sudut kamar mandi. Tidak kutemukan pula benda-benda asing milik orang lain di kamar ini. Sampai pada akhirnya, sudut mataku menangkap eksistensi sebuah gunting biru kecil di dekat lampu tidur. Aku lantas mendekati nakas di samping tempat tidur, meraih gunting kecil itu dan menelitinya. Gunting itu kalau tidak salah adalah gunting milik kak Dara yang dia pakai untuk memotong label bagasi kemarin, namun hal yang tidak lazim adalah–terdapat seuntai benang yang diikuti kancing kemeja warna hitam di ujung gunting tersebut. Lengkap dengan tiga helai rambut berwarna dark blue–alias rambutku!

Sekelebat ingatan tipis di dalam otakku mulai terakumulasi. Aku teringat lagi bahwa semalam ada orang asing yang menolongku saat hampir tercebur ke dalam kolam renang–karena mabuk. Orang asing itu membopong tubuhku kemari tanpa melakukan hal yang aneh-aneh selain membaringkan tubuhku di kasur. Pula, sempat muncul ingatan berupa timbulan suara gunting-yang-memotong-sesuatu persis di samping telinga kiriku, sebelum akhirnya aku tidak sadarkan diri. Yang menjadi pertanyaan sekarang, siapakah 'laki-laki' misterius itu? Apa yang dia lakukan terhadapku semalam dengan gunting kak Dara ini? Mengapa dia meninggalkan kancing kemeja hitam bercorak marmer perak sebagai 'kode' identitasnya?

"GRACE!?"

Kak Dara tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar hotel dengan ekspressi seperti baru melihat hantu. Napasnya tertatih-tatih, kulitnya memucat saat beradu pandang denganku. Aku tak mengucapkan sepatah katapun, kancing hitam bercorak marmer perak itu juga masih kugenggam erat tanpa ada niatan melepaskannya. Sungguh, aku sebetulnya ingin sekali menginterogasi perempuan itu. Semalam dia kemana saja? Kenapa kemarin kak Dara tiba-tiba menghilang dan tidak tidur bersamaku di kamar hotel kami? Akan tetapi, keinginanku tersebut seakan hilang tanpa jejak karena otakku dipenuhi oleh beragam spekulasi terkait siapa pemilik kancing hitam tak bertuan ini–petunjuk tunggal siapa laki-laki misterius yang mengantarku ke kamar hotel semalam. Tanpa sadar, jantungku bergemuruh kencang sebab dipacu sang adrenalin.

Midas Touch || jun svt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang