Angin dari arah laut mengarah ke hali, membuat rambutnya menjadi sedikit berantakan. Hal itu tidak terlalu mengganggu hali, karena saat ini ia sedang melamun, memikirkan sesuatu yang tidak biasanya ia pikirkan sebelumnya.
"Apa itu hidup?"
Itu adalah pertanyaan yang selalu ia pikirkan. Apa itu hidup? Dan untuk apa dirinya hidup jika ia tidak bisa menjadi kebanggaan orang tuanya sendiri.
Kebetulan saat ini ia sedang membaca buku untuk persiapan ujian Nasional nya di taman yang memang letaknya dekat dengan pantai dan rumahnya.
"Hei, tumben Lo kesini, ngapain?"
Seorang anak laki laki berambut ungu dengan kacamata miliknya, menepuk bahu hali lalu duduk disebelahnya dan menanyai dirinya. Sedangkan yang ditanya cuman melirik sekilas lalu kembali fokus ke bukunya.
"Baca buku"
Ucap hali dengan nada dingin dan cuek seperti biasa. Sedangkan yang nanya cuman menatap kesal hali
"Dingin betul, pake ekspresi dikit kek"
Ucap seseorang dengan nada kesal nya dan menatap hali sinis.
"Repot, seharusnya aku yang nanya kamu Fang. Kenapa kembali ke kota ini lagi? Seharusnya kamu di Amerika kan?"
Hali menutup buku yang ia pegang dan meletakkannya di atas kursi di sebelah kanannya setelah menyelesaikan perkataannya. Ia menatap Fang dengan tatapan biasa, namun sebenarnya dia sedikit terkejut karena Fang, sahabatnya. Kembali ke negara yang ia tempati, padahal saat itu Fang bilang ia akan tinggal di Amerika selamanya karena pekerjaan ayahnya.
"Biasa, kontraknya di batalin sama bokap gue. Seharusnya kamu senang dong, kalau sahabat mu kembali ke sini lagi. Biar bisa nemenin kamu, gimana kabarmu hali?"
Fang membalas tatapan hali dengan tatapan antusias setelah menyelesaikan perkataannya. Namun wajah antusias nya langsung berubah menjadi terkejut dan sedih setelah melihat sebelah mata hali berwarna putih bersih. Kemana manik merah indahnya itu? Apakah ia salah lihat? Sepertinya itulah isi pikiran Fang setelah melihat mata sebelah hali berwarna putih.
"K-kenapa dengan matamu hali?"
Ucap Fang sedikit gugup dan perasaan takut mulai menjalar di seluruh tubuhnya setelah melihat hali yang mengalami kebutaan disebelah matanya.
"Seperti yang kamu liat, aku buta sebelah. Karena nyelamatin gempa"
Setelah merasa pembicaraan selesai, hali pun mengambil bukunya yang terletak disebelahnya dan melanjutkan membacanya.
"Lalu gimana bokap nyokap lu? Mereka pasti marah kan?"
Fang berucap dengan nada serius sambil terus melihat wajah hali dengan serius walaupun yang ditanya hanya fokus ke bukunya.
"Lebih dari marah, mereka kecewa dan benci. Mereka ubah penerus jadi Taufan bukan aku lagi"
Hali masih terus fokus ke bukunya. Namun setelah beberapa detik, ia meletakkan bukunya kembali di tempat yang lalu dan mulai bersandar di Sandaran kursi dan menatap jauh ke air mancur yang memang berada di tengah tengah taman itu.
"Dasar orang tua gak tahu di untung. Padahal kamu sudah menyelamatkan nyawa adikmu. CK, kenapa kamu harus punya orang tua kayak mereka hali?"
Ucap Fang dengan nada kesal, terlihat bahwa ia sudah mengeratkan genggaman tangannya dan wajahnya yang mulai menunjukkan tanda tanda bahwa Fang seperti akan berkelahi dengan seseorang.
"Salah Fang, seharusnya. Kenapa mereka punya anak gagal seperti aku?"
Fang yang mendengar perkataan itu langsung menatap hali dengan tatapan terkejut dan langsung berdiri dari tempat duduknya dan menatap hali dengan tatapan kesal dan terkejut sekaligus.
"Kamu bukan anak gagal hali! Kamu istimewa! Kamu pintar! Kamu gak gagal! Namun, keadaan lah yang mengubah semua usahamu menjadi sia sia. Mereka orang tua yang seharusnya dibilang gagal hali! Mereka menyia-nyiakan anak berprestasi hali! Bahkan mereka gak tau kalau kamu-"
"Cukup Fang, aku tidak pernah menyuruhmu menghina orang tua ku"
Ucapan Fang tiba tiba terpotong ketika hali mengatakan cukup dan langsung pergi dengan membawa bukunya. Meninggalkan Fang yang masih terdiam membeku karena ucapannya yang dipotong. Ia bukan marah, namun ia terkejut karena hali yang menolak untuk menghina orang tuanya itu. Segitunya kah hali menyayangi bahkan membanggakan orang tuanya? Walaupun dirinya dihina? Dibenci? Bahkan di pukuli atau ditendang? Benar benar tidak terpikirkan. Itulah yang Fang pikirkan sambil menatap sendu hali yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Seharusnya orang tua bahkan saudaramu tahu kalau kamu sudah menderita dengan penyakit yang kau miliki, namun....orang tua mu malah menambah penderitaan mu melalui mental" gumam Fang pelan sambil pergi meninggalkan taman itu dan kembali ke rumahnya.
Di sisi hali ( POV. Hali )
Aku mengarahkan kakiku menjauh dari taman itu, meninggalkan Fang sendirian. Entah mengapa rasanya aku begitu kesal ketika Fang mengatai-ngatai orang tua ku. Aku tau bahwa orang tua ku membenciku namun itu bukanlah alasan aku membenci kedua orang tua ku juga.
"Bagaimanapun bunda telah melahirkan diriku ke dunia, dan ayah sudah menyekolahkan diriku juga" gumamku pelan saat sudah sampai di daerah rumahku dan mulai masuk ke dalam rumah, lalu berjalan ke arah kamarku.
Namun, langkahku berhenti ketika mendengar pertengkaran dari kantor ayahku yang berada di lantai satu dekat tangga.
( POV. Normal )
"Kamu harus merelakan hali vio! Aku tau kalau dia anak kita, namun dia anak gagal. Dan keluargaku tidak menyukai anak gagal"
Ucap seseorang di balik pintu yang mengarah ke ruangan kerja Alex. Terdengar bahwa Alex berbicara dengan vio, dan pembicaraan itu mengarah ke hali.
Hali yang mendengar suara ayahnya mulai mendekatkan telinganya, mencoba mendengar lebih jelas pembicaraan kedua orang tuanya itu.
"Tidak Alex, aku tidak akan pernah menelantarkan anak ku sendiri! Dia darah dagingmu, dia anak kita dan dia bukanlah anak gagal. Dia menyelamatkan gempa dari kecelakaan yang bisa menghilangkan nyawa gempa Alex! Dia hanya kehilangan sebelah matanya, namun dia tidak akan kehilangan kedua orang tua bahkan rumahnya!"
Ucap vio dengan lantang, dan bahkan tidak bisa dielakkan oleh siapapun termasuk Alex. Sedangkan Alex yang mendengar perkataan vio hanya menghantam mejanya dengan telapak tangannya.
"Cukup vio! Keputusanku sudah tidak bisa diubah, dan aku akan membuang dia! Menghilangkan jejaknya dari dunia untuk selama lamanya"
Terdengar suara langkah kaki yang mulai mendekat ke pintu keluar, dan Alex pun membuka pintu keluar lalu keluar dari ruang kerjanya yang di ikuti oleh vio yang menyuruh Alex berhenti.
Sedangkan hali sudah berada di kamarnya, duduk di depan pintunya sambil bersandar di pintunya. Ia menatap langit langit dengan tatapan kosong, seperti kehilangan tujuan hidup.
"Aku akan dibuang, dan di telantarkan. Hahaha, ternyata benar...aku memang anak gagal dan bukanlah anak yang bisa membanggakan orang tua. Aku menyerah, aku lelah"
Ucap hali sambil menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya diantara lututnya. Sambil memeluk kedua kakinya, terdengar suara Isak tangis dari kamar hali. Namun suara itu hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
Ia lelah, ia sudah menyerah untuk menjadi anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya. Dan orang tuanya juga tidak memberikan kesempatan untuk hali berubah. Rasanya dunia tidak adil pada dirinya.
_________________________________________
Eak, hello pada readers. Lama ya!? Hehehe sorry kalo lama soalnya kan ulangan kenaikan kelas, jadi belajar dulu dan selama libur seminggu karena ujian kakak kelas itupun gak ada pegang hp, huhuhu tersiksa diriku.
Dan sorry kalo semisalnya pendek + alur gak jelas. See you para readers
1111 kata
Kamis, 23 mei 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/367437897-288-k580617.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
•°kehidupan yang berat°•
Fantasymenceritakan seorang sulung bernama halilintar yang harus menjadi 'sempurna' diantara adik adiknya yang lain agar menjadi contoh yang baik, semuanya berjalan mulus, namun ketika dia menjadi cacat. semuanya berubah Start = Sabtu, 20 April 2024 End =...