BAB 7

164 24 10
                                    

Sore hari memang menyenangkan, namun kesenangan itu pasti bakal hilang ketika suatu saat ada suatu perasaan yang mengganjal di hati kita. Tapi kita tidak tau perasaan apa yang saat ini sedang membuat kita resah dan khawatir.

Seperti itulah yang saat ini dirasakan oleh dua saudara kembar, namun tidak sama. Kembar tapi berbeda pikiran, dan mereka adalah Taufan serta Blaze.

Dua saudara kembar yang saat ini berada di ruangan bawah tanah, memeriksa laporan setelah mendengarkan pembicaraan dari para pekerja mereka yang panjang tiada hentinya saat rapat tadi.

Kadang mereka berfikir siapa sebenarnya atasan di tempat itu, siapa yang seharusnya memberikan penjelasan panjang? Namun mereka sepertinya tidak ada waktu luang untuk berfikir setelah melihat laporan yang baru saja diberikan oleh dua asisten pribadi mereka.

"Ini gak salah kan!? Masa betul ayah kayak gini. Gak, pasti ada yang salah antara Yaya/Ying"

"Blaze/kak"

Setelah suasana yang dingin dan mencekam kini tergantikan dengan suasana yang hening, mungkin karena mereka berdua saling memanggil.

"Kamu/kakak duluan"

Mereka berdua saling berbicara lagi, entah siapa yang akan memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Baik, aku dulu yang bakal bicara. Habis itu baru kak Taufan"

Blaze mulai berdiri dari tempat duduknya yang berada di sofa dan berjalan ke meja kerja milik Taufan sambil memegang laporan yang diberikan oleh Ying, asisten pribadi blaze.

"Kak, kayaknya ada yang salah deh dari laporan ini. Aku gak percaya ayah ngelakuin hal yang benar benar diluar pikiranku, kukira ayah hanya terlibat dalam kasus narkoba dan minuman keras. Tapi gak kusangka ayah sudah..."

Blaze menghentikan pembicaraan, sepertinya ia tidak sanggup untuk melanjutkan pembicaraan yang mengarah ke isi laporan tersebut, blaze hanya menghela nafas sambil menggelengkan pelan kepalanya.

Tanpa sadar mata blaze mulai berkaca kaca, ia tidak percaya dan tidak mau percaya dengan isi yang berada di laporan tersebut.

Taufan tidak tinggal diam, ia pun berdiri dari kursinya dan memutari meja untuk mendekat kearah blaze. Setelah ia tiba di sebelah blaze, taufan pun mengelus pelan punggung lebar milik blaze yang kini bergetar karena tak kuasa menahan tangisnya.

"Shht, tenang blaze. Kita bakal tanya Yaya sama Ying, oke? Jika ini benar, berarti kita harus menerima dan percaya dengan tindakan tidak pantas yang ayah lakukan"

Taufan masih terus mengelus punggung blaze, berusaha menenangkan blaze. Sedangkan tangan kanannya sudah menyambar handphone miliknya yang berada di saku celananya, ia mencari nomor Yaya dan menelepon nomor tersebut.

"Ya? Ada apa tuan?"

Suara pelan dan halus yang berada di seberang telepon sudah membuat Taufan yakin bahwa itu adalah suara Yaya.

"Datang keruangan ku, dan bawa juga ying bersama mu. Aku ingin menanyakan sesuatu"

"Baik tuan, saya akan segera kesana"

Setelah Taufan mendapat jawaban dari lawan bicaranya, ia pun mematikan panggilan tersebut dan memasukkan kembali handphone nya ke tempat semula.

Tidak lama setelah panggilan itu selesai, terdengar suara ketukan dari seberang pintu. Taufan pun mengizinkan mereka masuk.

"Syukur aja mereka masuk pas aku sudah nenangin blaze, hah...lama lama sifat blaze mirip duri, pertama ice lalu duri. Nanti apa lagi? Jadi solar!? Kuharap itu tidak terjadi, kalo itu betulan terjadi. Sepertinya bakal terjadi perang dunia ketiga"

•°kehidupan yang berat°•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang