BAB 10

181 20 7
                                    

Hari Senin, hari yang kadang dibenci orang karena menjadi hari awal pekan dan mengakhiri liburan akhir pekan mereka. Tapi tidak sedikit juga yang suka dengan awal pekan, karena pada saat itu mereka akan memulai kehidupan baru di pekan yang berbeda.

Mengawali awal pekan dengan senang dan santai adalah kebiasaan yang selalu hali perlihatkan kepada teman bahkan saudaranya.

Namun saat ini tidak ada perasaan senang pada dirinya, hanya perasaan takut dan khawatir. Takut karena akan dibicarakan oleh teman teman satu sekolahnya dan khawatir hal itu akan berdampak pada karir ayahnya.

Wajah hali yang biasanya santai kini terlihat tegang, terlihat dari dirinya yang banyak mengeluarkan keringat dingin saat ingin memulai harinya pada hari Senin ini.

Saat ini ia sedang bersiap untuk pergi ke sekolahnya memakai kendaraan pribadinya, ia memakai baju berwarna putih dengan celana abu abu tidak lupa menggunakan dasi dan jas khas sekolahnya dan para saudaranya yaitu 'School Elemental'.

Setelah dirasa cukup rapi, ia pun mengambil tas berisi buku buku pelajaran yang sudah ia siapkan sedari tadi malam agar tidak kewalahan apabila ada barang yang tertinggal.

Tok tok tok
Ceklek

Setelah Taufan mengetuk pintunya, ia pun membuka pintu kamar hali dan masuk begitu saja tanpa izin sang pemilik kamar.

"Seperti biasa, selalu siap kalau mau ke sekolah. Tuh, dipanggil bunda sama gempa buat sarapan"

Hali hanya mengangguk sebagai jawaban karena ia sedang memasukkan topi dan handphone miliknya ke tas, Taufan yang melihat anggukan hali pun keluar dari kamar milik hali tanpa menutup pintunya karena ia tau bahwa sang pemilik kamar pada akhirnya juga akan keluar.

.

.

.

"Huwaaa!!! Solar! Thorn kehilangan buku biologi! Solar ada lihat buku biologi milik thorn gak!?"

Seorang pemuda bernetra hijau terlihat cemas ketika mendapati salah satu buku mata pelajaran hari Senin tidak ada di tempat yang ia biasa letakkan, dan ia pun bertanya kepada saudara kembar bernetra emasnya yang satu kamar dengannya.

"Gak ada, mungkin kak thorn ada naruh di laboratorium solar kali"

Setelah thorn mendengar perkataan solar, ia pun langsung berlari ke arah laboratorium solar yang terletak di sebelah kamar tersebut.

Tidak sampai satu menit thorn pun kembali ke kamar dan memasukkan buku biologi miliknya yang ternyata berada di atas meja penelitian milik solar.

"Solar, thorn. Kalau kalian udah siap jangan lupa turun buat sarapan, bunda sama gempa udah nunggu"

Suara itu bukanlah milik solar maupun thorn, melainkan suara hali. Entah mengapa rasanya ia ingin sesekali mengingatkan para adik adiknya dan membuat tali persaudaraan mereka lebih kuat.

"Oke kak/baik"

Ucap thorn dan solar secara bersamaan setelah mereka berdua mengambil tas dan memakainya di belakang punggung mereka.

Hali yang mendengar respon mereka hanya mengangguk lalu pergi ke lantai satu untuk sarapan karena ia tau bahwa mereka sudah menunggu para anggota keluarganya yang lain agar makan bersama.

"Tumben kak hali ngingatin kita buat kebawah, biasanya kan kak Taufan? Kamu tau alasannya solar?"

Solar hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban 'tidak tau'. Tapi walaupun sikapnya seperti tidak peduli dengan perubahan sikap sang sulung, namun saat ini ia tenggelam dalam pikirannya hanya karena perubahan sikap sang hali.

•°kehidupan yang berat°•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang