Enam

365 54 9
                                    

Pagi ini seperti biasanya, Juna menggendarai sepeda menuju gedung utama. Semua tampak normal dan tentram-tentram saja sebelum sosok lain ikut menggoes sepeda di samping Juna dengan senyum penuh semangat.

"Pagi Jun," sapanya. Juna hanya membalas dengan senyuman singkat. Lalu mempercepat kayuhan sepedanya.

Itu bukan karena ia tak suka dengan Jamal yang ikut bersepeda, melainkan ia panik mendengar  suara klakson dari mobil lain di belakang mobil Doni, dengan gilanya Doni justru memperlambat laju mobilnya.

"Sabar dong, gak liat depan kita ada yang bersepeda, utamakan keselamatan pengendara kecil." teriak Yudha yang menyembulkan kepalanya dari jendela mobil ke arah belakang.

"Buruan kak!" Juna yang merasa risih sekaligus malu dengan kehebohan pagi ini pun meminta Jamal untuk mempercepat gerakannya.

Sesungguhnya Juna ingin berkendara dengan santai karena memang ia baru saja sembuh dan masih masa pemulihan. Tak menyangka kakak kelasnya itu justru mengikutinya seperti ini.

Juna memarkirkan sepeda sewaannya itu di tempat biasa, di susul Jamal yang terus tersenyum padanya.

"Udah sarapan?" tanya jamal langsung pada sosok mungil di hadapannya. Juna tampak  banyak berkeringat, menggeleng dengan singkat menjawab pertanyaan Jamal.

"Nih." Jamal mengeluarkan kotak makan dari tasnya, yang diberi tatapan bingung dari Juna.

"Apaan?" 

"Buat sarapan, nanti siang juga jangan telat ya makannya. Saya masuk dulu." pamit Jamal yang sempat-sempatnya mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap keringat di wajah Juna.

Sedangkan yang ditinggal hanya bisa mematung sambil menggeleng kepala. Doni dan Yudha pun sempat melambaikan tangan sebelum menyusul Jamal. Untung saja tak banyak yang memperhatikan mereka meski kehebohan sempat terjadi tadi.

Melangkah dengan sedikit malas, Juna pun menuju kelasnya. Membayangkan hal apa yang akan diterimanya nanti saat masuk. Mau tidak mau memang harus siap, namun dengan kondisi seperti ini Juna rasanya ingin sekali saja dalam sehari tak diusik. Atau dia minta tolong anak Osis saja untuk menertibkan mereka?

Juna menggeleng cepat dengan pemikiran sepintasnya itu. Apa-apaan malah mengandalkan orang lain? dan entah kenapa Juna merasa sangat gugup saat ini.

Dengan sekali tarikan napas, Juna pun masuk ke ruang kelas. Melirik sekilas ke arah teman-teman kelasnya yang tampak sibuk dengan diri mereka masing-masing. Juna menglangkah dengan waspada, masih dengan kotak bekal pemberian Jamal di tangannya. Ia duduk menyamankan posisi, sedikit mengernyitkan alis dengan ketengan yang tak biasa ini.

Bukan berarti kelas ini tak ribut, hanya saja semua tampak tak memperdulikan adanya Juna di kelas. Itu membuat pria mungil yang mewarnai rambutnya menjadi ke abuan ini cukup tenang.

Sejenak tersadar akan bekal di tangannya, Juna pun membukanya karena penasaran dan hal pertama yang Juna rasakan jelas terkejut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arjuna [JaeRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang