Saksi Tragedi

21 4 0
                                    

Bart masih terbaring di kamarnya yang ia kunci dari dalam saat Hope dan Charlotte pergi ke sekolah, meninggalkannya sendirian. Semangat hidup Bart sudah hilang. Ia tidak bisa tidur semalaman. Bayangan kemarin malam dan 14 tahun yang lalu berputar di kepalanya, meneror jiwanya yang sudah tak berdaya.

"Kumohon, Tuhan... Kali ini, biarkan aku mati..."

oOo

5 menit sebelum bel istirahat masuk, Taylor tiba di gerbang sekolah. Moodnya sedang kurang bagus karena mengkhawatirkan kondisi Irma. Tantenya tidur lebih cepat karena katanya kurang enak badan.

Masuk ke dalam kelas, ia yang biasa disambut dengan senyuman hangat dari pacarnya, kini mendapati Hope yang sedang menyandarkan kepalanya ke atas meja. Wajahnya terlihat murung dan matanya sembab cukup parah.

Taylor: Kamu kenapa?

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia takut kalau bicara, ia akan menangis lagi. Ia lelah luar biasa.

Taylor: Kamu sakit?

Taylor menyentuh dahi Hope dengan telapak tangannya. Hangat. Tapi, ia tidak yakin itu demam atau memang suhu Hope selalu segitu. Ia baru pertama kali menyentuh dahi Hope.

Taylor: Mau ke UKS aja?

Hope menekuk mulutnya ke bawah sambil mengangguk. Matanya sudah mulai berkaca-kaca lagi.

Belum sempat bangkit dari duduk, guru mereka masuk ke dalam kelas.

Perry: Eh? Hope kenapa?

Hope menggelengkan kepalanya lemah, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Perry: Kamu sakit? Kalo sakit, pulang aja.

Hope: Ga mau, Bu...

Isak tangis Hope mulai terdengar. Suaranya memilukan. Taylor mengelus punggung gadis itu pelan.

Taylor: Ada masalah di rumah?

Tangisan Hope makin keras. Ia mengangguk sambil memeluk Taylor. Seisi kelas terdiam dan fokus pada gadis itu.

Taylor: Mau cerita sama aku? Kita ke rumahku aja, gimana? Ada Tanteku. Siapa tahu dia bisa bantu.

Hope mengangguk sambil masih menangis. Perry pun mengurus perizinan kedua anak didiknya, lalu memesankan mereka taksi online menuju ke rumah Taylor.

oOo

Charlotte kembali ke rumahnya setelah mengantar Hope dan belanja di pasar. Ia melihat sepiring mi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu yang ia letakkan di depan pintu kamar Bart tadi pagi belum terjamah. Wanita itu menghembuskan napas panjang dan mengetuk pintu kamar Putranya.

Tok tok tok.

Charlotte: Bart, sarapan dulu...

Tidak ada jawaban.

Charlotte memutuskan untuk membiarkan anaknya istirahat.

"Kalau lapar, pasti akan keluar," pikirnya. Putranya kan sudah dewasa.

Tepatnya, terpaksa dewasa sejak remaja.

oOo

Sesampainya di rumah Taylor, Irma yang sedang menyapu halaman terkejut melihat keponakannya turun dari mobil. Tidak hanya Taylor, anak itu juga membawa anak perempuan. Anak perempuan yang tinggi dengan rambut hitam yang dikuncir kuda.


Irma buru-buru membuka gerbang rumah untuk memastikan apa yang ia lihat. Ternyata benar, itu Taylor dan Hope. Ia terkejut melihat kondisi Hope yang matanya sembab sambil sesenggukan.

Young FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang