03.Daddy

3.4K 270 5
                                    

🌻🌻
안녕하세요 친구!
Happy Reading

******

Jonathan terlebih dulu masuk ke dalam rumah, sedangkan Darren dan Caca masih berada diluar. Jonathan menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang, lalu menatap mereka berdua.

"Ayo masuk," ajak Jonathan.

Darren dan Caca segera masuk ke dalam rumah, mereka bertiga sampai di dapur. Jonathan meletakkan bungkusan yang ia bawa ke meja makan.

"Saya ke kamar dulu, kalo kalian lapar makan duluan aja." ucap Jonathan sembari melangkahkan kakinya ke tangga untuk naik ke lantai atas.

"Kamu laper apa engga, dek?" tanya Darren pada adiknya itu, Caca menganggukkan kepalanya.

"Abang ambil piring dulu ya," kata Darren ia mengambil tiga piring beserta sendok.

Caca membuka bungkusan bungkusan itu dan mengeluarkan isinya. Ada nasi dan lauk berupa udang goreng, ramen udang, sup ayam dan chicken katsu. Bungkusan satunya berisi 2 smoothies strawberry dan 2 smoothies mangga.

Caca menopang kedua pipinya dan sikunya bertumpu di meja makan, ia menatap makanan dan abangnya bergantian.

Baru saja Darren akan berujar, Jonathan datang. "Kenapa belum dimakan?" tanya Jonathan.

"Caca punya alergi sama udang d-dad, Caca juga gasuka sama ayam." cicit Darren pelan.

Jonathan menghela nafasnya pelan, ia bahkan tidak tau jika anaknya mempunyai alergi. Juga apa yang disukai dan tidak disukai oleh anak-anaknya. Dan berakhir Caca dengan takut-takut, meminta untuk digorengkan telur dadar dan nugget sapi.

Mereka berdua menikmati makanan mereka, Jonathan hanya menatap lekat anak-anaknya, meneliti wajah sang anak laki-laki yang mirip dengan istrinya. Sedangkan Caca, anak itu lebih mewarisi wajahnya terlebih dibagian bibir.

Jika Darren ada karena ia yang Mabuk, berbeda dengan Caca. Caca dibuat dengan kesadaran penuh tetapi tidak didasarkan dengan cinta melainkan nafsu belaka.

Sebenarnya Caca sedikit merasa takut karna kejadian beberapa tahun lalu.

Flashback on

"Daddy temenin Caca main balbie yu?" ucap Caca yang berusia 4 tahun. Walaupun ia tau akan diacuhkan, tetapi ia masih tetep kekeh mengajak ayahnya bermain.

"Kamu bisa diem nggak sih?! Buat rusuh aja," bentak Jonathan. Sungguh ia sangat muak jika berhadapan dengan anak-anak.

Caca yang tidak sabaran langsung menarik lengan ayahnya, yang membuat secangkir kopi jatuh dan pecah ke lantai.

"SAYA BILANG JUGA APA! NGGAK BERGUNA TAU NGGAK?!" Jonathan mencengkram pergelangan tangan Caca dengan kuat lalu menyeretnya keluar dari ruang kerjanya. Lalu Jonathan menutup pintunya kencang hingga membuat Caca terlonjak kaget

Tania yang mendengar suara suaminya itu langsung menuju lantai atas, dimana letak ruang kerja suaminya. Ia melihat anaknya sedang terisak, wajah hidung dan matanya yang memerah.

"Sayang, kenapa nak? Ssstt udah ya, gapapa sayang" Tania berjongkok dan memeluk putrinya itu, mengelus lembut punggung Caca.

Tania menggendong Caca ke kamar. Mendudukkan sang anak diranjang, sementara ia berjongkok dibawah. Mengusap pipi bulat Caca yang basah karna air mata.

"Caca mau cerita sama Mama?" tanya Tania setelah dirasa anaknya mulai tenang. Caca mengangguk, ia mengusap hidungnya dengan jarinya.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang