31.Masa Lalu

3.3K 336 30
                                    

안녕하세요 친구!
Happy Reading!

⑅⁠꒰⁠✧⁠◝⁠•⁠ᴗ⁠•◜⁠✧꒱⑅⁠

Satu hari setelah Maveen mengetahui tentang anaknya yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari teman-teman sebayanya. Maveen mengurus masalah ini dengan pihak sekolah, menyelesaikan dengan kepala dingin akhirnya semuanya selesai. Anak-anak yang bermasalah dengan Anya, sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Sebenarnya Maveen tidak puas dengan balasannya, tapi ia menoleransi karena masih anak-anak.

Maveen meminta Anya untuk pindah sekolah saja, tapi Anya menolak keras dengan alasan nantinya ia tidak akan bertemu dengan Mommy nya lagi.

Satu jam sudah bel pulang sekolah berbunyi, sekarang Anya sedang berada di parkiran untuk menunggu Maveen. Tadi ia sudah meminta tolong pada satpam untuk menelpon Maveen, tapi tidak tersambung. Anya juga tidak bisa meminta untuk dijemput Athayya ataupun Juardha karna mereka sedang keluar kota.

Duduk disalah satu kursi dan mengayun-ayunkan kakinya bosan, guru-guru juga belum ada satupun yang keluar.

"Kamu belum pulang?" tanya Anya saat melihat El yang baru keluar dari pintu utama sekolah.

"Ambil jam tambahan." Anya hanya ber-oh ria.

"Kamu kenapa?" khawatir Anya saat melihat wajah El yang memerah, dan nafasnya terdengar berat.

Belum sempat El menjawab, Haneesha sudah berjalan kearah mereka berdua. "El." panggil Caca.

"Sayang nggak papa? Sakit banget nggak?" Tatapan Caca berubah menjadi khawatir dan panik, mengusap kening anaknya yang berkeringat.

"Nggak papa, kecapean aja mungkin. Tadi kan olahraga lari, tapi masih aman kok ma." jawab El pelan.

Caca beralih dengan anak yang ada disebelah El, raut wajah Caca berubah menjadi tidak bersahabat. "Kamu apakan anak saya?! Kamu tuh sama aja kayak ayah kamu tau nggak, bisanya cuma buat sakit orang lain!" ucap Caca sedikit kesal.

"Jangan pernah coba-coba buat deket-deket sama anak saya, awas kamu!" tambah Caca. Entah kenapa dirinya tiba-tiba saja sangat kesal pada Anya.

"Kenapa, belum dijemput ya? Makanya mandiri dong, jalan kaki kek. Punya kaki itu dipake, jangan selalu bergantung sama orang lain."

"Sana jalan kaki kerumah kamu sampe kaki kamu patah, sekali-kali nggak usah ngerepotin orang." cibir Caca. Anya hanya diam mendengarkan, menundukkan kepalanya dan melihat sepatunya dengan gelisah.

Caca mengingat dirinya dulu saat pulang sekolah dengan berjalan kaki bersama Darren, bersama dengan Tania karna saat itu Tania belum memiliki uang.

Setajam apapun ucapan Caca, Anya masih berharap bahwa Caca akan memeluknya dan menyayanginya sama seperti Caca pada El. Walaupun Caca tidak mengakuinya, Anya tau kalau Caca adalah Mommy yang dirindukannya selama ini.

Pandangan Caca beralih pada putranya, memegang telapak tangan El yang berkeringat dingin. "El kita pulang. Beneran nggak papa, kita cek kerumah sakit aja ya?"

"Nggak usah ma, beneran nggak papa kok." tolak El halus. Dirinya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

Caca dan El pergi menaiki mobilnya, dan meninggalkan lingkungan sekolah. Anya hanya menatap kepergian mobil ibunya itu, dirinya kemudian melihat sekelilingnya yang sangat sepi. Satpam juga tidak ada di pos, mungkin sedang mengerjakan sesuatu di dalam sekolah.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang