"Baik, aku akan membereskannya besok."
"Tentu, segera selesai."
Jaemin sedang duduk manis di sofa depan TV milik Jeno, sedangkan sang pemilik sedang sibuk mengobrol lewat ponsel ber merk terkenal itu dengan serius, se akan enggan untuk di ganggu.
Na Jaemin yang melihat pun tidak tertarik dan tentu saja dirinya lebih memilih melihat siaran TV.
"Baik, ku tutup." Setelah menyelesaikan teleponnya, Jeno bergegas ke arah Jaemin dan mendudukkan dirinya di sofa empuk itu.
"Gara-gara kau tugasku jadi terhambat" Celetuk Jeno tiba-tiba. Jaemin yang merasa bahwa dirinya yang bersalah lantas menoleh dan menatap marah ke arah Jeno.
"Hei, ahjussi gila. Kau yang membuatku seperti ini, seharunya kau sudah siap akan konsekuensinya" Balas Jaemin tak terima.
"Apa kau bilang? Aku, ahjussi?" Tanya Jeno yang dibalas anggukan mantap oleh Jaemin.
"Kenapa? Oh! Apa kau baru menyadari bahwa dirimu sudah menjadi ahjussi?" Jaemin berpura-pura terkejut.
"Berapa umurmu?"
"Mengapa aku harus memberi tahumu? Apa itu penting?"
"Itu penting bagiku! Cepat, katakan berapa usiamu sekarang" Paksa Jeno.
"20 tahun!" Jeno terdiam. Jaemin yang melihat itu pun tersenyum bangga.
"Kau benar-benar ahjussi rupanya" Goda Jaemin.
"Umur kita hanya terpaut beberapa tahun!" Bantah Jeno.
"Benarkah? Lalu berapa usiamu, ahjussi?"
"Mengapa aku harus memberi tahumu? Apa itu penting?" Balas Jeno dengan menirukan gaya bicara dan ucapan Jaemin barusan.
"Ck, jangan meniru. Berapa usiamu?" Jaemin bertanya dengan malas.
"28, aku akui kau lebih muda dariku, tapi bukan berarti kau harus memanggilku dengan embel-embel ahjussi!"
"Tidak-tidak! Itu cocok untuk mu."
"Tapi kau lebih cocok di panggil harabeoji ... " Sambung nya.
"Apa katamu?!" Baik, Jeno mulai terpancing emosi oleh ucapan belaka Na Jaemin.
"Apa? Warna rambutmu yang membuatku mengatakan itu" Ujar Jaemin pelan.
"Haish, kau membuatku darah tinggi."
"Itu lebih baik dari pada darah rendah."
"Sama saja!"
"Apa yang sama? Jelas-jelas berbeda. Lee Jeno, aku ragu kau tinggal kelas, iya atau iya?"
"Terserah, aku akan pergi sekarang." Jeno menyambar jas hitam miliknya dan berjalan ke arah pintu keluar kamar. Namun langkahnya terhenti dan membalikkan badannya menghadap Jaemin yang sedang menatapnya tanpa ekspresi.
"Apa? Sesuatu tertinggal?"
"Ingat perkataan ku tempo hari lalu." Setelah mengatakan itu, Jeno langsung pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [NOMIN] ✓
Short Story[COMPLETED] [TAHAP REVISI] Jaemin seharunya melaporkan Jeno ke kantor polisi sebagai tersangka pelaku pemerkosaan dirinya. walaupun book ini sudah tamat, ngga ada salahnya kan kalian sebagai pembaca tetap memberi vote dan komen sebagai penyemangat...