note: jangan muntah ya kalian yang baca chapter ini.
*
*
*Pagi ini Jaemin sudah sibuk dengan pakaian yang ingin ia pakai untuk pergi ke tempat yang ia bilang semalam.
Dirinya terus mentap cermin yang memperlihatkan keseluruhan tubuhnya yang indah itu.
"Aku sudah melihatmu berkaca dari pukul 06.00 pagi, dan sekarang waktu menunjukkan pukul 06.30. Yang artinya kau sudah berkaca 30 menit, apa kau tidak lelah terus berdiri?"
"Menurut mu, sebaiknya aku berlengan panjang atau tidak?" Jaemin mengabaikan pertanyaan Jeno, dia lebih memilih untuk memmberi Jeno pertanyaan.
"Apa saja, yang penting kau harus memakai celana panjang."
"Mengapa dengan celana pendek?" kening Jaemin mengkerut.
"Udara sedang panas pagi ini, bisa saja kaki jenjang mu itu terbakar dan membuatnya menjadi hangus?" Jawab Jeno asal.
"Tidak masuk akal sekali."
"Ingin sarapan tidak?"
"Tidak, aku ingin makan diluar bersamamu."
"Aku yang tidak ingin!" Gertak Jaemin.
***
Jaemin tengah menggelar tikar untuk ia duduki. Jeno hanya melihatnya tanpa berniat untuk membantu.
"Apa yang kau lakukan?"
"Menggelar tikar, apa kau buta? Atau penglihatan mu itu sudah buram, ahjussi?"
"Berhenti menyebutku dengan itu, kita bisa menyewa tempat jika kau lelah, tidak harus menggelar tikar seperti ini."
"Disini sangat nyaman untuk merebahkan diri, dan melihat pemandangan indah yang diciptakan oleh Tuhan." Jaemin mendudukkan dirinya di tikar yang lumayan cukup besar jika hanya untuk dua orang.
Jeno hanya bisa menghela napas dan terpaksa duduk di atas tikar itu bersama Jaemin sembari menikmati cantiknya pemandangan yang berada di depannya.
Suara ombak yang mengisi ke terdiaman keduanya, mereka terbawa hanyut dengan pikiran masing-masing. Hingga Jeno akhirnya memulai perbincangannya terhadap Jaemin.
"Jaemin." Jaemin membalasnya dengan bergumam pelan.
Jeno menelan ludahnya dan menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan. Menoleh ke arah Jaemin yang memandangi deburan ombak.
"Aku ... menyukaimu." Jaemin menolehkan kepalanya dengan cepat.
"Apa?" Sebenarnya dirinya mendengar perkataan Jeno dengan sangat jelas, hanya saja ia tidak ingin terlalu percaya diri, siapa tahu Jeno hanya bergurau dengan kata-kata nya.
"Aku menyukaimu ... ah, tidak-"
"Aku mungkin sudah mencintaimu."
"Aku tahu ini sangat tiba-tiba, tetapi ... "
"Izinkan aku mencintaimu seumur hidupku, bolehkah?" Jeno bertanya penuh harapan kepada manusia di sebelahnya.
Jaemin menatap Jeno dengan pandangan yang susah untuk di artikan.
8 menit Jeno menunggu jawaban dari mulut Jaemin.
Jeno tersenyum kecil sekilas lalu menunduk mengusap tengkuknya untuk mereda kecanggungan yang dirinya buat sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [NOMIN] ✓
Nouvelles[COMPLETED] [TAHAP REVISI] Jaemin seharunya melaporkan Jeno ke kantor polisi sebagai tersangka pelaku pemerkosaan dirinya. walaupun book ini sudah tamat, ngga ada salahnya kan kalian sebagai pembaca tetap memberi vote dan komen sebagai penyemangat...