TW/ KINDA 🔞
Sudah hari ke sepuluh Jeno berada di rumah mewahnya, bersama Jaemin yang menghancurkan kesunyian kediamannya.
"Jeno, kau tidak bekerja?"
Saat ini Jaemin dan Jeno tengah berada di ruang bersantai dengan Jeno yang merebahkan diri di sofa serta kepalanya yang menumpuk paha Jaemin yang dibaluti celana training panjang.
Keduanya tengah menikmati waktu pagi yang menenangkan, di lengkapi suara yang berasal dari layar kaca besar bercahaya di depan mereka.
"Kenapa?"
"Hanya bertanya. Apa kau sudah di pecat? Ah, jelas saja. Sikapmu membuat semua orang ingin berjauhan denganmu kau tahu?"
"Benarkah? Tapi kau tidak." Jaemin gelagapan dengan jawaban yang Jeno ucapkan, dirinya segera berdiri, membuat Jeno heran.
"Kau seperti haus akan belaian, jadi aku memperlakukanmu sedemikian rupa." Jawab Jaemin angkuh.
"Ahh, begitu ya? Kalau begitu ... beri aku jatah untuk nanti malam." Lagi dan lagi, Jaemin dibuat menganga oleh perkataan Jeno.
"Sudah berapa hari dia tidak di manjakan, nanti malam adalah waktunya" ucapnya dengan senyuman tak berdosa itu.
"Tidak mau!" Jaemin segera pergi ke halaman belakang dengan menghentakkan kakinya, membuat Jeno yang melihat itu hanya bisa menggigit pipi dalamnya, Jaemin menggemaskan.
"Aku menunggu nanti malam tiba!" Teriak Jeno yang membuat pipj Jaemin merona, jika Jeno melihat, sudah pasti ia di goda habis-habisan.
Jaemin's side
"Akhh!" Teriak frustasi Jaemin yang mengacak surai hitamnya.
"Tidak seharusnya aku berkata seperti itu ... " Gumam Jaemin.
"Sekarang aku harus bagaimana? Huhh." Lirihnya dan menghembuskan napas kecil lalu duduk di ayunan berwarna putih.
"Jika di ingat-ingat ... dia ... terlihat panas saat melakukan itu denganku."
"Ya, dia memang tampan. Tapi aku tetap saja tidak suka sikap seenaknya." Ini lah Jaemin. Sekalinya memuji orang, dia akan terus mengingat keburukannya juga.
"Apa aku bisa jatuh cinta dengan makhluk tak tahu malu seperti dia?"
"Tentu saja, bisa."
Jaemin tersentak mendengar suara Jeno yang tepat berada di belakangnya, hampir saja dirinya memukul wajah tampan pria asal New York itu.
"Hobi mu sekarang suka mengagetkan orang, ya?" Geram Jaemin sembari menjentik telinga Jeno itu sedikit kencang.
"Uh, galak sekali" gerutu Jeno yang di dengar Jaemin, membuat yang dikatai galak itu menjambak pelan surai blonde nya.
"Bicara sekali lagi, aku akan memotong kemaluanmu!" Ancam Jaemin yang direspon senyuman nakal oleh Jeno.
"Umh, bilang saja kau ingin memegangnya~, iya kan?"
"Kau ini pria ter-mesum ya pernah ku temui!"
"Hanya denganmu, kok."
"Diam!" Jeno terkekeh mendengar perintah Jaemin, dirinya menduduki bangku yang berada di ayunan itu, merebahkan bokongnya di sebelah Jaemin.
"Kau terus saja memarahiku dari pagi tadi. Apa sudah ada yang tumbuh di dalam sini?" Tangan Jeno bergerak mengusap perut Jaemin yang dibaluti kaus polos berwarna putih.
Jaemin segera menepisnya, "Apa-apaan kau ini! jangan kurang aja kepadaku."
"Huh, baiklah-baiklah~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison [NOMIN] ✓
Short Story[COMPLETED] [TAHAP REVISI] Jaemin seharunya melaporkan Jeno ke kantor polisi sebagai tersangka pelaku pemerkosaan dirinya. walaupun book ini sudah tamat, ngga ada salahnya kan kalian sebagai pembaca tetap memberi vote dan komen sebagai penyemangat...