Chapter Ten; Who?

2K 105 1
                                    

"Astaga, astaga, astaga" panik Haechan sembari berjalan kesana kemari dengan tangan yang berada di atas kepala.

"Lee Haechan, ku mohon kali ini bertingkah lah seperti orang normal ..." Renjun sudah pasrah di takdirkan berteman dengan Haechan.

"Aku berusaha, tapi sepertinya diriku benar-benar akan menjadi orang idiot  sekarang!"

"Sudah ku duga tantrumnya akan kambuh ..."

"Permisi, apa kalian dari salah satu mempelai?" Tanya seorang pria yang di duga sebagai bodyguard di pernikahan Jeno dan Jaemin.

"Ah, iya. Kami teman dari mempelai Na Jaemin." Jawab Renjun, mengingat Haechan yang sedang seperti ini tidak mungkin jika Haechan yang menjawab.

"Silahkan ikuti saya, saya akan menunjukkan tempat duduk khusus kalian yang sudah diperintahkan oleh nyonya Na."

Mereka pun mengikuti bodyguard itu dan segera duduk ketika sudah sampai.

"Renjun, kita tamu VIP!"

"Aku jadi tidak khawatir dengan penampilanku jika aku adalah tamu VIP." Ujar Haechan sembari mengkibas surai cokelat nya.

Renjun menutup wajahnya dengan kedua tangan mungil itu, sangat malu melihat Haechan yang sangat kelewat percaya diri.

"Sekarang bisakah kau diam? Acara akan segera dimulai." Baik, kali ini Haechan menuruti perkataannya. Duduk dengan tenang dan sesekali melempar senyuman kepada orang asing.

"Renjun! Renjun! Renjun! Astaga, kenapa Jaemin tampak memesona sekali hari ini?" Pekik Haechan saat melihat Jaemin yang kini berjalan menuju altar, sudah ada Jeno di atas altar sana menunggu si pemilik hatinya.

"Aku ... terpukau." Renjun tidak bisa berkata-kata lagi. Sebab, yang di bicarakan olehh Haechan benar adanya.

Jaemin yang memegang bucket bunga dengan kedua tangannya, Jeno yang tersenyum gugup.

"H-hai" sapa Jeno terlebih dahulu. Jaemin membalasnya dengan senyuman kecil.

"Kau ..."

"... aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya dengan dirimu."

"Jeno, berhenti. Pemberkatan sebentar lagi akan dimulai." Tersadar dari pikirannya, kini Jeno menggandeng Jaemin menujung sang pendeta.

Keduanya merapalkan janji suci, janji yang mereka ucapkan dengan sadar. Mereka sudah berjanji kepada satu sama lain dan dengan sang pencipta.

Hingga penuturan panjang mereka di tutupi dengan ciuman yang terlihat manis, Haechan bahkan sampai menggigit kuku-kuku di jari tangannya.

"Renjun, kau ... terlalu terbawa suasana." Ujar Haechan yang melihat Renjun menyeka air mata yang turun membasahi pipi mulusnya dengan tisu di tangannya.

"Diam, kau tidak tahu apa-apa tentang perasaan!" Sarkas Renjun yang membuat Haechan menciut.

"Jaemin, aku berjanji akan selalu ada untukmu. Selalu menemanimu, dan selalu ada di sisimu."

"Simpan janji itu dan buktikan."

"Baik. Tapi jika aku mengingkari salah satu janji itu, kumohon maafkan aku. Kau boleh boleh memarahiku, memaki diriku sepuasmu. Tapi, tolong jangan pergi dari hidupku."

Dua insan yang baru saja melaksanakan pernikahan itu pun sedang merasakan perasaan yang berbunga-bunga.

Jatuh cinta tidak seburuk itu.

***

Malam ini suasana sedikit berbeda, dikarenakan status yang sudah berubah di kedua pihak yang sedang menikmati pemandangan malam di balkon.

Poison [NOMIN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang