29

1K 85 1
                                    

Malam tiba, Renka sedikit heran dengan sang ayah. Karena, dari tadi sang ayah tidak fokus sama sekali.

"Ayah, ayah sakit?" Tanya Renka memandang sang ayah

Bara mencium pucuk kepala Renka. "Renka sayang ayah hmm? Jangan tingalin ayah ya?" Tanya bara

"Renka saaaaaaaayang Ayah, sangat sangat sayang. Renka akan sama ayah" ucap Renka membuat bara tersenyum

Bara memeluk sang anak. "Ayah dingin" rengek sang anak.

"Dingin? Duduk di sini dulu ayah ambil selimut" ucap Bara

Bara turun dari ranjang, berjalan ke lemari nya. Mengambil satu kain kecil alias selimut untuk sang anak dengan kaos kaki. Bara langsung memakai Renka kaos kaki, dan membalut tubuh Renka dengan selimut kecil yang dia bawa seperti kepompong kecil.

"Ayah Lenka nda bisa gelak" rengek Renka

"Kata Renka dingin. Ayah peluk" ucap Bara mmukut berbaring memeluk sang anak.

Bara sungguh menyayangi Renka, sama seperti ayah dan ibunya yang menyayangi Bara layaknya anak kandung.

"Mimpi indah malaikat kecil ayah" ucap Bara mencium kening sang anak yang sudah terlelap dalam tidurnya.

































_
_
_
_
_

Suasana sangat sepi, sangat berkabut. Tanpa alas kaki Bara berjalan menyusuri jalan yang begitu gelap.

"Dimana ini?" Gumam pelan Bara berjalan.

Langkah Bara melangkah maju. Sebuah cahaya di depannya yang tiba tiba menyilaukan matanya.

Sebuah bayangan anak kecil berdiri di depannya yang mungkin berjarak lima meter. "Renka? Apa itu kamu?" Tanya Bara sedikit waspada.

Bayangan anak kecil itu perlahan melangkah mundur.

"Ayah" suara kecil mirip dengan Renka.

Bara memfokuskan pandanganya, itu memang Renka, anak itu tersenyum manis. Renka berbalik dan melangkah menjauh.

"Renka berhenti, jangan tinggalin ayah" terik Bara, namun kakinya sangat berat untuk melangkah.

Bara mencoba sekali lagi, kakinya sulit bergerak. Apalagi, Renka mulai semakin menjauh. Ada sosok lain yang menemaninya di samping Renka, mengandeng tangan renka. Tidak cuma satu, ada lima orang sosok lain disana.

"Gak, Renka milik ku. Jangan bawa dia" ucap Bara mencoba  terus melangkah bergerak.

Bara melihat kakinya yang terlilit tanaman merambat yang berduri. Perih, itu terasa perih, darah terus mengalir dengan berderai air mata, Bara mencoba lepas.

"Berhenti berjuang" ucap suara yang mirip dengan bara namun sedikit serak

Bara berjongkok, lanjut melepaskan tanaman itu, tangan dan kakinya terluka.

"Lepaskan saja, itu akan menyakiti mu. Berhenti berjuang, kau menyakiti dirimu sendiri" ucap sosok itu di belakang Bara.

Bara menoleh dengan rasa takutnya, tubuh yang menjulang tinggi di hadapannya, dengan mata yang tersirat, dendam dan kebencian.

Bara mengeleng gelengkan kepala kembali memandangi langkah Renka yang semakin jauh.

Bara tidak peduli dengan rasa sakitnya, dia akhirnya bisa berjalan, berlari mengejar Renka yang semakin menjauh.

Bara memegang Bahu Renka, "jangan tinggalin ayah" lirih Bara dengan air mata yang mengalir.

Sosok mirip Renka menoleh, wajah dengan mata hitam tanpa putih, dengan darah di wajahnya. "Siapa?" Ucap nya

the little prince of the sandyakala familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang