027 Renka dan Bara 2

1K 78 2
                                    

Malam ini Bara menimang nimang sang anak. Tubuh mungil renka dengan selimut membuat Renka seperti kepompong.

"Ayah, Lenka anak baik kan? Bukan anak halam?" Ucap Renka membuat bara kaget.

"Siapa yang mengajari kata kata itu. Itu kata kata jelek. Renka kan anak ayah, anak baik dan ganteng" ucap bara dengan nada lirihnya yang dimana dia harus menguatkan Renka.

"Pala Lenka uka, cakit. Lenka kan Uma mo ain Ama meleka. Meleka jaat Ama Lenka. Lenka kan anak baik ayah" ucap Renka dengan memejamkan mata.

Setelah beberapa menit Renka terlelap tidur.

Bara membaringkan pelan tubuh Renka, menyelimuti sang anak. Tak lupa memberikan empeng di mulut renka.

"Apa anak usia Lima tahun sekecil ini? Dia terlalu kecil untuk hidup ke dunia ini" ucap lirih Bara.

Bara keluar dari kamar menuju dapur.  Bara mengambil air dan duduk di kursi.

"Kalau gw mati, Renka sama siapa?" Gumam Bara

Bara melmun menatap pisau di depannya. Pisau kecil dan tajam.

"Apa an sih, gak usah mikir aneh aneh. Buat contoh yang baik ke Renka Bara" ucap Bara

Bara kembali ke kamar, ikut berbaring dengan Renka.






Ke esokan harinya. Renka sudah di dandani oleh bara dengan seragam sekolahnya.

"Siap sekolah?" Tanya Bara senang

"Ciap ayah" teriak senang Renka

"Nanti, harus temenan yang baik okey. Kalau mereka tanya di jawab" ucap Bara mengingat kan.

"Iya ayah, nanti Lenka bakalan punya banyak temen" ucap senang Renka.

Bara mengendong sang anak, menuju jalan untuk naik angkot. Kehidupan mereka memang sederhana, Renka juga tidak meminta banyak hal ke Bara.

Mereka berdua naik Angkot, Renka di pangkuan Bara. Renka bercerita dengan suara pelatnya itu.

Sesampainya di depan gerbang sekolah dasar. Renka masih di gendong sang Ayah, Renka melongo suka ini pertama kalinya renka bisa sekolah. Karena, bara yang mengajarinya membaca dan menulis walau masih pelan pelan.

"Meleka kok pakai baju yang cama Ama Lenka?" Tanya Renka polos

"Ini namanya seragam. Jadi, kalau sekolah pakai seragam" ucap Bara.

Bara menuju ruang kepala sekolah. Walau dari awal bisikan mengenai Renka terdengar, namun di abaikan oleh Bara.

Renka yang tak mengerti cuma diam. Setelah berbincang bincang dengan kepala sekolah. Bara di antar salah satu wali kelas kelas satu. Bara mengantar sang anak.

  Renka merasa gugup. Saat sampai di depan kelas.

"Dengerin ayah, jangan nakal. Cari teman yang baya akur akur" pesan Bara menurunkan Renka.

Renka di pegang oleh sang guru, membawanya masuk. Untuk hari pertama Bara di izinkan menunggu di luar kelas.

Saat masuk  Renka sangatlah gugup. Mata mereka semua tertuju ke Renka.

"Perkenalkan nama mu" ucap sang guru.

  Renka menatap gugup teman teman di kelasnya. Rasanya di ingin menangis.

"Nama Lenka, Alenka. Anak ayah Bala" ucap pelat Renka

Sang guru tersenyum lembut. "Anak anak, ini Arenka, kalian panggil Renka paham?" Ucap Sang guru dan di jawab iya oleh teman temannya.

the little prince of the sandyakala familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang