Bencana

192 29 9
                                    


Sudah sejak beberapa menit yang lalu, Irene tiba di sebuah Kafe milik kerabatnya. Namun daripada dibilang kerabat, teman lama mungkin lebih tepat untuk mereka. Karena lihat saja, Bukan disambut, Irene Justru malah mendapati teman lamanya itu tiada henti menatap nya penuh waspada. Sangat waspada sampai rasanya sulit bagi Irene untuk sekedar memalingkan wajahnya sekalipun.

"Mana permintaan maaf lo? " perongos wanita dengan setelan serba elegan itu, dia kerabat Irene.

" Gue ke sini bukan buat minta maaf, Yeri " balas Irene sambil memutar bola matanya jengah dan rupanya sikap Irene itu sudah ditebak oleh kerabatnya yang bernama Yeri itu.

" Sial, lu lupa udah bikin gue dipecat dari pekerjaan gue, huh?!"

" Lagian siapa suruh lu godain mantan gue dulu waktu lu masih jadi sekretaris!"

Mendengar sekelibat kata mantan rupanya berhasil membuat Yeri yang sebelumnya geram tetina raut wajahnya berubah terkejut.
"Tunggu, mantan pacar? Jadi sekarang lu udah putus sama bos Jungkook?" Ternyata semudah itu amarah Yeri redam hanya karena lebih penasaran dengan hubungan Irene dan Jungkook yang sudah kandas itu.

Irene tampak malas menanggapi Yeri, "ya gitulah."

"Udah gue duga sih bos Jungkook gak bakal betah sama cewek yang galak macam lu."

"Udah puas ngehujatnya? Bisa biarin gue bicara sekarang?" Irene yang dongkol berusaha "Yaudah jadi apa yang mau lu bicarain?"

Irene terlihat menghembuskan nafasnya berat, "Gini, gue tau lu udah lama jadi sekretaris Jungkook bahkan sebelum gue gabung ke perusahaanya. Jadi, apa sebelum gue gabung Jungkook punya kerabat asing?"

"Kerabat asing? Kalo itu sih banyak tapi gue udah gak ada kontak sama mereka semenjak gue di P E C A T." Sindir Yeri tak ada habisnya memancing kesabaran Irene.

"Tck, udahlah kayaknya percuma ngomong sama lu." Terlanjur muak, Irene pun memilih beranjak hendak pergi meninggalkan tempat hingga sesuatu berhasil mengurungkan niatnya.

"Tapi gue masih punya beberapa file dokumentasi selama gue jadi sekretaris bos. Yakin gak mau liat dulu?" Timpal Yeri tepat saat Irene baru saja melangkahkan kakinya. Benar saja, Irene terdiam sejenak lalu segera menoleh kearah Yeri sambil mempertimbangkan keputusannya.

"Ya terserah sih, siapa tau orang yang lagi lu cari itu ada di jejak dokumentasi itu."

Sambil menghembuskan nafasnya bera, Irene terpaksa kembali duduk ditempatnya semula.

"Yaudah kalo gitu tunjukkin ke gue sekarang juga."

"Eitss santai, gue gak bilang ini gratis ya!" Sungguh Irene rasanya ingin sekali menampar lawan bicaranya sekarang juga. Yeri benar benar senang memancing kesabarannya.

"Sebutin aja nominalnya biar gue-"

"Lu harus mau kerja jadi pelayan di kafe gue ini gimana?"

"Gue bahkan belum liat filenya."

"Mau apa enggak?!" Gertak Yeri memberi tekanan membuat Irene harus berhulat dulu dengan dunia pikirannya hingga tak lama kemudian Irene pun mengangguk dengan berat hati. Membuat Yeri menyunggingkan senyum puasnya.

"Oke, sekarang lu boleh ikut ke ruangan gue."

Yeri pun mengambil langkah di depan menuntun Irene menuju sebuah ruangan yang terdapat di lantai yang paling atas dimana ruangan pribadi milik Yeri sebagai pemilik kafe berada. Ruangan itu tak kalah elegan dan mewah seperti pemiliknya, terdapata meja kerja yang senilai berkesan seperti sebuah singgasana kearjaan, sofa berukuran sedang namun memiliki warna yang sepadan dengan nuansa ruangan yang serta merta glamour. Dan bahkan rak yang penuh akan setelan dan barang branded nyaris mengisi setiap sisi ruangan yang ada.

UNEXPECTED MARRIAGE X TAELICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang