Episode 04

206 25 6
                                    

Gray menyentuh pundak Arnie dan tepat saat mata Arnie bertemu dengan matanya dia langsung menghipnotis wanita itu.

"Pergilah dari sini, aku yang akan menjaganya mulai sekarang. Kau bisa menjenguknya kapan saja. Percayalah dia akan baik-buruk saja bersamaku," ucap Gray dengan mata semerah darahnya yang menyala untuk sesaat.

Arnie terlihat menoleh ke arah Daisy yang kini juga melihat ke arahnya masih dengan ekspresi ketakutan.

Perlahan Daisy menggeleng, dia mendengar dengan jelas apa yang Gray katakan dan dia jelas tidak mau jika Arnie menyetujui perkataan Gray.

"Aku berharap semua yang terbaik untukmu Dy. Dokter, saya serahkan sahabat saya pada Anda. Tolong sembuhkan dia, ucap Arnie sembari kembali menatap Gray.

Gray menyeringai kecil lalu mengangguk dengan ekspresi teduhnya.

"Ti--"

Tanpa sepengetahuan Arnie Gray menotok leher Daisy sampai tidak dapat mengeluarkan suaranya.

"Mari saya antar ke depan," ucap Gray sembari bangkit dari jongkoknya.

Arnie mengangguk dan bangkit dari duduknya. Dia menatap Daisy yang masih banjir air mata dengan ekspresi sedih, tapi setelahnya dia benar-benar berlalu meninggalkan sahabatnya itu.

Setelah Arnie pergi Gray menghubungi asistennya, mengatakan kalau dia ada urusan mendadak dan untuk membatalkan sisa jadwal hari ini.

"Sekarang mari kita cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya sembari kembali menemui Daisy yang masih setiap dengan ketakutan dan air matanya.

"Biarkan aku melihat wajahmu Tuan pembawa masalah," ucap Gray setelah kembali berjongkok di hadapan Daisy dengan tenang sembari memaksa untuk menyingkirkan kedua tangan Daisy yang menutupi kedua telinganya.

Mengingat tenaganya yang tidak seberapa Daisy kalah dan kedua tangannya kini sudah dalam genggaman Gray yang cukup kuat.

Meski begitu dia tetap memejamkan matanya, menangis dalam bisu tidak mau melihat sosok pria yang begitu menakutkan di hadapannya kini.

"Berhentilah menangis, aku tidak akan memakanmu," seru Gray dengan suara tegasnya.

"Setidaknya belum," lanjutnya lirih.

Namun, tidak ada reaksi lain kecuali ketakutan yang semakin menjadi dari Daisy.

"Haah, kau benar-benar tidak terpengaruh hipnotisku ha? Bagaimana bisa?" ucap Gray tidak habis pikir.

"Dan kau sedang hamil? Apa kau sempat diperkosa orang lain setelah aku meninggalkanmu? Karena tidak mungkin aku bisa membuahi siapa pun!" lanjutnya sedikit menaikkan nada suaranya.

"Buka matamu dan lihat aku! Atau aku akan benar-benar menyakitimu!" ancam Gray akhirnya hilang kesabaran.

Dia mencengkeram rahang Daisy dengan kuat untuk membuat wajah yang sedari tadi menunduk itu menghadap ke arahnya.

Mungkin karena takut akan ancaman Gray atau apa, tapi perlahan Daisy mulai membuka kedua kelola matanya yang  sudah bengkak dan memerah.

Meski begitu linangan air matanya tidak mau berhenti dan terus basahi kedua pipinya.

"Bagus," ucap Gray melihat kini mata yang memerah itu mau menatapnya.

"Sekarang jawab pertanyaanku, aku tahu kau masih bisa memahami kata-kataku dengan baik," lanjutnya sembari melepaskan cengkeramannya.

"Bagaimana bisa kau mengenaliku? Seluruh penampilan dan bahkan suaraku berbeda saat pertama kali kita bertemu, jelaskan padaku," tanya Gray lalu menotok leher Daisy untuk membuatnya kembali bisa berbicara.

Vampir Pemakan Cokelat [Yaoi/BL, smut, R: 18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang