Kaya namun Sedih

3 1 0
                                    

Pilih hidup yang mana ? Bahagia namun Miskin atau Kaya namun Sedih. Beberapa arang dewasa akan menjawab Kaya namun sedih, apalagi untuk usia-usia yang begitu membutuhkan uang. Namun disini aku, berada di gedung tinggi nan mewah, menatap orang yang tetap melakukan aktivitasnya disaat hidupku sedang hancur. Tapi, mungkin saja mereka juga sedang hancur tapi tetap perlu uang untuk makan. Uuntuk mendapatkan uang memaang perlu perjuangan dan bahkan tangisan hingga darah. Beberapa dari mereka akan membayarnya di akhirat, beberapa dari mereka akan membayarnya nanti, dan beberapa dari mereka telah membayarnya dimasa lalu, dan aku sementara membayar. Kalau diatas sini apakah kalian akan peduli tentang orang dibawah? Tentu tidak. Kita akan menatapnya sebagai penghambat dan sesuatu yang merusak.

Aku tidak bisa lepas dari jiwa sosial tinggiku, gaya mewah ku, harga 10 JT bagiku tgerlalu murah, namun ternyata itu menjadi penyakit, orang-oraang menginginkan posisiku, berusaha menjatuhkan ku sejatuh-jatuhnya, aku juga sendiri, tak ada yang bisa dipercaya, menikmati kemewahan ini sendiri, bagaimana rasanya punya teman yang tidak munafik? bagaimana rasanya dicintai tanpa memandang uang? aku dan mereka sama-sama saling memanfaatkan, tanpa sadar kebahagianku hanya buatan. Menangis dibawah uang memang menyenangkan, tapi apakah aku puas dengan uang ku sekarang? apa kah aku puas dengan diriku sekarang? Tidak! Aku mau lebih. Untuk mempertahakan ini aku perlu menjatuhkan orang lain menyakiti perasaan orang lain. mungkin akan dibayar nanti. Mamaku telah meninggal dunia hari ini, mamaku yang suka berfoya-foya, ia meninggal setelah bertemu dengan teman-teman kayanya dan akibat serangan jantung. sekarang bagaimana dengan tas mewahnya? bagaimana dengan baju indahnya? bagaimana dengan perhiasannya? Masih ku ingat jelas kain putih yang menutupi rambutnya, selama ini rambut itu tak pernah ditutupinya. menyedihkan. Kuburan mewah yang kusediakan terasa tenang dan indah dari luar tapi di dalam kuburan? Tetap saja gelap. ditemani hewan kecil yang akan menggigit kulit mama yang selama ini ia rawat agar terlihat mudah yang menghabiskan begitu banyak uang. dan sekarang aku sendiri. Semakin hari jiwa ambisi yang tak ingin kalah dan dianggap remeh semakin meningkat, jiwa rakus ku ingin bersaing dengan teman lainku. Sifat ini kutukan. Jiwa yang terus merasa tidak puas ini menjadi kutukan dan penyakit. Sampai kapan aku bisa bertahan disini? Aku tidak yakin. Bagaimana caranya pulang?

Penuh ketakutan tiap hari kalau suatu saat semua kebahagian ini akan diambil. Aku tidak ingin itu. 

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang