La Dan Ali (1)

29 9 0
                                    

Pagi itu, wajah ku begitu lesuh di angkutan umum,  bukan tanpa alasan,  tetapi pagi ini aku begitu dapat banyak kesialan, belum lagi sampai di sekolah ulangan tanpa belajar. 

Aku menguap karena tiba-tibe merasa ngantuk melanda dan sialnya,  peniti yang meleketkan di hijab ku,  malah lepas.  Betul....  Betul yah, pagi ini. Bikin kesel!

Ku buka kembali peniti hijab ku,  terus ku rapikan sedikit demi sedikit,  agar tidak terlihat rambut ku. 

"Hah?" tiba-tiba saja angkot mendadak menghentikan mobilnya,  sambil membunyikan klakson,  tubuhku tergeser ke kanan menghimpit seorang wanita, lalu langsung terdorong ke kiri dengan kencang. 

"Astaga!!" ucapku panik,  mengumpat kecil,  tersadar peniti di tangan kiriku telah hilang entah kemana. 

"Astaga,  dimana peniti yang tadi di tangan ku? OMG! Peniti satu-satuku!" aku bergerak,  melirik ke kiri-ke kanan,  tentu saja sebelah tangan ku terus memegang hijab ku, ku cari di sela-sela kaki,  ku sipitkan mataku untuk memperjelas di mana keberadaan peniti kecil ku.  Betul-betul hari sial. 

"Cari apa?" seseorang menegurku,  pria yang berada di sebelah kiriku,  mendekatkan wajahnya berusaha mengambil alih fokosku. Ku donggakkan kepalaku,  terlihat wajah tampan yang sedang menunggu dari jawabanku. Kulihat dirinya yang mengenakan seragam SMA sepertiku dan lambang sekolah yang sama.  Tapi siapa? Bodo amat lah,  yang penting sekarang adalah penitiku.

"Peniti ku hilang." ucapku dengan suara agak panik, terus mencari di bawah kakinya,  masalahnya tadi aku menempel kepadanya,  maksudnya di saat mobil berhenti aku lebih jauh terhempas kepadanya.  Yang penting,  peniti ku kemana kau?

Mendengar penitiku hilang,  pria itu ikut mencari ke bawah.

Sekali lagi mobil ini berhenti tiba-tiba,  karena jalan yang begitu macet,  tubuhku kembali ke geser ke kenan jauh lebih kencang,  tanpa sadar penumpang di sebelah kanan ku telah turun, membuatku hampir terpental,  karena sebelah tanganku yang terus memegang hijabku sehingga tidak bisa menumpuh tubuhku.  Pria itu tersadar lalu menarikku agar tidak keras terpental ke depan.  Namun pria itu lupa, kalau setelah ke depan malah kebelakang,  hingga aku terpental kebelakang,  menabrak kepalanya yang membuat kepalanya juga menabrak kaca.  Betul-betul hari sial bukan. 

"Astaga!! Aku minta maaf, kau tidak apa-apa?" tanyaku,  mengusap kepalanya dengan pelan. 

Ibu-ibu di hadapanku, tiba-tiba tertawa,  entah sejak kapan ibu-ibu itu ada di sini. 

"Dua adek ini,  dari tadi cari apa?" tanya ibu-ibu itu. 

" Anu tante,  penitiku hilang." ucapku galau berat. 

"Oh kenapa tidak bilang,  ini tante kebetulan habis belli peniti, nih ambil saja berapa yang adek butuh." aku menerimanya dengan senang hati. 

"Wahhh,  makasih tante.  Makasih banyak!" ucapku senang,  menerimanya,  ku perbaiki kembali hijab ku lalu ku pasang penitinya. 

Ku tersenyum kepada pria di sampingku,  memperlihatkan kalau hijab ku sudah rapi.  Pria itu hanya tersenyum lembut, lalu kembali menatap jalan. 

"Pak berhenti!" pria itu berucap kaget tersadar sesuatu.

"Ada apa?" ucapku ikut, kaget. 

"Lihat saja,  kita berada di mana sekarang?" jelasnya,  membuatku melirik ke luar,  dan benar saja sekolah ku sudah terlewatkan.

"Ayo!" tariknya, setelah ku dengar ucapannya membayarkan tumpanganku,  tak lupa tersenyum kepada ibu-ibu tadi.

"Aduuuuhhhh....  Ini mah,  dari sekolah cukup jauh." aku berlari mengikutinya, tapi mataku terus melirik ke lengan bajuku yang ditariknya, sebenarnya ini bukan lari sih,  hanya jalan cepat. 

"Auuuuu.... " ucapku,  saat tanpa sengaja aku menabrak seseorang.

" Hati-hati dong!" ucap pria galak itu,  aku hanya menunduk kaget mendengar bentakan itu. 

"Maaf..." aku terkejut,  saat pria itu yang malah minta maaf,  lalu mengenggam pundakku,  

"Kau tak apa-apa?" tanyanya, menatap pundakku yang menabrak pria galak tadi. 

Aku mengangguk tak bisa bicara,  jantung ku berdetak cepat.  "hah,  ayo." ucapku, agar pria ini tidak menatap ku lagi. 

Hingga akhirnya aku berada di depan gerbang. 

"Hay la!" panggil wanita berambut pirang dari arah sana.  Pria itu langsung melepaskan lengan bajuku,  kemudian pergi begitu saja.  Aku tatap dia mulai melangkah masuk  gerbang,  seperti tak terjadi apa-apa. 

"La! Woy! Ngapain liat sih Ali segitunya hah?"

"Hah? Apa? Siapa? " ucapku bodoh,  baru tersadar dari lamungan itu. 

"Sudahlah! Ayo masuk." ucapnya menarikku. 

Pagi itu,  bisa di bilang pagi paling menyenangkan dalam hidup ku.  Maksudnya bagaimana yah?  Karena kesialan itu,  aku bisa bertemu dengannya.  Jadi itu bukan kesialan tapi keburuntungan bukan?  

Sekian dari cerita ini. 
See you bye-bye. 
Salam manis #NTCants.

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang