My Girls.

77 23 9
                                    

Aku punya pacar, dia itu adalah seorang model. 
Awalnya kami hanya sekedar mengenal nama,  aku mengetahuinya sebagai model,  dan dia mengetahui ku sebagai anak dari pengusaha terkenal. 
.
Dia itu begitu dingin,  dan judes. 
Tapi,  dia sangat cantik. 
Bahkan hanya melihat dan menunggunya di sini,  selalu membuatku senyum-senyum sendiri memperhatikan kecantikannya. 

Kami memang memiliki janji saat ini,  tapi ada perubahan jadwal dalam pemotretannya.  Hingga sekarang,  wajah cantiknya itu, terlihat kesal. 

"Kia,  senyum!" suruh fotografi itu,  mulai ikutan kesal.
"Senyum-senyum,  dasar tidak tepat waktu." umpat kia mengulang perkataan fotografi itu. lalu tak lama,  ia berusaha tersenyum. 
Sekali lagi aku tertawa melihat tingkahnya,  yang kekanakan.

"Kia geser sedikit." kia mulai mengikutinya.

"Eh,  geser sedikit lagi." jelas fotografer itu.

Kia memutar bola matanya malas, lalu kembali memindahkannya. 
.
.

Kia berdiri,  akhirnya permotretannya selasai,  dengan cepat kia mengangkat gaunnya.  Lalu berganti pakean.

"Ayo! " ajak kia,  setelah sudah berganti pakean. 

"Eh,  kau tak berpamitan dulu?" tanyaku.

"Bodo amat!" ucapnya,  begitu saja masuk ke mobilku.  Dasar judes. 

.

"Maaf yah,  membuat mu menunggu, padahal kita jarang bisa berjalan bersama-sama,  aku membuang waktu 30 menit lebih." ucap kia merasa bersalah.

Aku tersenyum,  yah memang aku begitu sibuk.  Hingga,  sangat jarang kami menghabiskan waktu bersama.
 
"Bagaimana yah?" aku berpura-pura berpikir, dan sukses mendapatkan tatapan tajamnya.  Yang ku tau dia pasti berpikir 'Itukan juga salahmu!'

"Ya terserah,  itukan juga salahmu." ucapnya kembali,  memandang kota. Aku sukses terkekeh geli,  mengetahui dugaanku yang betul. 

"Iya..  Iya... " aku mengusap kepalanya pelan, dengan satu tangan yang masih memegang stir mobil.

"Ihhh apa.An sih riko!" dia menepisnya,  lagi-lagi dengan muka yang sangat lucu itu. 

Kami menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan dan tertawa bahagia.
Menghabiskan waktu bersama... 
Dan membuat wanita ini bahagia terus menerus...
.
.

Sudah hampir malam,  dan inilah saatnya aku mengungkapkannya. 

"kia? " panggil ku pelan. 

Ia berbalik dengan senyumnya,  yang mekar karena film bioskop yang kami tonton. 

" Ada apa?" tanyanya. 

Lalu ia kembali fokus pada layar bioskop.
Sejujurnya aku tak tega menghilangkan senyumnya itu. 

"Kia? " panggilku lagi,  memegang tangannya. 

Ia mengerutkan dahi tak mengerti,  mulai serius. 
.
.
"Mari kita sudahi ini." ucapku.

Author POV. 

Senyum Kia luntur,  dan hancur.  Di gantikan oleh tangisnya yang mulai terdengar. 

"Kau tak salah bilangkan?" tanya kia bergetar. 

"Maafkan aku kia,  tapi aku di jodohkan dengan seorang gadis." riko,  semakin mengenggam tangan kia,  yang memanas di ruang ber-Ac ini. 

Kia tak bergarak,  ia hanya terus menitihkan air matanya. 

"Kenapa riko? Apa aku berbuat salah? " tanya kia lagi, kia memang terlihat cuek tapi ia benar-benar tulus pada riko.

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang