Bab 3

299 5 0
                                    

Rheya Adhisti, anak bungsu dari empat bersaudara. Banyak yang menyebut anak bungsu paling disayang dan dimanja. Itu benar. Tapi anak bungsu akan selalu diperlakukan sebagai anak kecil.

    Mari berkenalan dengan ketiga kakak laki-laki Rheya.

    Kakak pertama bernama Arya, terpaut usia 15 tahun, bekerja sebagai dokter umum di rumah sakit swasta. Selama bersekolah selalu mendapatkan nilai teratas dan pernah menjadi murid teladan.

    Kakak kedua, bernama Dito, terpaut usia sembilan tahun. Bekerja sebagai guru matematika di SMP negeri. Sangat peduli dengan dunia pendidikan, bersama dengan teman baiknya mendirikan Rubel.

    Dan, kakak ketiga, bernama Aditya, terpaut usia dua tahun. Mahasiswa tingkat satu, jurusan ilmu komputer. Gitaris band Gula Merah yang kerap manggung di pensi maupun festival kampus.

    Ibaratkan dalam jajaran kabinet pemerintahan, maka bisa dikatakan Arya berperan sebagai menteri kesehatan. Dito sebagai menteri pendidikan. Dan, Adit sebagai menteri seni dan budaya. Sedangkan, Rheya hanyalah rakyat kecil yang butuh perhatian.

    Meski bersaudara, tapi mereka sangat berbeda. Arya sangat perfeksionis, sangat memanjakan Rheya—apa pun yang diminta oleh Rheya akan langsung dituruti. Berkebalikan, justru Dito sangat sederhana. Dito menyayangi Rheya, tapi tidak pernah memanjakan, jika Rheya salah ya, akan dimarahi. Berbeda pula dengan Adit, anak band yang digilai para cewek. Kalau saja ada casting director melihatnya pasti akan langsung ditawari peran utama anak SMA. Jika Arya dan Dito sibuk belajar, maka Adit sibuk bermusik.

    Dan, Rheya lebih dekat dengan Adit, mungkin karena usia mereka yang terpaut tidak jauh. Adit juga memberikan Rheya kebebasan. Saking bebasnya, terkadang Rheya dijadikan tameng oleh Adit.

    Seperti yang terjadi hari ini.

    Tiba-tiba saja Adit memeluk dan mengecup kening Rheya di tengah keramaian. Rheya membeliak kaget, tentu saja. Bayangkan ada berapa pasang mata atau melirik ke arahnya dengan kening mengerut. Gadis macam apa yang membiarkan keningnya dikecup di tempat umum?

    Rheya meminta tolong pada Eri dan Fara melalui sorot matanya, tapi dua orang itu yang mengaku adalah bestie-nya hanya berdiri menonton saja.

    "Aku udah nungguin dari tadi, lhoo." Adit menyelipkan manja kedua belah rambut Rheya ke belakang telinga.

    Rheya melototi Adit yang tiba-tiba berulah seperti pacar.

    Adit mengode, memohon agar Rheya menurutinya, lalu ia berbalik sembari merangkul sebelah pundak Rheya. "Kenalin, pacar aku," katanya, tersenyum pada seorang perempuan berambut pendek dan berponi—yang berdiri memaku di dekat Eri.

    Eri dan Fara menoleh cepat, seakan tahu dengan situasi yang sedang berlangsung, lalu keduanya melipir menjauh sambil tetap menyaksikan sinetron sore.

    Aah, oke, oke, okeee. Rheya pun dapat membaca situasinya. Tunggu! Rheya menoleh cepat ke Pinot yang kini menatapnya dengan—entah bagaimana ia mengartikan tatapan Pinot. Tatapan datar? Kaget? Atau tidak peduli?

    "Aku sudah punya pacar dan sangat menyayangi pacarku yang manis ini."

    Huuek. Rheya ingin muntah!

Best MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang