Bab 10

282 5 0
                                    

“Oke. Geng Semut Kecil, rapat kita akhiri sampai sini dulu.” Eri mengetuk-ngetukkan bolpoin sebanyak tiga kali ke teko kaca. “Pemilik kamar mau istirahat,” ujarnya merujuk ke Rheya. “Tetangga sebelah kita juga mau diapeli sama yayang,” ujarnya yang merujuk ke Fara. “Aku juga sudah dinanti ayah bunda akuu. "Saat Rheya masuk, misi siap kita jalankan.”

    “Misi apaan?” Fara beberes buku ke dalam tas. “Dari tadi sibuk gosipin anak-anak di sekolah.”

    “Tiga hari Rheya nggak masuk. Rheya harus tahu update-an terbaru di sekolah kita. Betul, kan?” Eri mengode Rheya dengan anggukan kecil.

    “Betul itu.” Kode dari Eri diterima, Rheya balas mengangguk. “Aku nggak mau ketinggalan berita. Makanya aku harus update biar nggak kudet.”

    “Terserah kalian.” Fara beranjak dari duduk. “Yuki Kato pulang dulu.”

    “Yuki, tunggu!” Eri menarik tas, sementara tangan satunya sibuk dengan ponsel. “Aku masih pesan gojek.” Menyusul di belakang.

    “Aku temani.” Rheya tersenyum geli melihat tingkah dua bestie-nya.

    Sambil menunggu gojek datang, mereka duduk menunggu di teras, daaan masih tetap dengan keseruan mereka yaitu menggosip tiada henti.

    Bunyi motor tiba di depan pagar. Bukan gojek yang sedang mereka tunggu, melainkan motor milik Adit, lalu dua motor di belakangnya milik Yongki dan Jay. Erid yang duduk membonceng di motor Adit melompat turun dan membuka pintu pagar, membiarkan tiga motor masuk bergantian.

    “Uhuuuii.” Mata Eri berbinar senang melihat sekumpulan cowok ganteng. “Di mana ada semut, di situ ada gula.”

    “Ada gula, ada semut.” Rheya dan Fara mengoreksi peribahasa Eri.

    Namun, Eri mengabaikan. “Huh, harusnya mereka datang dari tadi.” Kecewanya saat melihat abang gojek datang menjemputnya.

    “Yang namanya Eri Kartika sudah ditunggu!” Adit membuat pengumuman dengan keras.

    "Hadir!" Eri menyahut lantang. "Pulang dulu yaa. Daah.” Ia mengangkat sebelah tangan, melambai centil pada semua orang yang ia temui.

    “Daah, semuanya,” kata Fara pada Geng Semut Kecil dan Geng Gula Merah.

    “Daaaaah,” sahut Rheya. Kompak dengan harmonisasi nada dari Adit dan Erid.

    Yongki dan Jay tidak peduli, mereka masuk ke rumah lebih dulu. Bagi mereka, rumah ini sudah seperti basecamp. Kalau sakit bukannya ke dokter, tapi ke rumah ini minta diperiksa sama Arya. Kalau ada PR matematika, langsung belajar di rumah ini dan minta diajari sekaligus minta jawaban sama Dito.

    “Ada nobar?” Tanya Rheya ke Adit, melangkah masuk ke rumah, mengiringi Adit.

    “Nggak ada.” Adit bergerak ke lantai atas.

    Rheya tiba di ruang tengah. Teve tahu-tahu sudah dinyalakan Jay, tampak mencari-cari acara yang bagus. Matanya beralih ke Erid dan melihat laki-laki tembem itu mengeluarkan camilan dari dalam tas. Lalu Rheya beralih ke Yongki yang sedang sibuk menatap ponsel sambil senyam-senyum. Ah, pasti sedang berkirim WA dengan pacar. Mereka benar-benar menganggap rumah ini seperti rumah sendiri.

    “Minggu depan kita ada festival band.” Adit turun dari lantai atas sambil menenteng gitar.

    “Anggota komplit. Berarti nggak ada anggota pengganti. Yess!” Rheya berseru kegirangan.

    “Karena itu kita latihan di sini, biar kamuu si cantik adiknya Kak Adit juga bisa latihan bareng kita.”

    “Aduuuh...” Tiba-tiba Rheya mengerang sakit, memegangi kepala. “Kepalaku... sepertinya aku harus istirahat.”

Best MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang