Bab 14

201 4 0
                                    

Rheya dan Fara berlarian seketika turun dari bus. Tak hanya mereka, beberapa murid lain juga berlarian, berusaha mengejar waktu sebelum pintu gerbang ditutup Pak Kresna-satpam sekolah.

     Benar kata orang yang bilang: I hate Monday. Dan, yeah, Rheya harus bilang "I hate Monday" karena pagi ini, di hari Senin yang cerah ini, awan putih bergumul dengan indah, siulan burung murai batu yang dilewati dalam perjalanan, semuanya indah, sayangnya ia tidak bisa menikmati karena ia nyaris terlambat. Suara "Hallo, hallo" dari mic yang berasal dari dalam sekolah sudah memanggil semua murid agar berkumpul di lapangan.

     Senin.

     Terlambat.

     Upacara bendera.

     Wow! Kombinasi yang luar biasa.

     Rheya dan Fara berlarian di lorong. Mereka tidak sempat jika harus menaruh tas di kelas, karenanya banyak murid yang melemparkan tas mereka di lorong kelas, lalu berdesakan masuk ke barisan.

     Sebagai anggota PMR, Rheya tidak ikut berbaris di lapangan, ia berdiri di lorong kelas untuk berjaga kalau-kalau ada murid yang pingsan atau butuh bantuan.

     Rheya berdiri di samping Ivanka.

     "Topimu mana?"

     Ya ampun! Rheya segera mengambil topi di tas. Setelah mengambil topi, Rheya kembali ke tempatnya.

     "Ban lenganmu mana?"

     Astagaaa! Rheya mau menjerit. Ia kembali mengambil ban lengan-tanda sebagai anggota PMR-di dalam tas. Sepagi ini ia sudah berkeringat, ngos-ngoshan. Ia butuh minum air putih.

     Meski berjaga di belakang, mereka tetap mengikuti jalannya upacara bendera. Hanya saja mereka tidak dijemur di bawah matahari, seperti itulah Rheya menyebutnya.

     "Hari ini kita mulai sebar brosur. Mudah-mudahan banyak yang ikut." Ivanka bicara bisik-bisik, pandangan tetap lurus ke depan, sesekali memerhatikan sekitarnya.

     "Mudah-mudahan. Tapi yang namanya baksos jarang ada yang mau ikut." Rheya bukannya berburuk sangka, tapi seperti itu kenyataannya. "Tahun lalu yang ikut nggak sampai lima belas. Itu juga teman-teman sendiri yang dipaksa ikut. Apalagi baksos tahun ini, bersih-bersih kamar aja nggak mau, ini disuruh bersih-bersih pantai."

     "Belum bersih-bersih aja udah ngeluh," kata Ivanka.

     "Kalau aku bukan anggota PMR, mana mau aku ikut." Rheya menyengir, bercanda.

      Ketika jam istirahat, Rheya diajak Ivanka untuk berkeliling membagikan brosur bakti sosial ke kelas-kelas, ada juga yang ditempel di mading. Pendaftaran melalui: Chelsea Ivanka, kelas XI IPS 3.

     Hingga mereka tiba di kelas XI IPA 6. Ivanka berdiri di ambang pintu kelas sambil memanggil ketua kelas XI IPA 6. Seorang perempuan dengan rambut diikat menghampiri Ivanka.

     Sementara, Rheya mencari-cari Pinot di dalam kelas.

     Setelah Ivanka memberikan brosur dan sedikit menjelaskan tentang bakti sosial tersebut, mereka lanjut ke kelas yang lain.

     "Pacarmu nggak ada di kelas, ya?" Tadi Ivanka melihat Rheya yang celingukan, mencari-cari.

     "Hm?" Rheya melirik sekilas ke Ivanka. Selain kelas mereka yang bersebelahan, satu ekskul PMR, mereka juga teman SMP. Hanya saja waktu SMP, mereka hanya sekadar saling tahu saja.

Best MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang